Kesal Kerap Dipalak, Warga Caringin Tilu Aniaya 2 Preman, 1 Tewas
D'On, Bandung (Jabar),- Dua preman dianiaya oleh sejumlah warga karena kesal kelakuan mereka yang kerap memeras. Satu orang berinisial AA (44) meninggal dunia, rekannya berinisal A (48) mengalami luka berat.
Diketahui, warga yang terlibat dalam penganiayaan itu berinisial P (40), HG (28), Y (32), R (50), R (26), C (31), I (49), D (49), A (42), S (33), J (52), H (40). Selain mereka, ada satu orang yang masih di bawah umur.
Kapolresta Bandung Kombes Hendra Kurniawan mengatakan, peristiwa ini terjadi pada Senin (18/1/2021) sekitar pukul 21.00 di Kampung Caringin Tilu (Cartil) Desa Cimenyan, Kecamatan Cimenyan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.
Warga merasa kesal karena dua orang preman kerap mengganggu ketertiban hingga melakukan pemerasan terhadap bandar sayur. Di daerah tersebut, mayoritas warga berprofesi sebagai petani sayuran.
Salah seorang tersangka, Y mengajak warga untuk melakukan penganiayaan. Y itu pula yang merencanakan aksi dengan mengajak dua korban untuk minum kopi di sebuah warung.
"Pada saat pengeroyokan, korban sempat berlari namun dikejar para pelaku hingga akhirnya salah satu korban Asep meninggal dunia dan korban Ayi mengalami luka serius di sekujur tubuhnya akibat hantaman benda tumpul," kata Hendra, Senin (25/1).
Tak lama setelah peristiwa, polisi yang mendapat laporan kemudian melakukan penyelidikan hingga menangkap semua tersangka. Beberapa di antaranya menyerahkan diri. Barang bukti yang disita berupa satu kursi, satu batu bata dan sebuah potongan besi.
Guna membertanggungjawabkan perbuatannya, tersangka P, HG, YS, R, R, CA, IS, L dijerat pasal 170 KUHP, tersangka D, AK, S, J dijerat pasal 160 dan tersangka I dijerat pasal 306 (2) KUHP, dengan ancaman penjara masing-masing 9 tahun, 6 tahun dan 12 tahun penjara.
"Untuk hukumannya masing-masing tersangka dikenakan hukuman penjara yang berbeda, tergantung perannya masing-masing," ucap dia.
Disinggung mengenai dugaan pemerasan oleh korban, pihak kepolisian Hendra sebut sudah memprosesnya, tiga hari sebelum peristiwa pengeroyokan.
"Mungkin karena (korban) terlalu sering (memeras), akhirnya timbul juga kejengkelan dari pada pelaku ini dan memberi pelajaran. Padahal tidak boleh main hakim sendiri, sehingga konsekuensinya ya harus kita lakukan proses penegakkan hukum, termasuk yang masih di bawah umur," katanya.
(mdk/rhm)