Breaking News

Rumah Sakit di Gaza Kehabisan Obat Bius, Pasien Menjerit Kesakitan

Kenzi al Madhoun, bocah berusia empat tahun yang terluka akibat pengeboman Israel terluka dan dirawat di Rumah Sakit Al Aqsa di Kota Deir al Balah, Jalur Gaza. (AP / AP)

D'On, Gaza,-
Seorang gadis cilik Palestina menangis dan berteriak kesakitan saat perawat menjahit luka di kepalanya tanpa pembiusan untuk meredam sakit. Kondisi ini terjadi di Rumah Sakit Al Shifa di Kota Gaza yang kehabisan obat bius, dan peredam sakit.

Situasi menyedihkan itu diungkapkan perawat Abu Emad Hazzanein yang menyatakan, obat pereda nyeri sudah langka sejak sebulan lalu di Gaza. Sementara itu, pihak rumah sakit tanpa henti menerima gelombang orang-orang yang terluka akibat serangan Israel.

“Kadang-kadang kami hanya memberi beberapa pasien kain kasa steril (untuk digigit) untuk mengurangi rasa sakitnya saat menjalani perawatan.

Kami tahu bahwa rasa sakit yang mereka rasakan lebih dari yang dibayangkan orang, melebihi apa yang dialami orang seusia mereka,” katanya merujuk pada anak-anak seperti gadis cilik yang mengalami luka di kepala.

Pasien lainnya, Nemer Abu Thair seorang pria paruh baya mengatakan, ia juga tak diberi obat bius saat luka-lukanya harus dijahit. “Saya terus membaca Al-Qur'an sampai selesai dijahit,” ujarnya.

Perang di Gaza terjadi setelah serangan mendadak kelompok Hamas ke Israel selatan yang diklaim menewaskan 1.400 orang, dan 200-an lainnya disandera di Gaza. Sebagai balasan, Israel menggempur Gaza tanpa henti, dan telah menewaskan 10.800 orang, kebanyakan warga sipil, wanita dan anak-anak.

Direktur Rumah Sakit Al Shifa, Mohammad Abu Selmeyah mengatakan, ketika sejumlah besar orang yang terluka dibawa ke rumah sakit pada saat yang bersamaan, tidak ada pilihan selain merawat mereka di lantai, tanpa obat pereda nyeri yang memadai.

Dia mencontohkan kejadian sesaat setelah ledakan di Rumah Sakit Al Ahli Arab pada 17 Oktober 2023, ketika sekitar 250 orang yang terluka tiba di Al Shifa, yang hanya memiliki 12 ruang operasi. 

“Jika kami menunggu untuk mengoperasi mereka satu per satu, kami akan kehilangan banyak korban luka. Kami terpaksa melakukan operasi tanpa anestesi, atau menggunakan anestesi sederhana atau obat penghilang rasa sakit biasa untuk menyelamatkan nyawa,” kata Abu Selmeyah.

Prosedur yang dilakukan staf Al Shifa dalam keadaan seperti itu antara lain mengamputasi anggota badan dan jari, menjahit luka serius, dan mengobati luka bakar serius. “Ini menyakitkan bagi tim medis. Ini tidak sederhana. Namun, pilihannya adalah pasien menderita sakit atau kehilangan nyawanya,” katanya.


(*)

#RumahSakitGaza #Palestina #KonflikIsraelPalestina #IsraelSerangGaza