NATO Peringatkan Rusia untuk Tidak Serang Ukraina
D'On, Latvia,- Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg menjelaskan Rusia akan membayar mahal apabila menginvasi Ukraina.
Pernyataan tersebut disampaikan Stoltenberg, Selasa (30/11) dalam pertemuannya dengan seluruh menteri luar negeri anggota NATO di Kota Riga, Latvia.
Dikutip dari Reuters, NATO memperingatkan Rusia agar menjauhi konfrontasi bersenjata melawan Ukraina. Hal ini menjadi kesekian kalinya NATO menunjukkan komitmen dan ketegasan demi melindungi Ukraina dari ancaman invasi Rusia.
1. NATO kecam aktivitas Rusia di sekitar perbatasan Ukraina
Meskipun Ukraina bukan anggota NATO, namun negara ini mendapat perhatian khusus dari pakta pertahanan tersebut. Sejak Rusia menganeksasi Krimea pada 2014 silam Ukraina tidak pernah lepas dari bantuan pelatihan militer hingga alutsista dari NATO.
Sekarang dengan keberadaan militer Rusia yang kembali memadati perbatasan Ukraina, NATO sangat mengkhawatirkan masalah terburuk yang dapat terjadi, seperti yang dilansir dari Reuters.
Bahkan Menteri Luar Negeri Inggris dan Jerman satu suara mengecam ancaman invasi militer Rusia atas Ukraina.
"Kami akan berdiri dengan sesama (negara) demokrasi melawan aktivitas berbahaya Rusia," ujar Menlu Inggris Liz Truss.
Kemudian diperkuat dengan pernyataan Menlu Jerman Heiko Maas yang menjelaskan bahwa, "dukungan NATO untuk Ukraina tidak terputus... Rusia harus membayar harga tinggi untuk segala bentuk agresi," ucapnya.
2. AS bagikan informasi intelijen terkait pergerakan militer Rusia
Kekhawatiran NATO berbanding lurus dengan Amerika Serikat (AS) yang sudah terlebih dahulu mengawasi seluruh pergerakan militer Rusia.
Washington diketahui sebagai pihak pertama yang memperingatkan Ukraina dan NATO akan pergerakan "tidak wajar" oleh militer Rusia beberapa bulan lalu. Pergerakan itu terlihat jelas melalui citra satelit mata-mata AS di sepanjang perbatasan Ukraina.
Melansir ABC News, keberhasilan awal AS mendeteksi aktivitas militer Rusia membuatnya terpanggil untuk terus melanjutkan pembagian informasi intelijen kepada sekutunya.
Di sisi lain, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken pun ikut menyuarakan dukungan kepada Ukraina dan memastikan akan terus mengawasi setiap gerak gerik Rusia.
"Kami sangat prihatin dengan pergerakan yang kami lihat di sepanjang perbatasan Ukraina. Kami tahu jika Rusia sering menggabungkan aktivitas tersebut dengan upaya internal yang berusaha mengancam kestabilan suatu negara. Ini adalah sebuah skenario, dan kami akan terus memonitornya secara seksama," ujar Blinken.
3. Aliansi Rusia-Belarusia melawan NATO
Ancaman perang terbuka antara Rusia dan Ukraina secara langsung akan menyeret seluruh Eropa dalam konflik besar. Walaupun NATO berkat dukungan AS memiliki daya pukul yang cukup demi menghadapi Rusia, tetapi Moskow sebenarnya tidak pernah sendirian dalam menghadapi mereka.
Dilaporkan Reuters, Presiden Belarusia Alexander Lukashenko menegaskan seratus persen bahwa negaranya akan mendukung Rusia apabila perang benar-benar terjadi. Ia pun tidak takut menuduh NATO sebagai penyebab utama distabilisasi Wilayah Eropa Timur.
Persekutuan harmonis antara Rusia-Belarusia memang sudah lama terajut dan keduanya merupakan salah satu negara paling termiliterisasi di Benua Eropa.
Kondisi ini mempersulit segala bentuk perang antara Rusia-Belarusia terhadap NATO karena dipastikan setiap pihak yang terlibat harus kehilangan banyak hal.