10 Tokoh Wanita Jadi Pahlawan Nasional, Berperang Melawan Penjajah hingga Berjuang di Pendidikan
Cut Nyak Dien
Dirgantaraonline.co.id,- Pahlawan gelar yang disematkan kepada sejumlah tokoh yang memberikan andil besar untuk Indonesia. Mereka berani mengorbankan nyawanya untuk bangsa Indonesia. Tak hanya laki-laki saja yang menjadi pahlawan, Indonesia pun memiliki sederet pahlawan wanita terhebat.
Berikut 10 tokoh wanita yang mendapat gelar pahlawan nasional, yang dilansir dari berbagai sumber, Rabu (16/8/2023):
1. Hj. Fatmawati Soekarno
Hj. Fatmawati Soekarno merupakan istri presiden Pertama Indonesia, Soekarno. Fatmawati dikenal sebagai sosok yang menjahit bendera Sang Saka Merah Putih. Bendera yang dijahitnya itu dikibarkan pada Proklamasi dan dalam upacara kenegaraan selama bertahun-tahun.
Namun sejak tahun 1969 bendera merah putih jahitan Fatmawati itu disimpan di Istana Merdeka karena kondisinya sudah sangat rapuh. Fatmawati diberikan gelar Pahlawan Nasional pada 4 November 2000 melalui SK Nomor 118/TK/2000.
2. Hj. Fatimah Siti Hartinah Suharto
Hj. Fatimah Siti Hartinah Suharto merupakan istri presiden kedua Indonesia, Soeharto. Ia lebih sering dipanggil sebagai Tien Soeharto. Selama menjadi ibu negara, Ibu Tien membenahi Istana Negara dan Istana Merdeka di Jakarta dengan menambah unsur nusantara.
Ia melengkapi gedung-gedung itu dengan perabot dari ukiran jati khas Jepara dan mengganti lukisan dari pelukis asing dengan lukisan karya pelukis Indonesia. Ia diberi gelar Pahlawan Nasional pada 30 Juli 1996 dengan SK Nomor 060/TK/1996.
3. Cut Nyak Dien
Cut Nyak Dien merupakan seorang pahlawan pergerakan kemerdekaan yang berasal dari Aceh. Cut Nyak Dien tampil sebagai sosok yang selalu memberikan semangat kepada rakyat Aceh untuk melakukan perlawanan kepada Belanda. Ia sempat beberapa kali menyerang pasukan Belanda sebelum akhirnya ditangkap oleh tentara Belanda.
Ia meninggal pada 6 November 1908 karena usia dan kondisi yang sering sakit. Cut Nyak Dien merupakan wanita pertama yang mendapat gelar Pahlawan Nasional pada 2 Mei 1964 melalui SK Nomor 106 Tahun 1964.
4. Cut Meutia
Cut Meutia adalah pejuang Aceh yang berjuang untuk mengusir Belanda. Ia kerap berperang dengan keluar masuk hutan bersama suaminya. Keberanian Cut Meutia itu seringkali membuat temannya cemas dan meminta agar Cut Meutia meminta pengampunan oleh Belanda. Namun usulan itu langsung ditolak karena ia bertekad berjuang sampai mati.
Ia memimpin pasukannya dengan memakai senjata rencong dan pedang. Beberapa peperangan ia lakukan, hingga akhirnya ia gugur di medan perang. Cut Meutia kemudian diberikan gelar Pahlawan Nasional atas jasanya pada 2 Mei 1964 melalui SK Nomor 107 tahun 1964.
5. R.A Kartini
R.A Kartini merupakan pahlawan asal Jepara yang berjuang di Tanah Air melalui pendidikan untuk kaum wanita. Kartini tergerak membangun sebuah sekolah untuk wanita karena pada masa itu pendidikan resmi untuk wanita dianggap hal yang tabu.
