5 Temuan Mengagumkan di Hutan Rimba, Salah Satunya dari Indonesia
Ilustrasi Bocah Sedang Cari Kayu Bakar di Hutan
Dirgantaraonline.co.id,- Hutan identik dengan alam liar, terlebih jenisnya adalah hutan rimba. Banyak yang beranggapan bahwa hutan adalah tempat sakral, karena dihuni makhluk halus.
Hutan rimba biasanya ditemukan di kaki gunung, pegunungan, dan tempat-tempat terpencil.
Umumnya, hutan ditumbuhi pepohonan rindang dan tumbuhan lebat. Kawasan semacam ini terdapat di wilayah-wilayah yang luas di dunia dan berfungsi sebagai penampung karbondioksida, habitat hewan dan tanaman liar, modulator arus hidrologika, pelestari tanah, serta menjadi salah satu aspek biosfer Bumi terpenting.
Namun, sejumlah hutan saat ini mengalami kerusakan yang biasanya terjadi karena ulah manusia, seperti penebangan liar maupun pembakaran hutan. Reboisasi adalah salah satu upaya penghijauan bagi hutan yang telah rusak.
Dengan melaksanakan reboisasi, hutan yang rusak akan kembali tumbuh dan memberikan manfaat bagi lingkungan. Hal ini tentunya juga akan melestarikan spesies yang terancam punah dan memperbarui sumber daya yang berharga.
Reboisasi adalah langkah umum untuk memperbaiki hutan dan perannya. Bukan hanya pelestarian alam terkait dengan pohon, reboisasi juga menjaga flora dan fauna yang ada di hutan. Reboisasi merupakan upaya yang menguntungkan bagi manusia dan juga alam.
Meski menjadi sumber kehidupan bagi seluruh makhluk hidup di planet ini, akan tetapi hutan juga menyimpan sejuta misteri. Bahkan penemuan-penemuan tak terduga berawal dari hutan.
Dikutip dari Top Tenz, Jumat (5/8/2022), berikut temuan menakjubkan yang berasal dari hutan di beberapa penjuru dunia, salah satunya Indonesia:
1. Kota Putih Dewa Monyet
Sejak zaman Hernan Cortez dan penaklukannya atas Suku Aztec, ada sebuah legenda yang mengkisahkan kota besar di suatu tempat, jauh di dalam hutan yang belum terjamah di selatan Amerika.
Kota ini dikatakan sangat kaya dan begitu kuat. Saking tajirnya, golongan bangsawan makan makanan mereka dengan piring emas. Uniknya, yang jadi penanggung jawab kota ini adalah dewa monyet. Ia dikenal amat kuat.
Suatu hari pada tahun 1544, Uskup Honduras mengirimkan sepucuk surat kepada Raja Spanyol. Dalam surat tersebut ia menceritakan pengalamannya saat melakukan perjalanan sulit menuju sebuah kota.
Ia harus melalui hutan belantara, dipandu oleh beberapa penduduk setempat, dan akhirnya bisa melihat seisi kota itu dari puncak gunung. Kota tersebut berlokasi di lembah yang ada di bawah gunung itu.
Pada tahun 1939, seorang penjelajah bernama Theodore Morde mengklaim telah menemukan kota misterius di daerah Mosquita Valley atau Lembah Mosquita yang ada di Honduras.
Setelah isu ini tersebar dan ia kembali ke kota asalnya di Dartmouth, Massachusetts, Amerika Serikat, kabar tak sedap muncul. Morde ditemukan tewas di rumah orang tuanya. Ia diduga gantung diri. Sejak saat itu, keberadaan pasti kota yang dimaksud Morde tidak pernah terungkap.
Namun, ekspedisi arkeologi baru-baru ini berhasil menemukan situs tersebut dengan memanfaatkan teknologi canggih. Kota kuno ini terletak di lembah yang menyerupai kawah, dikelilingi oleh pegunungan dan tertutup oleh vegetasi lebat.
Kota ini menyimpan rahasianya dengan cara luar biasa, misterius, dan sakral, dengan harapan para penjarah tak akan menjamahnya. Para arkeolog lalu memetakan luas area situs tersebut, menemukan alun-alun, piramida, artefak berharga dan patung batu.
Meski mereka tidak mempercayai keberadaan "Kota Putih Dewa Monyet" (White City of the Monkey God), tapi mereka yakin bahwa mereka telah menemukan sesuatu yang lebih besar: peradaban yang tidak pernah diketahui sebelumnya, yang mendiami wilayah tersebut sejak lama.
2. Patung Kepala Raksasa
Pada tahun 1987, seorang ahli filsafat bernama Oscar Rafael Padilla Lara menerima foto kepala batu raksasa yang terletak di suatu tempat di hutan Guatemala. Foto tersebut dilaporkan diambil pada tahun 1950 oleh seorang pria pemilik tanah, di mana patung itu berada.
Padilla kemudian melacak pemilik tanah dan mencari keberadaan patung. Sayangnya, saat mereka sampai di hutan, patung kepala raksasa itu sudah lenyap.
Setelah dilihat dengan seksama, patung tersebut sebenarnya masih ada di sana. Tersembunyi di antara semak belukar yang lebat. Benda itu tidak terlihat seperti kepala manusia, jika diamati dari dekat.
Dari tahun 1960 sampai 1996, Guatemala dilanda perang sipil dan tampaknya kepala batu misterius itu digunakan sebagai sasaran praktik pemberontak. Patung ini terletak sekitar 6 mil dari desa kecil La Democracia, di selatan Guatemala. Tinggi patung sekitar 20 kaki.
