Maraknya Perselingkuhan dan "Open BO" di Pabrik Ditenggarai Sebagai Buang Penularan HIV/AIDS di Jepara
D'On, Jepara (Jateng),- Adanya kawasan industri besar di Jepara ditengarai menjadi salah satu penyumbang faktor penularan HIV/AIDS. Terlebih diindikasi di komplek industri sering terjadi aksi perselingkuhan dan praktik prostitusi terselubung atau yang juga dikenal dengan istilah open BO.
Diketahui, kawasan industri paling besar di Jepara berada di wilayah Kecamatan Mayong, Pecangaan, dan Kalinyamatan.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Jepara, jumlah ODHA di Jepara sampai bulan Oktober 2021, tercatat ada 60 orang.
Nurul Safa’atun, Sekertaris Yayasan Jepara Plus sekaligus Pengurus Ikatan Perempuan Positif (IPI) Jawa Tengah dan Jepara, menegaskan bahwa saat ini sangat rawan penularan HIV/AIDS di kawasan pabrik.
Nurul mengatakan, kerawanan penularan tersebut terungkap saat IPI Jateng memberikan sosialisasi di salah satu perusahaan besar di Jepara. Tidak hanya kekerasan, indikasi adanya penularan HIV/AIDS juga tinggi.
Nurul mengungkapkan, beberapa faktor yang menyebabkan tingginya penularan HIV/AIDS di kawasan pabrik.
Yang paling banyak yaitu lewat perselingkuhan. Baik sama-sama mau berselingkuh atau perselingkuhan yang didasari adanya intimidasi atau ancaman.
“Justru kalau di perusahaan, di garmen itu malah justru rawan. Sangat rawan. Karena satu, perselingkuhan di pabrik itu banyak. Jangan salah, Open BO-nya tuh lebih kenceng tuh di sono (kawasan pabrik, red),” ungkap Nurul.
Ia juga mengungkapkan, bahwa perselingkuhan atau perbuatan hubungan layaknya suami istri di pabrik tak sedikit yang lewat ancaman.
Yang umum terjadi menurutnya, mandor atau pegawai yang memiliki jabatan lebih tinggi, memaksa karyawan, terutama karyawan baru untuk melakukan perbuatan layaknya suami istri. Atasan menggunakan relasi kuasanya untuk memenuhi hasrat dan nafsu mereka.
“Dari mandor nih, misalkan ada anak yang baru magang, kalau lu mau lolos ya, jadi karyawan tetap, pakailah (tubuh karyawan magang, red) sama kita. Namanya orang butuh pekerjaan, mau tidak mau terpaksa harus mau dong,” terangnya.
Dari hubungan tersebut, lanjut Nurul, tak jarang pula yang berlanjut dalam waktu lama. Bahkan, karyawan magang itu bisa menjadi simpanan atasan.
Selain itu, Nurul juga menemukan fakta bahwa penularan HIV/AIDS bisa lewat cinta lokasi antar karyawan. Bahkan, penularan tersebut juga bermula dari adanya cinta lokasi karyawan yang sesama jenis.
Hingga saat ini, Nurul sudah mendampingi enam ODHA. Rata-rata mereka masih remaja di usia 20 atau 21 tahun. Beberapa di antara ada yang gay.
Untuk mendapatkan data lebih valid, Nurul menyarankan agar Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Jepara melakukan tes atau Voluntary Counseling and Testing (VCT) besar-besaran di perusahaan. Tindakan ini sekaligus bisa mendeteksi angka kekerasan seksual yang terjadi di perusahaan.
“Ini yang harus kita cermati. Di beberapa perusahaan di Jepara itu sudah banyak kekerasan seksual. Jangan dibiarkan terus-terusan begini dong,” jelas Nurul.
Ia menambahkan, mestinya serikat buruh yang ada di perusahaan-perusahaan itu bisa berperan aktif. Sebab, kepada serikat buruh lah, salah satunya, para buruh bisa menyuarakan keluh kesahnya.
(KV)