Luhut Umbar Dosa Besar: Kinerja Tom Lembong saat Menjabat Mendag dan Kepala BKPM Diragukan.
Kolase Tom Lembong dan Luhut Binsar Pandjaitan
D'On, Jakarta,- Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan secara tajam mengkritik kinerja mantan Menteri Perdagangan dan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Tom Lembong. Kritik ini merespon sindiran Tom Lembong terhadap Gibran Rakabuming Raka yang menyatakan ketergantungan Muhaimin Iskandar pada catatan Tom dalam debat Cawapres.
Dalam video di akun Instagram pribadinya, Luhut menekankan perlunya refleksi atas kinerja Tom Lembong sebagai Menteri Perdagangan. Kritik tertuju pada pekerjaan rumah yang belum terselesaikan, khususnya terkait online single submissions (OSS). Luhut mengingatkan bahwa saat Tom menjabat Kepala BKPM, tugas utamanya adalah menangani OSS, namun pekerjaan tersebut ditinggalkan begitu saja.
Luhut menyinggung pengalaman saat Tom masih menjabat dan menyatakan, "Sampai Anda meninggalkan kabinet, tidak pernah selesai OSS." Kritik ini mencerminkan ketidakpuasan terhadap kinerja Tom Lembong dalam menyelesaikan tugas yang diamanahkan kepadanya, menggambarkan ketidakberesan dalam penanganan proyek OSS.
Lebih lanjut, Luhut menegaskan agar Tom Lembong tidak "ge'er" atau berlebihan dalam menyikapi perannya sebagai pemberi catatan kepada Presiden Jokowi. Luhut menyindir bahwa memberikan catatan bukanlah prestasi luar biasa, melainkan bagian dari tugas seorang pembantu presiden. Dia mengingatkan bahwa banyak pejabat, seperti Menteri Luar Negeri Retno, juga memberikan catatan kepada Presiden selama kunjungan bilateral.
Pesan dari Luhut adalah agar Tom Lembong tidak merendahkan tugasnya sebagai pembantu presiden dengan menganggap memberikan catatan sebagai suatu prestasi. Luhut menegaskan bahwa ini adalah bagian dari tanggung jawab yang melekat pada jabatan tersebut, baik sebagai Menteri Perdagangan maupun Kepala BKPM.
Dalam konteks perdebatan politik dan persaingan antarpendukung kandidat, kritik Luhut terhadap Tom Lembong menciptakan narasi bahwa pengalaman dan kinerja Tom sebagai pejabat publik perlu dipertanyakan. Sementara itu, Tom Lembong mungkin dihadapkan pada tuntutan untuk memberikan klarifikasi atau respons terhadap kritik yang diarahkan padanya.
Luhut menambahkan bahwa Tom Lembong seharusnya tidak mengklaim kehebatan atas tugas yang merupakan bagian rutin dari peran sebagai pembantu presiden. Dengan nada sinis, Luhut menyatakan, "Apakah karena Anda hebat melakukan itu? Tidak. Itu tugas Anda sebagai pembantu presiden, sebagai Menteri Perdagangan waktu itu, dan sebagai Kepala BKPM."
Pentingnya kinerja yang nyata dan penyelesaian tugas yang diamanahkan menjadi sorotan utama dalam kritik Luhut. Menyentil Tom terkait pekerjaan yang ditinggalkan tanpa penyelesaian, Luhut secara tidak langsung menunjukkan bahwa memberikan catatan kepada Presiden bukanlah ukuran keberhasilan sejati, terutama jika tugas pokok seperti OSS belum teratasi.
Dengan penekanan pada ketidakselesaian OSS, Luhut menciptakan narasi bahwa Tom Lembong gagal memenuhi tanggung jawabnya selama menjabat sebagai Kepala BKPM. Hal ini dapat memengaruhi citra Tom dalam pandangan publik, khususnya di kalangan yang memperhatikan efisiensi dan penyelesaian proyek pemerintah.
Dalam konteks politik, kritik Luhut terhadap Tom Lembong juga dapat dilihat sebagai strategi untuk mengurangi dampak serangan politik yang dilancarkan oleh pihak yang mendukung Gibran Rakabuming Raka. Dengan mengungkapkan kegagalan dalam menyelesaikan tugas, Luhut berusaha membangun narasi bahwa Tom Lembong tidak memiliki dasar kuat untuk mengomentari atau memberikan catatan terkait kinerja pemerintah.
Kritik ini tidak hanya menjadi perdebatan antara individu-individu tertentu di dunia politik, tetapi juga mencerminkan dinamika kompleks di balik layar persaingan politik di tingkat pemerintahan. Seiring berjalannya waktu, respons dari pihak terkait, termasuk Tom Lembong dan pendukungnya, dapat membentuk bagaimana narasi ini berkembang dalam arena politik nasional.
(Mond)
#LuhutBinsarPandjaitan #TomLembong #Nikel #Politik