Tapi semenjak perang masih berlangsung di negara itu, sang filsuf tidak pernah kembali ke lokasi penemuan.
Setelahnya, ada kepala batu lain yang ditemukan di negara ini, yang diciptakan oleh peradaban Olmec selama milenium pertama dan kedua Sebelum Masehi. Beberapa ahli berspekulasi bahwa kepala ini mungkin merupakan sebuah anomali pada periode Olmec atau mungkin dibuat pada periode lain, sebelum atau sesudah Olmec sendiri.
Di satu sisi, beberapa orang percaya bahwa patung ini mirip dengan Patung Pulau Paskah (Easter Island Statues), di mana mereka menduga ada jenazah terkubur di bawahnya.
3. Bunga Bangkai Raksasa
Tumbuh sekitar 3,3 meter dengan bobot sekitar 24 kilogram, Rafflesia arnoldii menjadi bunga terbesar di dunia. Bunga berwarna merah dengan struktur kelopak yang kasar ini terkenal karena baunya yang tak sedap saat mekar.
Oleh sebab itu, Rafflesia arnoldii juga disebut sebagai bunga bangkai. Aroma menyengat ini terbukti ampuh menarik serangga, yang kemudian menjadi santapan bunga.
Rafflesia arnoldii adalah tumbuhan parasit obligat. Ia tumbuh di jaringan tumbuhan merambat (liana) Tetrastigma dan tidak memiliki akar, daun dan batang, sehingga tidak mampu berfotosintesis.
Penamaan bunga raksasa ini tidak lepas oleh sejarah penemuannya pertama kali, pada tahun 1818 di hutan tropis Bengkulu (Sumatera), di suatu tempat dekat Sungai Manna, Lubuk Tapi, Kabupaten Bengkulu Selatan. Oleh karenanya, Bengkulu dikenal sebagai The Land of Rafflesia atau Bumi Rafflesia.
Seorang pemandu yang bekerja untuk Dr. Joseph Arnold adalah orang yang pertama kali menemukan bunga raksasa ini. Kala itu, Dr. Joseph Arnold tengah mengikuti ekspedisi yang dipimpin oleh Thomas Stamford Raffles.
Jadi penamaan bunga Rafflesia arnoldii didasarkan dari gabungan nama Thomas Stamford Raffles, sebagai pemimpin ekspedisi, dan Dr. Joseph Arnold, sebagai penemu bunga.
Tumbuhan ini endemik di Pulau Sumatera, terutama bagian selatan (Bengkulu, Jambi, dan Sumatera Selatan). Taman Nasional Kerinci Seblat merupakan daerah konservasi utama spesies ini.
4. Sungai Mendidih
Saat masih kecil, Andres Ruzo, seorang ahli geofisika, diceritakan sebuah legenda oleh kakeknya. Legenda ini mengisahkan tentang perjalanan para penakluk dalam petualangan mereka mencari El Dorado, kota emas, jauh di hutan Amazon.
Dalam dongeng itu, sang kakek menyelipkan cerita tentang ular pemakan manusia, orang-orang pedalaman dengan panah racun, pohon-pohon raksasa dan sungai mendidih yang dapat membunuh siapa saja yang terjatuh ke dalamnya.
Kisah ini masih terngiang di ingatan Ruzo hingga ia dewasa. Untuk menyelesaikan gelar PhD-nya, Ruzo memutuskan membuat peta geotermal Peru dan menyertakan sungai mendidih.
Sungai mendidih memang diakui keberadaannya, terletak di dekat gunung berapi atau titik panas Bumi lainnya. Tapi masalahnya, lembah Amazon tidak memiliki tempat seperti itu,dan keberadaan sungai mendidih dikatakan hampir tidak ada.
Takdir berkata lain. Bibinya tak asing mendengar nama sungai mendidih. Bukan karena dia pernah berada di sana sebelumnya, tapi dia berteman akrab dengan istri juru kunci sungai. Dia kemudian membawa Ruzo ke sana, sekitar 440 mil dari gunung berapi manapun di Peru.
Medan yag harus dilalui untuk sampai ke sungai mendidih sangat terjal, karena berada dalam hutan belantara. Saat "berjumpa", Ruzo pun mengukur sungai ini. Sungai mendidih diketahui memiliki lebar sekitar 82 kaki, sebagian 20 kaki. Sedangkan panjangnya yaitu sekitar 4 mil.
Sungai mendidih terletak pada sebuah situs yang dikenal dengan nama Mayantuyacu dan dianggap suci oleh penduduk asli. Fakta menariknya yakni mereka menggunakan air sungai untuk masak, menyeduh teh, hingga mencuci.
Meski sungai ini tidak berada di dekat gunung berapi, maka tidak ada penjelasan khusus mengenai panasnya air sungai.
5. Bola Batu Raksasa
Kisahnya berawal pada tahun 1930-an, ketika para pekerja konstruksi membuka jalan untuk penanaman pohon pisang di tengah hutan lebat di Costa Rica, selusin bebatuan misterius tiba-tiba muncul dan bentuknya sangat mirip dengan bola, bulat penuh.
Rentang ukurannya, dari yang terkecil, yaitu sebesar bola tenis dengan diameter maksimal 8 kaki dan berat hingga 16 ton. Hampir semua batu bulat terbuat dari granodiorit, batuan keras yang tidak pernah terbaca keberadaannya di negara itu.
Mungkin proses pembuatan batu dilakukan dengan tangan, tapi jika begitu, jauh di dalam hutan terpencil, bagaimana manusia purba menggunakan alat sederhana untuk menciptakan bentuk bulat sempurna?
#Hutan #HutanRimba #Sains #global