Pengakuan 5 Teroris Ditangkap di Jabodetabek, Simpatisan FPI hingga Ingin Ledakkan SPBU
D'On, Jakarta,- Densus 88 Antiteror menangkap sejumlah teroris di Jabodetabek usai bom bunuh diri di Gereja Katedral, Makassar. Mereka mengaku mau meledakkan SPBU dan industri China di Indonesia.
Kelima teroris ini ditangkap di Jakarta, Bekasi, dan Tangerang Selatan atau wilayah Jabodetabek.
Kelimanya mengaku sebagai simpatisan FPI. Beberapa di antaranya mengaku hendak meledakkan industri-industri China di Indonesia hingga SPBU.
Dari video yang diterima wartawan, Sabtu (3/4/2021), teroris bernama Ahmad Junaidi mengaku sebagai simpatisan FPI dan kerap mengikuti pengajian sepulang Habib Rizieq Shihab ke Indonesia beberapa waktu lalu.
Ahmad Junaidi sebelumnya diamankan tim Densus 88 Antiteror di Ciputat Timur, Tangerang Selatan, Senin (29/3) lalu.
Ahmad Junaidi mengaku rutin mengikuti pengajian yang dipimpin oleh Habib Husein Hasni di Condet, Jaktim, yang juga ditangkap tim Densus 88 Antiteror.
“Saya Ahmad Junaidi salah satu anggota simpatisan FPI, semenjak Habib Rizieq pulang ke Indonesia dan saya juga tergabung di dalam jemaah pengajian di bawah pimpinan Habib Husein Hasni Condet dan diadakan setiap malam Jumat bergilir ke rumah-rumah semua anggota jemaah pengajian,” ujar Ahmad Junaidi.
Menurut Ahmad Junaidi, usai pengajian, banyak dibahas tentang keadaan negara yang dikuasai oleh China.
Ahmad Junaidi juga mengaku menjemur bahan peledak dari aseton dan HCl di rumahnya.
Menurut pengakuannya, setelah kajian, banyak membahas tentang keadaan negara yang sudah dikuasai oleh China, masalah kekayaan alam, serta kekuatan-kekuatannya sudah dikuasai oleh China.
Akhirnya teman dia bernama Bambang dan Agus memberikan semangat untuk mengajak melakukan peledakan di industri-industri China yang ada di Indonesia.
Dia pun pernah dihubungi untuk menjemur serbuk bahan peledak yang dari acetone dan HCl selama 3 hari di rumah, lalu saya serahkan kembali kepada Agus.
“Setelah itu, saya kumpulkan kembali menjadi 3 stoples dalam bentuk serbuk yang sudah kering. Dan adapun pengajian mengajak kami untuk pergi ke Sukabumi ke Abah Popon untuk pengisian untuk jaga-jaga keamanan diri masing-masing,” jelas Ahmad Junaidi.
Sementara itu, Zulaimi Agus mengaku membuat bahan peledak jenis TATP. Zulaimi Agus ditangkap di Serang Baru, Cibarusah, Kabupaten Bekasi, Senin (29/3).
Di rumah kontrakan Zulaimi Agus, tim Densus 88 Antiteror menemukan sejumlah bahan peledak aktif.
Zulaimi Agus mengaku belajar membuat bom setelah kerusuhan di depan Bawaslu pada 21 Mei 2019.
“Saya belajar membuat TATP atau acetone peroxide sejak pasca-kerusuhan Mei 212 di depan Bawaslu. Sudah mencoba lima kali membuat di bengkel Sinergi Motor Serang Baru, Cibarusah, Kabupaten Bekasi,” katanya.
“Saya belajar membuat bahan tersebut dari blog internet dengan cara mengaktifkan VPN,” kata Zulaimi Agus.
Zulaimi Agus termotivasi membuat bahan peledak karena ingin menegakkan keadilan dengan cara sendiri terhadap tindakan Brimob kepada demonstran 212.
“Motivasi saya membuat TATP saya merasa negara ini sudah tidak ada keadilan, saya ingin membalas,” katanya.
“Sebetulnya bukan ingin membalas, saya ingin menegakkan keadilan dengan cara saya sendiri atas tindakan aparat Brimob yang berlaku sewenang-wenang terhadap demonstran kerusuhan Bawaslu 2019,” katanya lagi.
“Saya bergabung dengan FPI tahun 2019 wilayah DCP Serang Baru, Kabupaten Bekasi sebagai Wakadit Jihad,” katanya juga.
“Saya bergabung dengan Majelis Ratib Yasin Waratib diajak oleh Bambang alias Abi dikenalkan Habib Husein, saya mengajarkan cara membuat TATP tersebut kepada Habib Husein, Malik, Noval, Bang Heri, Bang Jun di rumah Habib Husein di garasi,” katanya.
Zulaimi Agus kemudian mengajarkan tahapan membuat bahan peledak di hadapan teman-temannya.
Namun, dari sekian yang hadir, hanya Habib Husein yang kemudian menanyakan lebih lanjut soal bahan peledak tersebut.
“Tahapan yang saya ajarkan kepada mereka mencampurkan bahan acetone cair dan H2O cair dan HCl sekaligus hingga menyebabkan terjadinya letupan. Setelah hal itu terjadi membuat mereka yang ada di situ yang lagi belajar terlihat seperti kapok, karena ada letupan tadi,” jelasnya.
“Setelah saya pulang ke rumah hanya Habib lah yang menelpon saya menanyakan bahannya kesalahannya ada di mana,” jelasnya.
“Pada Februari saya berangkat ke Sukabumi bersama grup jamaah Ratib Yasin Warotib tujuannya minta doa dan isi ilmu kebal, adapun jemaah yang diisi itu saya, Bang Jun, Habib, Malik, Bambang, Bang Jeri, dan Jati,” jelasnya.
(ral/int/pojoksatu)