Timur Tengah Boikot Prancis Buntut Kritik Macron ke Muslim
D'On, Middle East,- Ajakan memboikot produk Prancis menggema di kawasan Arab dan Timur Tengah. Aksi tersebut muncul setelah Presiden Emmanuel Macron mengkritik muslim dan penerbitan ulang karikatur Nabi Muhammad oleh Charlie Hebdo.
Aksi pemboikotan produk Prancis sudah berlangsung di Kuwait dan Qatar. Puluhan toko di Kuwait membuktikan pemboikotan dengan mengunggah foto di media sosial yang memperlihatkan sejumlah pekerja mengeluarkan keju olahan Prancis dari rak.
Kemudian di Doha, seorang koresponden AFP melihat sejumlah pekerja jaringan supermarket Al Meera mengeluarkan selai St. Dalfour buatan Prancis dari rak pada Sabtu (24/10) kemarin. Bahkan, mereka juga mengeluarkan ragi Saf-Instant.
Melalui pernyataan pada Jumat (23/10) malam, Al Meera dan operator grosir lainnya, Souq Al Baladi, mengatakan menarik produk Prancis dari toko sampai pemberitahuan lebih lanjut. Al Meera sendiri bersaing dengan supermarket Prancis yang ada di Qatar, Monoprix dan Carrefour.
Sebelumnya, majalah satire Prancis, Charlie Hebdo, mengumumkan menerbitkan ulang kartun Nabi Muhammad, pada Selasa (1/9). Penerbitan ulang dilakukan untuk menandai dimulainya persidangan penyerangan kantor mereka terkait karikatur itu pada 7 Januari 2015 silam.
Ketika itu, 12 orang, termasuk beberapa kartunis terkemuka, tewas dalam serangan yang dilakukan dua bersaudara, Said dan Cherif Kouachi, di kantor Charlie Hebdo, Paris.
Sejumlah politikus Prancis, terutama partai sayap kanan Front Nasional pimpinan Marine Le Pen, mendukung penerbitan karikatur nabi itu serta menghubungkan aksi teror dengan ajaran Islam dan menyuarakan ujaran anti-Islam. Sementara, Macron menyatakan tidak bisa mencampuri keputusan redaksional majalah.
Selain itu, ada insiden pemenggalan guru sejarah, Samuel Paty, oleh Abdoullakh Abouyezidovitch, seorang remaja berusia 18 tahun yang merupakan pendatang dari Chechnya, di kota kecil Conflans-Sainte-Honorin, Val d'Oise, Prancis, Jumat (16/10).
Guru sekolah menengah itu disebut sempat menggelar diskusi soal kartun Nabi Muhammad dengan para muridnya. Pelaku kemudian ditembak mati polisi.
Setelah insiden itu Macron berpendapat bahwa 'dibunuh karena para umat muslim menginginkan masa depan kita'. Sejak itu Macron mendapat kritik dari berbagai pihak, seperti presiden dan kementerian.
Salah satu yang mengkritik Macron adalah Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan. Ia menyindir Macron atas kebijakannya terhadap kelompok muslim di Prancis dan mengatakan bahwa Macron perlu mengecek kesehatan mental.
Sumber: CNNindonesia.com