Hilirisasi Nikel di Indonesia: Antara Menjadi Raja atau Macan Ompong yang Dikadalisasi
Aulia,ST. M.Eng.Ph.D Dosen Fakultas Tehnik Universitas Andalas Sumbar
Dirgantaraonline.co.id,- Hilirisasi nikel, suatu tonggak strategis dalam meningkatkan nilai tambah industri nikel Indonesia, memicu tanya: Akankah Indonesia mencapai puncak dominasi sebagai raja industri, atau malah terjerat sebagai macan ompong yang tunduk pada pihak lain? Mari kita telaah lebih dalam keseimbangan ambisi dan risiko dalam perjalanan hilirisasi ini.
Pemantapan Posisi Raja:
Indonesia, dengan kekayaan cadangan nikel terbesar di dunia mencapai 21% dari total dunia, memiliki panggung untuk menjadi pusat pengolahan nikel dunia. Kepemimpinan global dalam produksi nikel (56% pada 2022) memberikan landasan kuat bagi Indonesia untuk mencapai visinya menjadi produsen baterai kendaraan listrik terbesar, sebuah puncak dominasi yang diimpikan.
Tantangan Sebagai Macan Ompong:
Namun, diselubungi ambisi tersebut, terdapat tantangan besar yang perlu diatasi. Ketergantungan pada investasi asing, terutama dari China, menimbulkan risiko ketidakseimbangan kekuatan yang dapat memiskinkan kedaulatan Indonesia. Dengan China menguasai sebagian besar konsesi, modal, dan teknologi, Indonesia harus hati-hati mengelola keterikatan ini agar tidak terperangkap sebagai macan ompong yang patuh.
Keseimbangan yang Menentukan:
Perjuangan antara menjadi raja dan risiko menjadi macan ompong memerlukan keseimbangan yang hati-hati. Sementara keterbatasan modal dan teknologi lokal memaksa Indonesia mencari investasi asing, harus dijaga agar kemandirian tidak terkorbankan. Keseimbangan inilah yang menjadi kunci keberhasilan hilirisasi nikel.
Rintangan Dampak Lingkungan dan Sosial:
Perjalanan menjadi raja industri nikel tidak luput dari konsekuensi lingkungan dan sosial. Konflik terkait penambangan dan pengolahan nikel di Sulawesi dan Maluku Utara harus diatasi dengan pendekatan berkelanjutan. Memperhatikan kesejahteraan masyarakat lokal dan pelestarian lingkungan adalah langkah krusial dalam mengukir citra positif dalam perjalanan hilirisasi nikel.
Menghadapi Kriteria Raja dengan Bijaksana:
Hambatan terbesar menuju gelar raja adalah mengurangi ketergantungan pada investasi asing sambil membangun kapasitas lokal. Hilirisasi nikel harus melibatkan masyarakat lokal sebagai pemangku kepentingan, memastikan kebijakan mencakup aspek ekonomi, lingkungan, dan sosial secara holistik.
Pandangan Ke Depan:
Artikel ini mengajak pembaca untuk memandang lebih dalam mengenai arah hilirisasi nikel di Indonesia. Dari potensi raja industri hingga risiko menjadi macan ompong yang dikadalisasi, perlu adanya tindakan yang bijaksana dan berkelanjutan. Kita berdiri di persimpangan di mana keberhasilan hilirisasi nikel tidak hanya dilihat dari dominasi ekonomi, tetapi juga keberlanjutan dan kesejahteraan masyarakat.
Kesimpulan Mendalam:
Hilirisasi nikel di Indonesia adalah perjalanan kompleks antara ambisi menjadi raja dan risiko menjadi macan ompong. Hati-hati dan kesinambungan dalam setiap langkah menjadi kunci sukses. Meminimalisir ketergantungan pada investasi asing, membangun kapasitas lokal, dan merangkul keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi dan pelestarian lingkungan adalah fondasi yang diperlukan untuk melangkah menuju keberlanjutan dan keberhasilan sejati.
Penulis: Aulia,ST. M.Eng.Ph.D
Dosen Fakultas Tehnik Universitas Andalas Sumbar
#Opini #Hilirisasi