Kartini membangun sebuah sekolah di bawah naungan Vereeniging Bataviasche Kartinischool. Sekolah ini menampung anak-anak yang tidak mampu. Atas jasa-jasanya itu, Kartini diberi gelar Pahlawan Nasional pada 2 Mei 1964 melalui SK Nomor 108 Tahun 1964.
6. Raden Dewi Sartika
Raden Dewi Sartika merupakan pahlawan yang berasal dari Cicalengka. Perjuangan Dewi Sartika dilakukan melalui pendidikan. Ia membangun Sekolah Isteri karena ingin mendidik anak perempuan dan untuk memajukan harkat dan martabat perempuan.
Di Sekolah Isteri itu, para perempuan diajarkan beberapa pelajaran, seperti menulis, berhitung, dan membaca. Dewi Sartika diberikan gelar Pahlawan Nasional pada 7 Oktober 1966 melalui SK Nomor 252 Tahun 1966.
7. Maria Walanda Maramis
Maria Walanda Maramis atau yang bernama asli Maria Josephine Catherine Maramis merupakan pahlawan wanita asal Sulawesi Utara. Ia mengajarkan pengetahuan menyulam, membuat kue, hingga memasak kepada perempuan di lingkungannya. Ia kemudian mendirikan organisasi Percintaan Ibu Kepada Anak Temurunnya dan membuka sekolah rumah tangga.
Sekolahnya itu menampung para perempuan pribumi dari berbagai kalangan. Tak hanya memperjuangkan lewat pendidikan, ia juga cukup vokal terkait kesetaraan gender. Maria Walanda Maramis meninggal pada 22 April dan diberikan gelar Pahlawan Nasional pada 20 Mei 1969 melalui SK Nomor 012/TK/1969.
8. Martha Cristhina Tijahahu
Martha Cristhina Tijahahu adalah seorang pahlawan perempuan yang lahir pada 1800. Ia kerap melakukan berbagai pertempuran bersama ayahnya, Paulus Tijahahu. Tak hanya melakukan pertempuran, ia juga sering memberikan semangat kepada kaum wanita agar membantu pria di setiap pertempuran. Martha Cristhina Tijahahu diberikan gelar Pahlawan Nasional oleh pemerintah Indonesia pada 20 Mei 1969 melalui SK Nomor 012/TK/1969.
9. Nyai Ahmad Dahlan
Nyai Ahmad Dahlan adalah istri KH Ahmad Dahlan, tokoh pendiri Muhammadiyah. Nyai Ahmad Dahlan, bernama lengkap Siti Walidah, lahir di Yogyakarta. Ia merupakan sosok yang mengobarkan semangat kepada generasi muda untuk berjuang demi Tanah Air. Ia termasuk tokoh penting dalam Muhammadiyah dan Aisyiyah.
Perjuangannya untuk Tanah Air di antaranya adalah menyelenggarakan sekolah-sekolah putri, memberantas buta huruf bagi orang lanjut usia, dan penyelenggaraan rumah untuk anak orang miskin. Atas jasa-jasa Nyai Ahmad Dahlan, pemerintah memberikan gelar Pahlawan Nasional pada 22 September 1971 melalui SK Nomor 042/TK/1971.
10. Hajjah Rasuna Said
Hajjah Rasuna Said merupakan perempuan pahlawan pejuang kemerdekaan asal Sumatera Barat. Perjuangan Rasuna dilakukannya di bidang politik dan pendidikan. Dalam bidang politik, ia aktif di Sarekat Rakyat sebagai sekretaris dan kerap berpidato mengenai penindasan pemerintahan Belanda.
Dalam bidang pendidikan, Rasuna Said mengajar di sekolah-sekolah dan mendirikan Persatuan Muslimin Indonesia. Ia juga mendirikan sekolah pendidikan khusus wanita Perguruan Tinggi. Atas keberanian dan jasa Rasuna Said, ia dianugerahi gelar Pahlawan Nasional pada 14 Desember 1974 melalui SK Nomor 084/TK/1974.
#Pahlawan #nasional #PahlawanWanita #Sejarah #PejuangWanita #Pejuang