Breaking News

Curhat Presiden FIFA Soal Kemunafikan Barat Hingga Mau Korea Utara jadi Tuan Rumah


D'On, Qatar,-
Jelang dimulainya Piala Dunia 2022 Qatar, sejumlah negara dan media Barat menyerang Qatar atas tuduhan melanggar HAM pekerja migran, larangan LQBT, dan minum bir.

Qatar adalah negara Muslim pertama, negara Timur Tengah pertama, yang menjadi tuan rumah Piala Dunia.

Barat ingin Qatar seperti Barat, menerapkan nilai-nilai Barat hal yang ditolak dengan keras dan konsisten oleh Qatar.

Tak kurang dari Presiden FIFA Gianni Infantino pemegang paspor Swiss tapi berdarah Italia yang berbicara terbuka membela Qatar seraya menyerang Barat melakukan tindakan munafik.

Ketika berbicara dalam jumpa pers di Qatar jelang pembukaan Piala Dunia, Infatino nyaris tak bicara soal sepak bola.

Di hadapan ratusan jurnalis, termasuk jurnalis Barat, Infantino tampak murung menjawab kritik mengenai penyelenggaraan ajang akbar sepak bola sejak pandemi covid-19 melanda dunia.

Infantino memusatkan perhatiannya pada apa yang disebutnya "kemunafikan" kritik Barat.

Terutama mengenai pelanggaran hak asasi manusia. Pekerja migran yang terlibat dalam pembangunan fasilitas infrastrukur Piala Dunia Qatar disebut mengalami ketidakadilan.

“Kami diajari banyak pelajaran dari orang Eropa, dari dunia Barat,” katanya, mengacu pada kritik terhadap catatan hak asasi manusia  Qatar.

“Apa yang kami orang Eropa telah lakukan selama 3.000 tahun terakhir, kami harus meminta maaf selama 3.000 tahun ke depan sebelum mulai memberikan pelajaran moral,” katanya seperti diberitakan CNN.

Infantino telah menghabiskan banyak waktu membela keputusan FIFA pada tahun 2010 untuk memberikan Piala Dunia ke Qatar.

Turnamen ini akan menjadi sejarah, sebab untuk kali pertama digelar di Timur Tengah. Namun, di sisi lain terperosok dalam kontroversi.

Sebut saja dugaan pelanggaran HAM, mulai dari kematian pekerja migran, kondisi yang dialami mereka, LGBTQ, hingga hak-hak perempuan.

Infantino mengakui ada hal-hal yang tidak sempurna.

Namun, ia mengatakan beberapa kritik "sangat tidak adil" dan menuduh Barat melakukan standar ganda.

Secara pribadi, ia tahu betul bagaimana rasanya didiskriminasi.

Ingatannya mundur jauh ke belakang saat masih kanak-kanak. Ia diintimidasi karena memiliki rambut merah dan bintik-bintik.

“Hari ini saya merasa seperti orang Qatar. Hari ini saya merasa Arab. Hari ini saya merasa Afrika. Hari ini aku merasa gay. Hari ini saya merasa cacat. Hari ini saya merasa sebagai pekerja migran,” katanya.

Hadirin yang menyaksikannya bicara tertegun.

“Apa yang saya lihat membawa saya kembali ke kisah pribadi saya. Saya adalah anak pekerja migran. Orang tua saya bekerja sangat keras dalam situasi sulit.”

Infantino mengatakan kemajuan telah dibuat di Qatar dalam mengatasi berbagai masalah dan perubahan nyata membutuhkan waktu.

Ia menambahkan bahwa FIFA tidak akan meninggalkan negara itu setelah turnamen selesai dan beberapa jurnalis Barat akan melupakan masalah tersebut.

“Kita perlu berinvestasi dalam pendidikan, memberi mereka masa depan yang lebih baik, memberi mereka harapan. Kita semua harus mendidik diri kita sendiri.”

“Reformasi dan perubahan membutuhkan waktu. Butuh ratusan tahun di negara kita di Eropa. Butuh waktu di mana-mana, satu-satunya cara untuk mendapatkan hasil adalah dengan melibatkan, bukan dengan berteriak.”

Soal alkohol, Infantino mengatakan, "Akan ada lebih dari 200 tempat di mana Anda dapat membeli alkohol di  Qatar dan lebih dari 10 zona penggemar, di mana lebih dari 100.000 orang dapat minum alkohol secara bersamaan."

“Menurut saya pribadi, jika selama tiga jam sehari Anda tidak minum bir, Anda akan tetap hidup."

Sejumlah stadion di Eropa juga melarang minuman alkohol di dalam stadion.

“Tampaknya menjadi hal besar karena ini adalah negara Muslim, saya tidak tahu mengapa,” pungkasnya.

Suatu waktu, Infantino ingin Korea Utara negara yang dikucilkan oleh Amerika Serikat dan sekutu menjadi tuan rumah Piala Dunia.

(*)

#PialaDuniaQatar #Sepakbola #FIFA #Olahraga