Breaking News

6 Cara Orang Menjaga Privasi, Gak Pakai Marah kalau Ditanya

Ilustrasi percakapan

Dirgantaraonline.co.id,-
Privasi sendiri tentu kita menjaganya. Kita gak bisa mengandalkan sikap orang lain untuk secara otomatis menghargai urusan-urusan pribadi kita. Sering kali pelanggaran atas privasi justru dibenarkan dengan alasan kepedulian.

Atau, seseorang merasa tidak ada yang salah ketika menanyakan hal sensitif bagi kita. Meski belum tentu ia sendiri akan nyaman jika menerima pertanyaan serupa. Suka ganggu privasi orang juga bisa disebabkan seseorang merasa lebih unggul dari kita.

Seperti kita belum menikah, sedangkan dia telah berkeluarga. Makin tidak menyenangkan cara bicaranya, makin ia ada niat untuk membuat kita merasa buruk dengan keadaan diri. Namun, kita bisa mencontoh beberapa cara orang lain dalam menjaga privasi tanpa perlu emosi seperti di bawah ini.

1. Membatasi unggahan di media sosial

Tidak mengunggah segala hal tentang kehidupan sendiri menjadi salah satu cara mengamankan kehidupan pribadi. Apalagi unggahan tentang keluhan kehidupan rumah tangga. Sebagian orang tidak mau memajang foto profil yang menampilkan wajahnya dan foto orang-orang terdekat.

Status hubungannya tidak mudah diketahui oleh teman-teman dunia maya. Apakah dia sudah menikah atau belum? Di mana tempat tinggalnya?

Kalau ada teman maya yang menanyakannya, dia juga tidak menjawab kecuali ada keperluan yang benar-benar penting. Sikapnya sangat berbeda dengan beberapa pengguna medsos yang tidak selektif dalam mengunggah informasi mengenai dirinya. Sosok yang lebih menjaga privasi di medsos memang menjadi kurang populer, tetapi ini lebih baik baginya karena membuatnya merasa aman.

2. Mengurangi curhat

Semua orang memang butuh curhat. Namun, terlalu sering mencurahkan isi hati apalagi tak kenal tempat dan siapa teman curhatnya, cenderung merugikan diri. Misalnya, mencurahkan semua isi hati di media sosial.

Tak butuh waktu lama pasti banyak orang yang tertarik untuk mengomentari. Termasuk orang yang tidak dikenal di dunia nyata, sehingga sikapnya lebih mudah menghakimi. Curhat di dunia nyata pun sama, perlu kebijaksanaan diri agar privasi tak terganggu.

Begitu kita curhat tentang hubungan dengan pasangan yang tidak memuaskan misalnya, orang pasti bertanya alasan kita dahulu memilihnya. Memangnya kita tak berpikir masak-masak sebelum menikah? Orang yang paham potensi bahaya di balik mencurahkan isi hati, niscaya akan membatasi diri dalam melakukannya.

3. Tidak mengganggu privasi orang lain

Hubungan sebab dan akibat selalu ada. Orang yang gemar mengusik privasi orang lain biasanya kehidupan pribadinya juga bakal kerap diganggu. Orang-orang tak merasa segan meniru kebiasaannya.

Sebaliknya, orang yang ikut menjaga privasi teman-teman otomatis akan membangkitkan rasa segan mereka. Tidak enak rasanya bila mereka hendak menanyakan hal-hal yang terlalu pribadi. Jika itu dilakukan bakal seperti membalas kebaikannya dengan keburukan.

Namun, tentu saja tidak semua orang peka dengan hal ini. Sekalipun seseorang menahan diri dari mencampuri privasi orang lain, mungkin tetap ada orang yang berbuat sebaliknya padanya. Akan tetapi, jumlahnya tak sebanyak apabila ia sendiri gak mampu menjaga jarak dari kehidupan pribadi orang lain.

4. Hanya tersenyum saat ditanya soal pribadi

Melanjutkan pembahasan di poin sebelumnya. Bagaimana reaksi seseorang yang telah menjaga privasi orang lain, tetapi justru privasinya sendiri diusik? Apakah ia akan marah-marah?

Itu bisa saja terjadi. Akan tetapi, orang pasti lebih menahan diri setelah mengerti bahwa respons penuh emosi justru bikin lawan bicara makin mencurigai ada yang gak beres dalam kehidupan pribadinya. Bukannya menunjukkan kekesalan, dia malah bersikap slow.

Pertanyaan-pertanyaan seputar privasinya cuma ditanggapi dengan senyuman. Bahkan terkadang ia tertawa dan mengajak bercanda sebagai pengalih perhatian. Baik dia tersenyum maupun tertawa, intinya dia tetap tak menjawab pertanyaan yang menurutnya terlalu pribadi.

5. Sangat selektif dalam memberikan nomor telepon

Kita tahu bahwa permintaan akan nomor telepon kerap kali disalahgunakan. Nomor telepon bisa tersebar ke lebih banyak lagi orang yang tidak dikenal. Atau, seseorang yang memintanya cuma hendak iseng pada kita.

Maka dari itu, tak memberikan nomor telepon pada sembarang orang juga menjadi cara buat menjaga privasi. Bukan malah sedikit-sedikit bertukar nomor telepon dan menganggap semua orang baru adalah teman yang baik. Orang yang amat menjaga privasi akan selalu menanyakan dulu urgensi seseorang meminta nomor teleponnya.

Bila ada telepon masuk dari nomor asing, biasanya ia tak mau mengangkatnya. Chat yang tiba-tiba masuk dan isinya gak jelas juga tidak bakal dibalas. Bahkan demi melindungi privasi, nomor-nomor asing begini akan diblokir olehnya.

6. Jarang menerima tamu di rumah

Rumah adalah tempat seseorang paling bisa menjadi diri sendiri. Rumah juga menjadi tempat ia berinteraksi dengan orang-orang terdekat. Tanpa bermaksud gak ramah, pribadi yang lebih melindungi privasi akan bersikap selektif pada tamunya.

Tamu yang dengan mudah diizinkannya masuk ke rumah hanyalah bagian dari keluarga atau sahabat. Di luar itu, tamu hanya ditemuinya di teras. Bahkan untuk pertemuan dengan orang yang gak sering berinteraksi dengannya, ia lebih suka melakukannya di luar rumah.

Orang yang pernah ke rumahnya apalagi sampai masuk ke dalam pasti jadi tahu siapa saja keluarganya. Belum lagi kebiasaan-kebiasaannya ketika di rumah mulai dari pakaiannya hingga caranya mengatur bagian dalam rumah. Gak semua individu nyaman perkara-perkara di atas diketahui oleh orang lain. 

Kita tak harus terang-terangan menunjukkan ketidaksukaan pada orang yang kepo. Bila kita tidak mau terjadi perselisihan, enam cara menjaga privasi di atas cukup untuk memberi jarak antara orang lain dengan kehidupan pribadi kita. Privasi yang diusik memang gak enak, tetapi sikap mudah marah juga bakal bikin hubungan kita dengan orang lain terlalu kaku dan tak harmonis


(Rini)

#GayaHidup #Lifestyle #global