Keluarga Tersangka Klaim Ada Tembakan di Kepala, Namun Dibantah Kapolres
D'On, Kupang (NTT),- Empat polisi diakui memukul kaki dan tangan Arkin Anabira (22), warga NTT yang tewas usai ditangkap terkait kasus pencurian ternak, bukan menembaknya.
"[Penganiayaan] itu telah diakui oleh anggota saya", kata Kapolres Sumba Barat AKBP Irwan Arianto, Senin (13/12).
"Saya Kapolres, tidak ada luka tembak di korban karena saya lihat sendiri jenazahnya, tapi kalo penganiayaan itu memang iya, tapi anggota saya memukul di bagian kaki dan tangan," lanjutnya.
Diketahui, Arkin, warga desa Malinjak, Kecamatan Katikutana Selatan, Sumba Barat, NTT, meninggal di ruang tahanan diduga dianiaya oleh polisi, Kamis (9/12).
Dia sebelumya ditangkap di rumah pamannya, Andreas Maki Pawolung, pada Rabu (8/12) pukul 23.00 Wita, karena diduga terlibat kasus pencurian ternak dan penganiayaan.
Kapolres melanjutkan pihak Propam sudah memeriksa tujuh anggota Polsek Katikutana dan Polres Sumba Barat terkait kasus ini.
"Sudah tujuh (anggota polisi) yang kita periksa, empat sudah ditahan dan diduga menjadi pelaku penganiyaan," ujarnya.
"Ada empat orang yang sudah menjalani penahanan di propam," imbuh Irwan.
Pihaknya juga berjanji akan serius menangani kasus tersebut. "Saya tidak akan mentolerir jika anggota melakukan kekerasan, pasti saya proses hukum," cetus dia.
Selain itu, Irwan mengatakan saat ini masih menunggu hasil visum et repertum korban dari RSUD Waikabubak. Ia juga mengaku sudah meminta keluarga korban agar jenazah Arkin diautopsi agar mengetahui penyebab pasti kematiannya. Namun, katanya, pihak keluarga menolak itu.
Kapolres menyebut Arkin merupakan tersangka kasus pencurian ternak dan penganiayaan dan masuk daftar pencarian orang (DPO) sejak Agustu 2021. Ada tiga laporan polisi yang diadukan oleh masyarakat di Polsek Katikutana dan Polres Sumba Barat.
Sebelumnya, Antonius Gala, juru bicara keluarga korban, menuntut agar polisi mengusut kematian Arkin.
"Saat kami buka peti jenazah, lehernya patah, kaki dan tangan patah, serta ada luka tembak di kepala," kata Antonius mengurai kondisi jenazah korban.