PBB: Partai Demokrat Baper dan Gagap, Membabi Buta Menyerang Yusril
D'On, Jakarta,- Ketua DPP Partai Bulan Bintang (PBB), Randy Bagasyudha, angkat bicara terhadap serangan bertubi-tubi yang dilontarkan politikus Partai Demokrat pada ketum PBB, Yusril Ihza Mahendra.
Randy menilai tuduhan para kader Demokrat tak beralasan mengingat Yusril hanya berperan sebagai seorang kuasa hukum profesional yang membantu menangani perkara kliennya.
Sikap Demokrat yang seperti ini pun dinilai Randy jelas berseberangan dengan sikap petinggi Demokrat yang juga Presiden Keenam Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang dikenal kalem dan tidak gegabah dalam mengambil tindakan.
"Melihat respons dari PD (Partai Demokrat) yang baper dan gagap dengan membabi buta menyerang Prof Yusril hingga urusan pribadi hanya karena menjadi lawyer bagi 4 orang kader Demokrat yang dipecat dan merasa dizalimi menunjukkan ketidakpedean dan nalar yang tak jalan," ujar Randy melalui keterangan tertulisnya, Minggu (26/9).
"Hal ini tentu membingungkan melihat karakter Pak SBY yang biasanya tenang dan penuh pertimbangan. Namun, sekarang terlihat gagap dan baper," sambungnya.
Sejumlah pengurus Demokrat menyerang Yusril karena bersedia menjadi kuasa hukum Demokrat kubu Moeldoko. Yusril menegaskan memilih menjadi kuasa hukum mereka karena ingin membela hak-hak politik.
PBB juga heran karena serangan kader Demokrat bukan pada substansi masalah. Lebih pada sosok Yusril yang membela kubu Moeldoko.
"Anehnya dan baru pertama kita lihat serangan justru diarahkan kepada sosok lawyer bukan kepada sosok pemohon apalagi bicara mengenai isi permohonannya. Aneh kan?" ucap Randy.
Randy juga heran kader Demokrat mengaitkan Yusril dengan Moeldoko. Padahal, menurut Randy, bantuan hukum yang diajukan Yusril murni karena tindakan zalim partai yang secara semena-mena telah memecat empat kadernya.
"Dalam isi permohonan juga tertera jelas nama dan alamat para pemohon, tidak ada nama Moeldoko di sana. Apakah PD (Partai Demokrat) sedang menggunakan jurus andalannya dengan playing victim guna mengemis simpati publik? Basi ah," ujarnya.
Persoalan ketiga yang turut dipermasalahkan Randy yaitu ketika para kader demokrat turut menyerang PBB sebagai partai asal dari Yusril. Meski berstatus sebagai Ketum, Randy berani menjamin bahwa Yusril murni menjalankan tugasnya sebagai lawyer.
"Prof YIM (Yusril Ihza Mahendra) banyak diminta menjadi lawyer dalam urusan partai lain. Seperti kasus Aburizal-Agung Laksono di Golkar, Djan Farid-Romy di PPP dan masih banyak kasus lainnya termasuk gugatan para calon kepala daerah di Pilkada," kata dia.
"Bukan berarti PBB ikut campur urusan Golkar, PPP dan lainnya tapi kita lihat semuanya mampu bernalar dan bertarung di pengadilan dengan argumen dan fakta hukum," lanjut Randy.
Lagipula, Randy mengatakan, jika kasus ini dimenangkan klien Yusril, maka akan bermanfaat bagi tata kelola parpol di Indonesia ke depan. Ia pun heran mengapa Andi Arief melontarkan tudingan Yusril telah bersikap pragmatis karena bersedia menjadi kuasa hukum.
"Kalau kata Andi Arief tua adalah kelelahan dan pragmatisme dengan kegagapan dan nalar yang tak jalan, sekarang siapa yang kelihatan lelah dan pragmatis? Mungkin Andi Arief sedang, ah sudahlah," tutupnya.
(*/kumparan)