Kisah Klasik, Pesona Modern: Sitti Nurbaya dan Keabadian Sastra Indonesia
Novel Sitti Nurbaya katua Marah Rusli
Dirgantaraonline.co.id,- Mini-seriesberjudul "Sitti Nurbaya, Kasih Tak Sampai," arahan Deddi Setiadi pada tahun 1991, bukan sekadar karya seni yang terlupakan, melainkan warisan kebudayaan yang menghidupkan kembali masa lalu Indonesia. Mengadaptasi novel klasik Marah Rusli yang pertama kali terbit pada tahun 1922, karya ini menjadi jendela yang membawa penonton melintasi waktu ke budaya Minangkabau yang kaya.
Serial empat episode ini, sebagai bagian integral dari khazanah sastra Balai Pustaka, tidak hanya mengeksplorasi kisah cinta Sitti Nurbaya, tetapi juga merangkai kehidupan sosial dan budaya pada masa itu. Dengan penuh ernyawa, pemeran utama seperti Novia Kolopaking, Gusti Randa, Him Damsyik, Niniek L Kariem, Remy Silado, Rinna Hasyim, dan aktor berbakat lainnya, memberikan warna unik pada panorama sejarah Padang.
Latar belakang kota Padang menjadi saksi bisu kisah cinta di antara dua keluarga terhormat dan berada: keluarga Sutan Mahmud dan keluarga Baginda Sulaiman. Putra Sutan Mahmud, Samsul Bahri, dan putri Baginda Sulaiman, Nurbaya, yang akrab disapa "Sitti" Nurbaya, terjebak dalam kisah cinta yang diwarnai oleh keterpisahan ketika Samsul Bahri harus melanjutkan pendidikannya di Jawa.
Dalam perjalanan kisah, muncullah sosok licik yang bernama Datuk Meringgih. Kejahatan dan mata keranjingannya tidak tersembunyi ketika Datuk Meringgih memperhatikan kecantikan Sitti Nurbaya selama kunjungannya ke rumah Sutan Mahmud. Kewaspadaan Nurbaya terhadap tipu daya Datuk Maringgih menciptakan ketegangan yang membingkai kelanjutan cerita.
Pada saat yang sama, Baginda Sulaiman menghadapi kesulitan keuangan. Dalam kesempitan, Datuk Maringgih menyodorkan bantuan dalam bentuk pinjaman uang. Terjebak dalam situasi sulit, Baginda Sulaiman menerima tawaran tersebut, tanpa mengetahui bahwa niat jahat Datuk Maringgih akan mengubah hidupnya.
Bagi yang ingin menyelami nostalgia, serial ini dapat dinikmati kembali melalui saluran YouTube TVRI. Sebagai kita melihat kembali karya klasik ini, muncul pertanyaan yang menggelitik pikiran: novel klasik mana lagi yang mampu dihidupkan dalam bentuk film atau serial, dan bagaimana pengalaman masa lalu bisa menyapa khalayak kontemporer dengan daya tarik yang sama?
Dalam berbagai sastra klasik, adakah novel tertentu yang menurutmu akan memukau penonton jika diadaptasi ke dalam format film atau serial yang sesuai dengan era ini?
(Mond)
#Film #MiniSeries #SitiNurbaya