Breaking News

Ketegangan Meningkat di Timur Tengah: Irak Menyatakan Kecaman atas Balasan AS, Iran Bersumpah Balas Keras

Ebrahim Raisi (AFP/Ahmad Halabisaz)

D'On, Irak,-
Sebagai respons tegas terhadap serangan udara AS di wilayahnya, Irak mengutuk serangan balasan terhadap kelompok milisi pro-Iran di sepanjang perbatasan Irak-Suriah. Serangan tersebut dilakukan pada Sabtu (3/2/2024) sebagai balasan terhadap tewasnya tiga tentara AS dan 40 lainnya di sebuah pangkalan di Yordania.

Pemerintah Irak menyebut serangan udara AS sebagai pelanggaran terhadap kedaulatannya, dengan peringatan akan konsekuensi serius bagi negara dan wilayah sekitarnya. Jenderal Yehia Rasool, juru bicara Perdana Menteri Mohamed Shia Al-Sudani, menyatakan, "Pelanggaran kedaulatan Irak akan membawa konsekuensi berbahaya bagi keamanan dan stabilitas Irak dan kawasan."

Sementara itu, Iran, yang dituduh AS sebagai otak di balik serangan drone di Yordania pekan sebelumnya, menegaskan kesiapannya untuk merespons dengan tegas terhadap campur tangan dalam urusannya. Presiden Ebrahim Raisi menjelaskan bahwa meskipun Iran tidak akan memulai perang, mereka akan memberikan balasan keras terhadap upaya apa pun yang mengganggu negara tersebut.

"Kami tidak akan memulai perang apa pun, tetapi jika ada yang ingin menindas kami, mereka akan mendapat tanggapan keras," tegas Raisi dalam pidatonya yang disiarkan televisi. Ia menyoroti perubahan sikap AS, menyatakan, "Sebelumnya, ketika mereka (AS) ingin berbicara dengan kami, mereka mengatakan opsi militer ada di meja perundingan. Sekarang mereka mengatakan tidak punya niat untuk berkonflik dengan Iran."

Raisi menekankan bahwa kekuatan militer Iran di kawasan tersebut bukanlah ancaman, melainkan menjamin keamanan yang dapat diandalkan dan dipercayai oleh negara-negara tetangga. Sebagai respons terhadap ketegangan, sumber di pertahanan AS mengonfirmasi penarikan perwira senior Garda Revolusi Iran dari Suriah. Penasihat Iran dilaporkan membantu kelompok bersenjata di Irak, di mana sekitar 2.500 tentara AS ditempatkan, bersama dengan 900 tentara di Suriah.

Dengan situasi semakin memanas, Timur Tengah tetap dalam ketegangan, dengan dinamika geopolitik berubah dan ancaman konflik lebih lanjut mengintai.

Peristiwa ini terjadi pada Sabtu (3/2/2024) di Irak, menyusul serangan udara AS pada Jumat (2/2/2024) yang menargetkan posisi milisi pro-Iran di sepanjang perbatasan Irak-Suriah. Pernyataan dari pihak berwenang Irak dan Presiden Iran Raisi disampaikan sebagai respons terhadap peristiwa tersebut.

(Reuters)


#Peristiwa #Perang #Irak #Internasional