Breaking News

Memahami Perkembangan Otak Anak untuk Optimalkan Tumbuh Kembangnya

Ilustrasi Balita

Dirgantaraonline.co.id,-
Tahun-tahun awal kehidupan seorang anak merupakan momen penting bagi kesehatan dan perkembangannya hingga ia dewasa. Salah satu alasannya adalah pertumbuhan dan perkembangan otak anak terjadi sangat cepat pada masa ini.

Bila Anda memahami bagaimana otak berkembang sejak masa kanak-kanak, Anda bisa memberi dukungan yang tepat untuk proses tumbuh kembang anak. Lantas, bagaimana tahapan perkembangan otak anak dan apa dukungan yang bisa diberikan?

Tahap-tahap perkembangan otak anak

Otak manusia bertumbuh dan berkembang sejak berada di dalam kandungan. Organ ini kemudian terus berkembang sejak bayi dilahirkan, berlanjut ke masa kanak-kanak, hingga remaja.

Saat memasuki tahap dewasa awal, otak mulai matang dan terus mengalami perubahan setelahnya. Untuk lebih jelasnya, berikut adalah tahap-tahap perkembangan otak pada anak berikut dengan dukungan yang bisa orangtua berikan.

Saat berada di dalam kandungan

Otak mulai terbentuk sejak janin berada di dalam kandungan. Proses ini dimulai dari alur saraf yang menutup menjadi tabung dan membentuk tiga area otak utama, yaitu otak belakang, tengah, dan depan.

Semakin bertambah usia kehamilan, otak bertumbuh semakin besar dan terus berkembang dengan membentuk bagian-bagian otak lainnya.

Bersamaan dengan ini, sel-sel saraf (neuron) yang berperan penting dalam kerja otak juga mulai terbentuk. Pada masa ini, sekitar 250.000 sel saraf per menit mulai bertumbuh.

Semua panca indera juga mulai berfungsi sebelum lahir. Berkat hal tersebut, rangsangan apa pun, baik positif maupun negatif, dari luar dapat memengaruhi perkembangan otak anak Anda.

Oleh karena itu, memberikan pengalaman terbaik sejak janin masih di dalam kandungan bisa menjadi momen untuk mendukung tumbuh kembangnya. Salah satunya yaitu mendengarkan musik saat hamil.

Saat bayi lahir

Otak bayi baru lahir berukuran sekitar seperempat dari ukuran rata-rata orang dewasa. Ukuran ini bertambah secara pesat pada tahun pertama kehidupan bayi hingga menjadi dua kali lipat.

Bayi yang baru lahir pun umumnya telah memiliki sekitar 100 miliar sel saraf atau hampir seluruh neuron otak yang akan dimiliki selama hidupnya.

Meski begitu, sel-sel saraf ini belum terhubung dengan baik saat lahir. Padahal, hubungan atau koneksi antar sel saraf (sinaps) merupakan hal penting untuk membuat otak bekerja.

Koneksi sel saraf ini memungkinkan anak untuk bergerak, berkomunikasi, dan melakukan hampir semua hal.

Selain itu, otak bayi baru lahir juga mengandung sangat sedikit mielin, yaitu zat lemak yang menutupi sel saraf dan diperlukan untuk pengiriman impuls listrik.

Ini lah yang menyebabkan proses informasi dalam otak bayi jauh lebih lambat daripada orang dewasa.

Tahun pertama kehidupan

Tahun pertama kehidupan bayi merupakan momen penting dalam perkembangan otak anak.

Pada awal kehidupan ini, korteks serebral terus membentuk sinaps untuk membuat penglihatan bayi berkembang, dapat menggenggam, dan semakin terikat dengan orangtuanya.

Ukuran otak kecil (serebelum) pun meningkat hingga tiga kali lipat yang ditandai dengan perkembangan motorik bayi yang semakin pesat.

Pada usia tiga bulan, hippocampus yang berperan dalam memori juga mengalami peningkatan. Ini membuat bayi dapat semakin mengenal dan mengamati orangtua atau pengasuhnya.

Ia juga mulai bereaksi terhadap berbagai gerakan dan suara, seperti bayi menangis, berteriak, atau tersenyum.

Pada usia enam hingga sembilan bulan, otak mengalami perkembangan yang membentuk hubungan antara apa yang anak lihat, dengar, rasakan, dan cicipi.

Ini juga menjadi momen awal perkembangan bahasa anak. Pada masa ini, mengajak anak bermain dan berinteraksi merupakan kunci untuk perkembangan awalnya.

