Tak Becus Tangani Kasus Pemerkosaan Gadis Kasta Dalit, 5 Polisi Dipecat
D'On, India,- Lima anggota polisi senior diberhentikan terkait penanganan penyelidikan pemerkosaan massal dan pembunuhan gadis Dalit berusia 19 tahun di India. Kasus pemerkosaan ini menuai kemarahan di India dan memicu unjuk rasa selama berhari-hari.
Kepala Menteri Uttar Pradesh, Yogi Adityanath pada Jumat mengumumkan pemberhentian kepala kepolisian distrik Hathras dan empat anggota lainnya.
Biarawan Hindu dan sekutu dekat Perdana Menteri Narendra Modi ini juga mengumumkan keluarga korban, tersangka, dan polisi yang diberhentikan ini akan menjalani pemeriksaan dengan alat pendeteksi kebohongan dan tes narkoba.
Pada Jumat malam dalam unjuk rasa terbaru, sekitar 500 orang termasuk kepala menteri ibu kota dan politikus Dalit ternama berkumpul di pusat New Delhi menuntut keadilan.
Gadis korban pemerkosaan ini ditemukan pada pertengahan September di luar desanya di negara bagian Uttar Pradesh dan meninggal pekan kemarin di rumah sakit di New Delhi.
Polisi telah menangkap empat pria dari kasta lebih tinggi atas dakwaan pemerkosaan massal dan pembunuhan. Pada Sabtu, pemerintah Uttar Pradesh mengumumkan kepolisian federal India, Biro Investigasi Pusat (CBI), akan menyelidiki kejahatan ini.
Tapi kepolisian mendapat kritik karena berusaha merusak bukti dengan mengkremasi jenazah korban saat tengah malam - dilaporkan menggunakan bensin - tak sesuai dengan permintaan keluarga dan ajaran agama.
Jasad gadis itu dikremasi di sebuah lahan terbuka pada Rabu di Hathras, sekitar 200 kilometer dari ibu kota India, di depan polisi dan pejabat lain.
"Kami telah menyampaikan kepada pemerintah kami ingin mengkremasinya pada pagi hari seperti ritual Hindu, tapi mereka tak mendengarkan kami. Mereka mengunci kami di rumah kami dan membakar mayatnya," kata kakak laki-laki korban kepada Aljazeera, dikutip Senin (5/10).
"Kami terus berteriak dari dalam rumah tapi mereka tak mendengarkan kami dan membakarnya dengan bensin. Bensin tak pernah dipakai untuk upacara pemakaman terakhir tapi mengapa mereka melakukannya?"
Keluarga ingin melihat wajah gadis itu sekali lagi sebelum dikremasi, tapi pihak berwenang menolak.
“Terakhir kali kami melihat wajahnya setelah bedah mayat (otopsi) dilakukan," kata kakak korban.
Seorang polisi senior pada Kamis memicu kemarahan setelah mengklaim laporan forensik dan otopsi menunjukkan gadis itu tidak diperkosa.
Ini bertentangan dengan pernyataan korban dan ibunya dan temuan rumah sakit yang dilaporkan, sementara para ahli mengatakan tes forensik dilakukan terlalu lama setelah serangan itu.
Ratusan polisi juga membarikade desa, mencegah keluarga perempuan itu keluar dan wartawan serta politikus oposisi berbicara dengan mereka.
Ponsel keluarga juga dilaporkan telah disita.
(mdk/pan)