Kapan Lebaran 2021 dan Jadwal Sidang Isbat untuk Idul Fitri 1 Syawal
Isi Maklumat yang dirilis laman resmi PP Muhammadiya ini berdasarkan hasil hisab hakiki wujudul hilal yang dipedomani oleh Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah.
Hasil perhitungan hisab hakiki wujudul hilal dilakukan PP Muhammadiyah tersebut memuat kesimpulan berikut:
1 Ramadhan 1442 Hijriah jatuh pada hari Selasa Wage, 13 April 2021
1 Syawal 1442 Hijriah (Idul Fitri) jatuh pada hari Kamis Wage, 13 Mei 2021
1 Zulhijah 1442 Hijriah jatuh pada hari Ahad Pon, 11 Juli 2021
Hari Arafah (9 Zulhijah 1442 H) jatuh pada hari Senin Legi, 19 Juli 2021
Idul Adha (10 Zulhijah 1442 H) jatuh pada hari Selasa Pahing, 20 Juli 2021.
Sementara itu, untuk jadwal Idul Fitri 1 Syawal 1442 H versi Kementerian Agama (Kemenag) baru akan diumumkan setelah sidang isbat.
Sidang isbat untuk menentukan kapan 1 Ramadan 1441 akan digelar Kementerian Agama (Kemenag) akhir Ramadhan 1442 H.
Terdapat sejumlah titik rukyatul hilal yang tersebar di seluruh provinsi di Indonesia. Keputusan sidang isbat akan didasarkan pada hasil rukyatul hilal dan data hisab posisi hilal pada tanggal tersebut.
Terkait dengan pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) yang melanda Indonesia, sidang isbat penentuan awal Ramadan tahun 2020 lalu digelar dengan skema berbeda dibandingkan sidang tahun-tahun sebelumnya. Kemenag akan menggunakan sarana teleconference.
Apa Itu hisab hakiki wujudul hilal yang digunakan Muhammadiyah?
Dalam siaran resminya, PP Muhammadiyah menerangkan bahwa Ormas Islam ini berpegangan ke pendapat bahwa hisab digunakan dalam arti perhitungan waktu dan arah tempat guna kepentingan pelaksanaan ibadah, seperti penentuan waktu salat, Ramadhan, Idulfitri, dan waktu haji.
Metode hisab juga dipakai Muhammadiyah dalam perhitungan waktu gerhana untuk melaksanakan sholat gerhana, serta penetapan arah kiblat sholat.
"Penetapan waktu dan arah itu dilakukan dengan perhitungan terhadap posisi-posisi geometris benda-benda langit, khususnya matahari, bulan, dan bumi yang digunakan untuk menentukan waktu-waktu di muka bumi dan arah," demikian keterangan PP Muhammadiyah.
Pengkajian tentang posisi-posisi geometris benda-benda langit untuk menentukan penjadwalan waktu di muka bumi ini merupakan bagian peradaban Islam yang disebut ilmu haiah (astronomi) atau yang sering juga disebut dengan ilmu falak.
"Hisab yang digunakan Muhammadiyah adalah hisab wujud al-hilal, yakni metode menetapkan awal bulan baru yang menegaskan bahwa bulan Qamariah baru dimulai apabila telah terpenuhinya 3 parameter: [yakni] telah terjadi konjungsi atau ijtimak; ijtimak itu terjadi sebelum matahari terbenam; dan pada saat matahari terbenam bulan berada di atas ufuk," tulis Muhammadiyah.
(*)