Usia tiga tahun

Memasuki tahun kedua dan ketiga, sinaps lebih banyak terbentuk hingga mencapai 200 persen. Pembentukan sinaps ini sering menyebabkan lonjakan jumlah kosakata pada anak.

Ukuran otak anak pun semakin bertambah hingga menjadi 80% dari ukuran otak utuh saat dewasa.

Mielin yang membungkus sel saraf juga semakin meningkat sehingga membuat kerja otak menjadi lebih kompleks. Hal-hal tersebut membuat kemampuan kognitif anak semakin berkembang.

Karena perkembangan otak yang pesat tersebut, membangun hubungan positif antara anak dan orangtua bisa berdampak signifikan pada perkembangan anak Anda.

Momen ini juga bisa Anda manfaatkan dengan mengajak atau memberi ragam permainan untuk anak guna menumbuhkan imajinasi anak dan kreativitasnya.

Di sisi lain, Anda pun perlu melibatkan diri pada lingkungan anak. Apalagi, pada masa ini, otak anak lebih rentan terhadap faktor lingkungan, termasuk tekanan yang membuat anak stres.

Pasalnya, seiring waktu, otak mulai memecah sinaps yang dianggap tidak penting sehingga otak menjadi lebih fokus pada satu hal.

Usia lima tahun

Saat menginjak usia lima tahun, otak anak berkembang menjadi lebih tajam dan ukurannya pun sudah hampir menyamai orang dewasa.

Pada umur ini hingga memasuki usia sekolah, proses belajar merupakan momen penting dalam perkembangan anak.

Adapun proses perkembangan otak selama lima tahun pertama usia anak menjadi modal awal agar ia bisa melewati proses belajar ini dengan baik.

Sebaliknya, gangguan belajar sering kali terjadi bila anak tidak mendapat pengasuhan yang baik dari orangtua serta memiliki lingkungan rumah dan masyarakat yang buruk.

Di samping itu, melansir laman Theirworld, otak anak berusia lima tahun menggunakan glukosa dua kali lebih banyak ketimbang orang dewasa sebagai sumber energinya.

Oleh karena itu, dibutuhkan sumber daya yang cukup untuk membantu perkembangan otak dan tubuh anak secara keseluruhan.

Salah satunya dengan memberi nutrisi untuk anak yang cukup. Sebaliknya, anak yang kekurangan gizi cenderung tidak dapat mencapai potensi penuh mereka.

Setidaknya, satu dari tiga anak dibawah usia 5 tahun rentan terkena anemia yang dapat mengganggu perkembangan otaknya.

Hal ini dapat menimbulkan masalah kognitif seperti penurunan daya konsentrasi dan prestasi belajar anak jika tidak segera diatasi. 

Untuk itu, bantu optimalkan kebutuhan zat besi harian si Kecil dengan berikan susu pertumbuhan yang terfortifikasi dengan zat besi dan vitamin C untuk bantu mencegah anemia defisiensi zat besi dan dukung perkembangan otaknya.​​

Usia remaja

Pada masa remaja, ukuran dan berat otaknya tidak berbeda jauh dengan orang dewasa, meski belum sepenuhnya matang.

Pada masa ini pun, mielin yang sudah dihasilkan sejak lahir telah mencapai masa akhir perkembangannya.

Di samping itu, bagian lobus frontal dalam otak, terutama korteks perfrontal, mulai berkembang pada masa ini. Ini merupakan bagian otak yang terakhir berkembang.

Adapun korteks prefrontal berperan dalam fungsi kognitif, termasuk perencanaan dan pembuatan keputusan.

Namun, karena korteks prefrontal masih berkembang, remaja mungkin mengandalkan bagian otak bernama amigdala untuk mengambil keputusan dan memecahkan masalah.

Amigdala itu sendiri terkait dengan emosi. Ini lah yang menyebabkan remaja sering melibatkan emosi dalam membuat keputusan, sehingga ia bisa kurang tepat dalam bertindak. 

Untuk mendukung perkembangan otak anak remaja dan menghindari hal yang buruk, Anda perlu membimbingnya dengan mendorong perilaku positif dan keterampilan berpikir yang baik.

Jadilah contoh yang baik untuk anak Anda dan tetap jaga komunikasi dengan anak. Libatkan ia pada aktivitas yang positif, seperti bermusik atau olahraga.


(Rini)

#Parenting #Gayahidup #Lifestyle #global