Penelitian Menunjukkan Berhenti Konsumsi Gula Tidak Dapat Menyembuhkan Kanker
Ilustrasi gula
Dirgantaraonline.co.id,- Pernyataan “gula menyuburkan kanker” berasal dari tahun 1920-an, saat seorang ahli fisiologi dari Jerman menyadari bahwa beberapa sel tumor mengambil lebih banyak glukosa dibandingkan sel normal. Tak lama kemudian, muncul diet rendah gula dengan klaim dapat mengatasi kanker.
Berdasarkan laporan dari CNA pada 19 Juli 2023, survei terbaru di AS dan Eropa menunjukkan sekitar sepertiga pasien kanker menghindari konsumsi gula. Meski ahli mengkonfirmasi bahwa diet tinggi gula tambahan bisa meningkatkan risiko kanker, mengeliminasi gula sepenuhnya bukan solusi efektif melawan tumor.
“Semua sel kita memerlukan glukosa, termasuk otak,” kata Philipp Scherer, seorang peneliti diabetes di UT Southwestern Medical Center, Dallas. Singkatnya, pendekatan terbaik untuk pencegahan atau saat menderita kanker adalah menjalani pola makan seimbang dan sehat.
Sementara itu, selama delapan tahun bekerja sebagai ahli gizi onkologi, Stacy Shawhan sering mendapat pertanyaan dari pasiennya tentang bagaimana diet mereka mempengaruhi perkembangan penyakit mereka. Namun, salah satu pertanyaan yang paling sering dia dengar adalah apakah makanan dan minuman manis bisa memberi energi bagi sel kanker.
"Banyak pasien kanker yang merasa tidak aman dan beberapa bahkan takut untuk makan. Mereka beranggapan bahwa jika mereka menghindari gula, mungkin mereka bisa membuat sel tumor tersebut kelaparan," ujar Shawhan yang berpraktik di Pusat Kanker Universitas Cincinnati.
Dr. Scherer menyatakan bahwa gula bukanlah penyebab kanker. Meskipun mengonsumsi gula tidak langsung menyebabkan kanker seperti halnya merokok, namun ada bukti yang menunjukkan hubungan antara konsumsi berlebihan gula tambahan, seperti yang ada dalam kue dan minuman manis, dengan risiko kanker.
Risiko Konsumsi Gula Berlebih
Sebuah studi besar pada tahun 2018 merinci hubungan antara asupan gula tambahan dan peningkatan risiko kanker. Shawhan menambahkan bahwa mengonsumsi gula berlebihan bisa menyebabkan peradangan kronis pada sebagian orang, yang dapat merusak sel dan memicu kanker.
Lebih lanjut, konsumsi gula tambahan yang berlebihan dapat menekan sistem kekebalan, yang dapat memudahkan penyebaran sel kanker. Selain itu, asupan gula yang tinggi juga dapat mempengaruhi metabolisme tubuh, yang berpotensi menyebabkan obesitas dan diabetes, kondisi yang dikenal meningkatkan risiko kanker.
Setelah diagnosis kanker, menghindari gula sepenuhnya tampaknya tidak efektif dalam mengurangi pertumbuhan kanker, menurut Shawhan. Dia menegaskan bahwa bukan gula yang memicu pertumbuhan kanker, melainkan kanker itu sendiri yang berperan. Dr. Scherer menambahkan bahwa gula merupakan komponen esensial bagi banyak organisme.
Natalie Ledesma, ahli diet onkologi di UCSF Helen Diller Family Comprehensive Cancer Centre, mengatakan bahwa konsumsi gula alami dari sumber seperti susu, buah, dan sayuran adalah bagian dari pola makan yang sehat. Meski demikian, para ahli umumnya setuju bahwa konsumsi gula dari makanan alami tidak perlu dihindari.
Pentingnya Pola Makan Seimbang
Namun, Ledesma menekankan bahwa asupan berlebihan gula tambahan dikaitkan dengan hasil yang kurang menguntungkan, seperti tingkat kematian yang lebih tinggi pada pasien dengan jenis kanker tertentu. Meskipun jenis kanker lain mungkin juga terpengaruh, penelitian tentang jenis kanker yang jarang masih terbatas.
Dr. Santosh Rao, ahli onkologi integratif, menegaskan pentingnya pasien kanker untuk menjalani pola makan yang seimbang tanpa rasa takut. Banyak pasien mengalami kehilangan massa otot akibat penyakit ini. Shawhan menambahkan bahwa selama perawatan kanker, beberapa rekomendasi makanan yang diberikan, yang mungkin mengandung gula, bertujuan untuk mendukung kesejahteraan pasien.
Sementara semua individu disarankan untuk menghindari asupan gula tambahan yang tinggi, pasien kanker dengan kondisi metabolik tertentu harus ekstra hati-hati karena hal ini dapat mempengaruhi perkembangan penyakit mereka.
"Misalnya, pasien dengan diabetes yang tidak diatur cenderung memiliki kanker payudara yang lebih ganas," kata Dr. Rao.
Selain itu, meta-analisis mengindikasikan bahwa individu dengan obesitas cenderung memiliki risiko kematian yang lebih tinggi dari kanker seperti kanker payudara, usus besar, dan rahim. Pendekatan terbaik dalam mencegah kanker, serta dalam menjalani hidup dengan diagnosis kanker, adalah dengan menjalani diet yang kaya buah dan sayuran
Perhatikan Jumlah Asupan Gula
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa Diet Mediterania dapat membantu dalam mengurangi risiko kanker. Mengkombinasikan karbohidrat dengan protein, serat, dan lemak, seperti mengoleskan selai kacang pada potongan apel, dapat mencegah lonjakan glukosa yang dapat mengganggu metabolisme kita dan meningkatkan risiko kanker. Secara keseluruhan, Dr. Shahwan berpendapat bahwa konsumsi sedikit gula tambahan sesekali tidak bermasalah, asalkan nutrisi penting diperoleh dari makanan lainnya.
Sebagai rekomendasi, ia menyarankan untuk mematuhi pedoman Departemen Pertanian AS dengan asupan maksimum dua belas sendok teh gula tambahan sehari atau lebih baik lagi, sesuai pedoman WHO, yaitu enam sendok teh.
Sementara itu, penelitian mengenai pengganti gula dan efeknya terhadap kanker belum sepenuhnya pasti, sehingga disarankan untuk berhati-hati. Ledesma lebih memilih menggunakan pemanis alami seperti pisang, buah beri, atau saus apel dalam resepnya, seringkali sebagai bahan dalam es krim non-susu yang dibuatnya.
"Bumbu seperti kayu manis atau jahe memberikan rasa manis tanpa perlu menambah gula atau kalori," tambah Ledesma.
#Kesehatan #Kanker #gayahidup #global #lifestyle