Terkait Insiden Pengusiran Gubernur Mahyeldi, Aktivis Mahasiswa UIN Bukittinggi Mengaku Dapat Ancaman Pembunuhan Melalui Pesan WhatsApp
Tangkapan Layar Instagram
D'On, Bukittinggi (Sumbar),- Ahmad Zaki, Presiden Mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) M Djamil Djambek Bukittinggi, mengaku mendapat ancaman pembunuhan melalui pesan WhatsApp dari nomor tak dikenal.
Ancaman tersebut diduga merupakan buntut dari aksi penolakan terhadap kedatangan Gubernur Sumatera Barat Mahyeldi di kampusnya beberapa waktu lalu.
Pesan ancaman tersebut di viral usai diposting di Instagram melalui akun Muhammad_Jalalii pada Sabtu (26/8/2023).
Dituturkan Ahmad Zaki, nomor tersebut berulang kali menelepon, namun tidak dia hiraukan.
"Benar. Ada ancaman saya dibunuh lewat pesan WhatsApp. Dalam pesan itu saya dikata-katai dengan kata kotor," kata Zaki, Minggu (27/8/2023).
Zaki menduga ancaman itu terkait penolakan dirinya dan sejumlah rekannya terkait kedatangan Mahyeldi di Kampus UIN Bukittinggi beberapa waktu lalu.
"Buya ang ituan. Awas ang, den bunuah ang (Buya kamu gitukan, Awas kamu, saya bunuh kamu-red). Itu kata-katanya. Selain itu ada kata-kata kotor juga," jelas Zaki.
Menurut Zaki, buya adalah sapaan Mahyeldi yang dikenal di tengah masyarakat luas.
Terkait ancaman itu, kata Zaki, dirinya tidak takut sebab hal itu merupakan konsekuensi terhadap perjuangan yang dihadapinya sebagai aktivis.
"Itu konsekuensinya sebagai aktivis. Saya harus hadapi itu," kata Zaki.
Mengenai rencana melaporkan ancaman tersebut ke polisi, Zaki mengaku masih berkonsultasi dengan teman-temannya.
"Kita lihat saja nanti. Saat ini sedang kita bicarakan dulu," kata Zaki.
Sebelumnya diberitakan, sejumlah mahasiswa yang dipimpin Presiden Mahasiswa (Presma) Universitas Islam Negeri Syech M Djamil Djambek, Bukittinggi, Sumatera Barat menolak kehadiran Gubernur Sumbar, Mahyeldi saat gubernur datang ke kampus itu.
Mahyeldi awalnya direncanakan memberikan orasi ilmiah saat acara Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan (PBAK) bagi mahasiswa baru, Selasa (22/8/2023).
Video penolakan itu beredar luas di media sosial. Terlihat Mahyeldi duduk di atas panggung, lalu sejumlah mahasiswa di lantai atas aula memasang spanduk penolakan.
Kemudian terlihat seseorang yang diketahui sebagai Presma UIN, Ahmad Zaki mengambil mikrofon dan berorasi.
Orasinya tidak terdengar jelas, namun saat itu sejumlah orang mendatangi Ahmad Zaki untuk merebut mikrofon.
Ahmad Zaki yang dikonfirmasi membenarkan peristiwa tersebut terjadi Selasa (22/8/2023) saat acara PBAK mahasiswa baru sekitar pukul 15.00 WIB.
"Benar. Peristiwa itu sekitar pukul 15.00 WIB. Kami benar menolak kedatangan gubernur ke kampus," kata Ahmad Zaki, Rabu (23/8/2023).
Zaki mengatakan penolakan itu disebabkan karena Gubernur Mahyeldi dinilai tidak peka terhadap persoalan masyarakat Air Bangis, Pasaman yang menolak kehadiran Proyek Strategis Nasional (PSN).
Saat demonstrasi penolakan PSN di Padang, kata Zaki, gubernur disebut tidak mau mendatangi dan menerima aspirasi mahasiswa.
#AncamanPembunuhan #Hukum #Pengancaman #UINBukittinggi #AhmadZaki #Bukittinggi #Sumbar