Analisis Pengamat Intelijen Sebut 4 Laskar yang Buron Kunci dari Kesimpangsiuran Informasi Penembakan
D'On Jakarta,- Kasus penembakan enam laskar Front Pembela Islam (FPI) terjadi saling bantah antara pihak FPI dan kepolisian. Di mana, FPI merasa laskarnya tidak melakukan penyerangan, sementara kepolisian sebaliknya melakukan tindakan tegas karena ada penyerangan di Tol Cikampek.
Menurut Pengamat Intelijen Al Chaidar, 4 orang yang buron dalam kasus kasus penembakan terhadap laskar khusus FPI menjadi kunci untuk mengungkap peristiwa tersebut. Chaidar menegaskan hal tersebut menyusul perbedaan keterangan yang disampaikan oleh pihak kepolisian dan temuan FPI.
"4 orang pengawal yang melarikan diri itu menjadi kunci," kata Chaidar, Selasa (8/12/2020).
Chaidar mengatakan, kasus penembakan tersebut sangat rumit untuk dijelaskan dengan adanya perbedaan tersebut. Namun demikian, ia meyakini keterangan pihak kepolisian.
"Polisi tidak mungkin menembak jika tidak ditembak duluan. Artinya, FPI memang membawa senjata tidak mungkin polisi merekayasa temuan senjata api dan senjata tajam," ungkapnya.
Chaidar juga meyakini bahwa penembakan tersebut bagian dari operasi intelijen akan tetapi hal itu memang sulit untuk diungkap. "Kemungkinan itu tetap ada jika ada pihak intelijen yang mau mengakui. Persoalannya adalah tidak ada intelijen yang mau mengakui hal tersebut," ungkapnya.
Chaidar menambahkan, bahwa dirinya mengaku telah mendengar rekaman detik-detik peristiwa tersebut. Berdasarkan rekaman itu ia yakin keterangan polisi lebih kuat.
"Iya polisi lebih valid setelah saya mendengar rekaman komunikasi radio para pengawal HRS," tandasnya.
Sebagai informasi, Kapolda Metro Jaya Irjen Fadil Imran mengungkapkan bahwa penembakan dilakukan lantaran adanya serangan dari kelompok FPI tersebut menggunakan senjata api. Sementara itu, Sekretaris FPI Munarman membantah keterangan Fadil. Menurutnya anggota FPI tidak melakukan penyerangan awal apalagi menggunakan senjata api.
(Ari/okz)