Soroti Kegaduhan Rizieq Shihab, Habib Se-Jabar Serukan Dakwah Santun dan Berakhlak
D'On, Bandung (Jabar),- Polemik dan kegaduhan yang terjadi akibat kerumunan massa pendukung Imam Besar Front Pembela Islam (FPI), Habib Rizieq Shihab, menjadi sorotan para habib di Provinsi Jabar.
Berangkat dari rasa prihatin dan kegelisahan menyikapi kegaduhan tersebut, para habib yang tergabung dalam Majelis Habaib Jawa Barat menyerukan kedamaian demi keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Melalui Halaqah Majelis Habaib Jawa Barat, mereka berkumpul untuk menyamakan visi dan misinya sekaligus menunjukkan sikap kepada masyarakat luas dalam menyikapi kegaduhan tersebut.
Majelis Habaib Jawa Barat juga mengajak semua pihak, terutama para habib untuk menyiarkan akhlak mulia yang merupakan ciri khas dari dzurriyah Rasulullah SAW serta mengimbau para habib untuk bersikap proaktif dalam merajut persatuan dan ukhuwah secara baik dan damai.
"Mari kita sama-sama membangun bangsa Indonesia dengan segala potensi yang miliki demi NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia) yang baldatun toyyibatun warobbun ghofuur," tegas salah satu inisiator Halaqah Majelis Habaib Jawa Barat, Habib Umar bin Husein Assegaf seusai Halaqah Majelis Habaib Jawa Barat di kawasan Kopo, Kota Bandung, Sabtu (28/11/2020).
Dalam kesempatan itu, Habib Umar juga menegaskan bahwa dalam syiar Islam, para habib harus menggunakan cara-cara yang elegan dengan menghindari kata-kata yang kasar dan kurang santun. Terlebih, kata Habib Umar, Islam mengajarkan kebaikan dengan acara-acara yang baik.
"Demi kedamaian, marilah kalau kita mengajak kepada hal yang baik caranya juga harus baik, dengan santun, dengan bijak. Tidak bisa kita mengubah seseorang dengan cara yang kasar, arogan, tidak bisa. Selain menimbulkan antipati, akan hilang pesan bahwa Islam adalah rahmatan lilalamin, rahmat bagi alam semesta," tegasnya.
Habib Umar menambahkan, Halaqah Majelis Habaib Jawa Barat benar-benar murni muncul dari hati sanubari para habib, termasuk ulama dan mubalig di Jabar sebagai salah satu implementasi nilai-nilai Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika.
Menurutnya, halaqah juga menjadi wujud pernyataan sikap bahwa para habib, termasuk ulama dan mubaligh di Jabar banyak yang tidak sependapat dengan cara-cara yang tidak elegan, baik dalam syiar Islam maupun menunjukkan perbedaan pandangan dalam berpolitik.
"Karena banyak juga masyarakat yang bertanya, apakah para habib sama caranya, sama sepak terjangnya dalam pembinaan keagamaan, dalam memperlihatkan ketidakcocokan baik dalam politik atau apapun. Saya jawab tidak. Karena banyak habib, ulama, dan mubalig menyatakan tidak setuju dengan cara-cara tersebut," tandasnya.
Habib Syarif Muhammad Al-aydrus menambahkan, para habib di Jabar tak ingin terjebak dan terbawa arus dalam faksi dan kelompok. Pihaknya pun tak ingin menjadi bagian dari masalah ataupun membuat masalah menjadi lebih kompleks.
"Kita ingin ikut ambil bagian memberikan solusi, agar masalah ini tidak berkepanjangan dan semakin kompleks karena kita mengharapkan Indonesia ini damai karena damai itu indah, damai itu sehat, damai itu dambaan semua insan," katanya.
(ning/okz)