Kecolongan bom Makassar, Densus 88 incar teroris Bekasi dan condet
Penggerebekan jaringan diduga teroris oleh Densus 88 di wilayah Bekasi dan Condet dibenarkan Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Yusri Yunus. Jika ada tindakan penggerebekan yang dilakukan oleh Densus 88 terkait aksi jaringan teroris tersebut.
“Iya benar (melakukan penggeledahan di lokasi terduga teroris),” kata Kombes Yusri kepada wartawan, Senin 29 Maret 2020.
Ditambahkan Yusri menyebut lokasi pertama terletak di Kabupaten Bekasi, lokasi tersebut yakni di sebuah bengkel di jalan Raya Cikarang, Cibarusah, Kaputen Bekasi.
“TKP kedua di Jalan Raya Condet, Kelurahan Bale Kambang, Kramat Jati, Jakarta Timur,” beber Yusri.
Kepolisian sendiri terus melakukan penggerebekan terkait jaringan teroris setelah aksi kebobolan pihak keamanan Polri dengan adanya peristiwa bom di Makassar.
Pengamat Terorisme Universitas Indonesia (UI) Ridwan Habib memprediksi, bahan peledak yang digunakan untuk merakit bom bunuh diri di Gereja Katedral Makassar, Sulawesi Selatan bisa dibeli secara online.
Ridwan Habib mengungkapkan, bahan peledak yang digunakan oleh pelaku bom bunuh diri tersebut menggunakan bahan peledak jenis TATP (triaceton triperoxide).
Penilaian itu, kata Ridwan, didasarkan pada pengamatan api yang menyala atau flare, hingga kualitas asap yang diamati dari sejumlah video yang beredar di jagat media sosial.
Sehingga dia menyimpulkan, dari segi kepadatan bahan peledaknya, jenis bom TATP bisa dibeli secara online.
“Dilihat dari flare atau nyala api dan kualitas asap di situ, kepadatan bahannya tampaknya ini TATP dan bisa memang TATP ini dicari secara online,” kata Ridwan, dikutip Suara pada Senin, 29 Maret 2021.
bom bunuh diri
Bom Gereja Katedral Makassar. Foto: Twitter | Bahan peledak bom katedral Makassar ternyata bisa dibeli online
Setidaknya, bahan peledak jenis TATP pernah digunakan di sejumlah kasus, di antaranya pelaku bom gereja di Surabaya pada tahun 2018 silam.
Dari ledakan bom tersebut, dia juga memprediksi ada dua kemungkinan pihak yang dianggap sebagai dalang dari perakitan bom bunuh diri.
Kemungkinannya, pelaku merupakan mantan narapidana terorisme dan yang kedua ialah DPO terorisme yang belum ditangkap.
“Dan dilihat dari cara merakitnya ini pasti orang ini (perakit bom Katedral Makassar) memahami cara perakitan, dengan demikian bisa dilakukan oleh dua kemungkinan; pertama adalah mantan napi terorisme kedua adalah DPO terorisme yang belum tertangkap,” imbuhnya.
Seperti diketahui, pasca insiden bom bunuh diri di depan Gereja Katedral, Makassar, Sulsel, Polri menggencarkan pengamanan diseluruh wilayah Indonesia. Hal tersebut dilakukan untuk mengantisipasi aksi teroris serupa.
(hops)