KPAI Temukan Sejumlah Pelanggaran Prokes di Sekolah
D'On, Jakarta,- Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) kerap menemukan pelanggaran protokol kesehatan (prokes) saat melakukan pengawasan langsung terhadap pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas ke berbagai sekolah di sejumlah daerah. KPAI bahkan menemukan adanya sebagian guru dan siswa yang tidak bermasker saat berada di lingkungan sekolah.
"Pelanggaran prokes yang terutama adalah 3M, di antara masker yang diletakan di dagu, masker yang digantungkan di leher, tempat cuci tangan yang tidak disertai air mengalir dan sabun, bahkan ada sebagian guru dan siswa tidak bermasker saat berada di lingkungan sekolah," ujar Komisioner KPAI, Retno Listyarti, saat dikonfirmasi, Senin (27/9).
Retno menuturkan, ada sekolah yang mayoritas siswanya melepas masker saat tiba di sekolah. Ketika anak-anak tersebut diwawancarai, mereka mengatakan, mereka memakai masker saat di perjalanan pergi dan pulang sekolah. Menurut Retno, mereka menganggap fungsi masker sama dengan helm saja.
Retno juga mengatakan, berdasarkan pemantauan langsung pula, ada sekolah dasar (SD) yang memiliki tempat cuci tangan di setiap depan kelas. Namun, ketika diperhatikan, tak ada satu pun peserta didik dan pendidik yang mencuci tangan ketika tiba di sekolah. Mereka langsung masuk ke dalam sekolah.
"Saat KPAI datang dan duduk di dekat pintu gerbang sekolah, tak ada satu pun peserta didik dan pendidik yang mencuci tangan saat tiba di sekolah”, ungkap dia.
Retno mengaku, pada Sabtu (25/9) lalu dia menerima pengaduan masyarakat melalui aplikasi whatsapp di ponselnya. Aduan masyarakat yang berasal dari Kabupaten Bandung dan Kabupaten Sumedang itu terkait dengan pelaksanaan PTM terbatas di jenjang taman kanak-kanak (TK) dan SD. Aduan tersebut disampaikan dengan disertai foto-foto.
"Dalam foto tersebut tampak seorang siswa laki-laki berseragam putih merah sedang diperiksa suhu tubuhnya dengan thermogun oleh seorang guru perempuan yang tidak mengenakan masker," kata dia.
"Sedangkan foto yang satu lagi adalah suasana di dalam kelas di mana anak-anak sedang berdiri dengan tangan diangkat ke depan. Ada satu guru perempuan dan sembilan siswa/siswi TK, semuanya tidak menggunakan masker, baik guru maupun muridnya. Ini kan sangat berbahaya," sambung Retno.
Semestinya, kata dia, pendidikan dibuka dari perguruan tinggi, SMA/SMK, serta SMP yang peserta didiknya sudah divaksin dan perilakunya sudah terkontrol. Saat ini yang terjadi adalah perguruan tinggi belum dibuka, tapi PAUD/TK dan SD justru sudah dibuka.
"Perguruan tinggi belum dibuka, namun PAUD/TK dan SD malah sudah buka. Padahal anak PAUD/TK dan SD belum mendapatkan vaksin dan perilaku anak TK dan SD sulit dikontrol. Ini sangat berisiko," kata dia.
(*/Republika)