Isi Surat Wasiat Terduga Teroris di Gereja Makassar dan Mabes Polri, Sebut Soal Riba hingga Minta Maaf
D'On, Jakarta,- Ada kesamaan dalam surat wasiat yang ditinggalkan pelaku bom bunuh diri di Gereja Katedral Makassar L (26) dan penyerang Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia (Mabes Polri) di Jakarta, ZA (25).
Dilansir dari KompasTV, kesamaan dari kedua isi surat wasiat ZA dan L adalah permintaan maaf kepada orangtua.
Kedua adalah permintaan untuk tidak berutang ke bank dan terakhir meminta kakak dan adik untuk menjaga orangtua.
Terkait surat wasiat L, Kapolda Sulawesi Selatan Irjen Pol Merdisyam membenarkan.
Surat tersebut dibuat oleh L dengan tulisan tangan. Surat itu ditemukan saat penggeledahan tim Densus 88 Mabes Polri bersama tim gabungan Polda Sulsel di rumah pelaku di Jalan Tinumbu Lorong 1, Kecamatan Bontoala, Makassar, Senin (29/3/2021).
"Ya itu salah satu yang didapat saat penggeledahan," kata Merdisyam saat dikonfirmasi wartawan melalui pesan singkat, Selasa siang.
Sementara itu, surat yang dibuat ZA ditemukan sebelum aksi di Mabes Polri.
"Tadi berdasarkan keterangan dari kakaknya, bahwa surat wasiat ini sebelumnya sudah ditemukan," ujar Lurah Kelapa Dua Wetan, Sandy Adamsyah, di rumah ZA di Kelapa Dua Wetan, Ciracas, Jakarta Timur, Rabu (31/3/2021).
Namun, saat ditemukan, pihak keluarga mengaku tak tahu harus mencari ZA di mana.
Lalu, kakak ZA berencana melapor ke Polres. Namun, penyerangan telanjur terjadi.
"Kakaknya agak bingung mau lapor ke mana. Nah, akhirnya dia ada inisiatif mau ke Polres, tapi (lebih dulu) terjadi hal yang tidak kita inginkan ini," tambah Sandy.
Seperti diketahui, dalam kedua surat wasiat tersebut, para terduga teroris juga meminta maaf atas aksi mereka tersebut.
Dalam suratnta, L menyampaikan, aksi yang ditempuhnya adalah cara untuk menyelamatkan keluarga.
"Istiqamah ki semua di jalan ini nah ummy, pitto (adik) dan keluarga ku yang saya cintai karena Allah, semoga Allah kumpul ki di surga dan semua sodarahnya dan keluargannya Bapak ku,"tulis L.
L juga membubuhkan tanda tangannya di akhir suratnya itu.
(*)