Muhammadiyah Heran Yaqut Sebut Kemenag Hadiah Negara untuk NU
D'On, Jakarta,- Sekretaris Umum PP Muhammadiyah, Abdul Mu'ti, heran dengan ucapan Menteri Agam (Menag) Yaqut Cholil Qoumas yang menyatakan Kemenag merupakan hadiah negara untuk Nahdlatul Ulama (NU). Mu'ti mengatakan sejarah Kemenag tidak seperti yang disampaikan Yaqut.
"Saya tidak tahu apa maksud dan tujuan Menteri Agama membuat pernyataan tersebut. Setahu saya sejarah Kementerian Agama berbeda dengan yang disampaikan oleh Menteri Agama," ujar Mu'ti, Minggu (24/6/2021) malam.
Mu'ti pun mempersilakan kepada publik untuk menilai pernyataan Yaqut tersebut, apakah untuk NU sentris atau tidak.
1. Yaqut sebut Kemenag merupakan hadiah negara untuk NU
Diketahui, pernyataan Yaqut soal Kemenag hadiah negara untuk NU disampaikan saat berbicara di webinar bertajuk "Sudut Pandang Politik, Ekonomi, Budaya dan Revolusi Teknologi" yang diunggah ke YouTube Televisi Nadhlatul Ulama pada 20 Oktober 2021. Mulanya, Yaqut mengatakan ingin mengubah tagline Kemenag "ikhlas beramal".
"Ada perdebatan kecil di Kementerian gitu ya, ketika mendiskusikan soal Kementerian Agama, saya berkeinginan mengubah tagline atau logo Kemenag, tagline Kemenag itu kan ikhlas beramal, saya bilang gak ada ikhlas itu ditulis, namanya ikhlas itu dalam hati, ikhlas kok ditulis, ini menunjukkan gak ikhlas," ujar Yaqut.
2. Perdebatan merembet ke sejarah Kemenag
Perdebatan mengubah tagline belum selesai, muncul silang pendapat terkait sejarah Kemenag. Menurutnya, ada salah satu staf yang menyampaikan kalau Kemenag itu merupakan hadiah negara untuk umat Islam.
"Karena waktu itu perdebatannya bahwa kementerian ini harus menjadi kementerian semua agama, melindungi semua umat beragama, ada yang tidak setuju, kementerian ini harus kementerian agama Islam, karena Kementeiran Agama itu adalah hadiah untuk umat Islam," katanya.
Yaqut kemudian membantahnya. Menurutnya, Kemenag merupakan hadiah negara untuk NU.
"Kenapa bisa begitu? Kementerian Agama itu muncul karena pencoretan tujuh kata dalam piagam Jakarta. Yang mengusulkan menjadi juru damai atas pencoretan itu Bapak Hasbullah, Wasekjen yang waktu itu (menjadi) ulama, maka lahirlah Kementerian Agama," ucapnya.
3. Menag Yaqut mengklaim NU organisasi paling moderat
Ia pun memahami bila muncul tanda tanya mengapa kementerian agama juga kini mengafirmasi agama lain seperti Hindu, Buddha, Kristen, dan Katolik. Menurutnya, NU adalah organisasi Islam yang besar dan paling moderat. Maka, organisasi itu turut mengayomi agama lain.
"Saya bilang NU itu besar, banyak umatnya, jemaah besar secara fisik badannya. Orang yang besar itu cenderung melindungi yang lemah dan kecil. Itu adalah sifat NU, bahwa kami di mana-mana ingin melindungi yang kecil," ungkap Yaqut.
"Jadi, kalau sekarang Kementerian Agama juga mengafirmasi agama lain bukan berarti menghilangkan ke-NU-annya. Tapi, justru menegaskan ke-NU-annya. NU terkenal paling moderat dan toleran," katanya.
(IDN)