Kisah Halimah as-Sa'diyah dan Keberkahan saat Mengasuh Nabi Muhammad
Ilustrasi
Dirgantaraonline.co.id,- Halimah as-Sa'diyah adalah salah seorang ibu susuan Nabi Muhammad SAW. Ia merupakan perempuan kedua yang menyusui Nabi Muhammad, setelah Tsuwaibah.
Halimah as-Sa'diyah atau Halimatus Sa'diyah berasal dari bani Saad, Kabilah Hawazin, suku yang tinggal di wilayah Ta'if Arabia. Identitas Sa'diyah yang melekat pada nama Halimah dinisbatkan pada leluhurnya yang ke-9, yaitu Sa'd bin Bakr.
Sudah menjadi kebiasaan masyarakat Arab kuno, dimana para orangtua akan menitipkan anaknya kepada wanita-wanita yang tinggal di dusun pedalaman. Dengan harapan agar sang anak mendapatkan lingkungan yang baik serta dapat mempelajari bahasa Arab yang baku dan murni.
Suatu hari, Halimah bersama suaminya Harits bin Abdul Uzza beserta anaknya yang masih bayi mencoba keberuntungan dengan pergi ke Makkah, di antara gambaran pekerjaan yang akan ditawarkan adalah dengan menjual jasa air susu ibu (ASI).
Namun, saat di Makkah ternyata tidak ada masyarakat yang mau 'membeli' jasa Halimah. Mereka menilai dari penampilan dan atribut yang digunakan Halimah layaknya orang miskin.
Mereka berpendapat, kandungan ASI dari orang sepertinya pasti sedikit dan tidak berkualitas karena kurang asupan gizi yang akan berdampak tidak baik bagi pertumbuhan bayi. Anggapan seperti inilah kemudian membuat Halimah kesulitan mendapatkan pekerjaan.
Dipercayakan oleh Aminah untuk Menyusui Nabi
Singkat cerita, Halimah diterima dan dipercaya oleh Aminah untuk untuk menyusui dan mengasuh putra kesayangannya, Muhammad bin Abdullah. Sejak saat itu kehidupan Halimah menjadi naik drastis. Hal ini sebagaimana dikisahkan oleh Syekh Nawawi Al-Bantani dalam kitab Madarijus Su'ud.
Syekh Ja'far Al-Barzanji mengungkapkan keberuntungan Halimah dengan sederet rangkaian kalimat puitis, di antaranya sebagai berikut:
فَأَخْصَبَ عَيْشُهَا بَعْدَ الْمَحْلِ قَبْلَ الْعَشِيَّةِ
Artinya: "Maka kehidupan Halimah yang sebelumnya sempit kemudian menjadi lapang sebelum menyusui Nabi Muhammad"
Dijelaskan bahwa di malam sebelum menyusui bayi mulia bernama Muhammad, ASI dalam diri Halimah mendadak menjadi subur dan deras. Kemiskinan yang sebelumnya mendera hidup Halimah dan keluarga pun kemudian berubah menjadi kesuburan dan serba berkecukupan.
Keberkahan dan keberuntungan Halimah tidak berhenti sampai di situ, sejumlah binatang ternak milik Halimah yang dibawa ke Makkah, yaitu unta tua dan domba yang sebelumnya kurus kemudian berubah menjadi gemuk.
Intinya, semua pahit getir, kesulitan, dan kesempitan hidup yang sebelumnya dialami oleh Halimah dan keluarga, seketika hilang setelah menyusui dan mengasuh Muhammad bin Abdullah.
Keberuntungan ini sangat dirasakan dalam kehidupan Halimah. Di kesehariannya, Halimah tidak mengizinkan Muhammad kecil bermain jauh dari pandangannya karena Halimah sangat takut terjadi sesuatu, misalnya diculik, diterkam binatang buas, dan sebagainya.
Menurut Syekh Nawawi, ketakutan itu dilatari karena 2 alasan. Pertama takut keberkahan dan keberuntungan yang 'nomplok' itu menjadi hilang. Kedua, takut Abdul Muthalib melayangkan tuntutan karena dianggap lalai mengasuh cucunya.
Keberkahan Menyusui Nabi Hingga Masa Tua Halimah
Waktu yang dikhawatirkan itu pun tiba, setelah 2 tahun mengasuh, 'kontrak pekerjaan' pun habis, Halimah harus mengembalikan Muhammad kecil ke pangkuan ibunya, Aminah. Halimah belum siap berpisah, ia pun akhirnya mengajukan perpanjangan kontrak dan permohonan itu diterima hingga kurang lebih 2 tahun ke depan.
Waktu begitu cepat berlalu, Halimah sangat berat hati berpisah dengan Nabi Muhammad namun ia tetap profesional. Benar saja, setelah Halimah tidak lagi mengasuh Nabi Muhammad, kehidupannya perlahan kembali dalam kehidupannya semula.
Beberapa puluh tahun kemudian, Halimah menemui Nabi Muhammad dan Khadijah kemudian mengadukan kehidupannya yang serba kekurangan. Dengan penuh kasih sayang, Nabi Muhammad pun melayaninya dengan maksimal, semua kebutuhan dipenuhi dan diberikan, mulai dari makanan, pakaian hingga binatang ternak.
(Rini)
#Islami #HalimahasSadiyah #SirahRasulullah