Viral Kontroversi Rekrutmen, HRD Minta Ukuran Payudara & Foto Tanpa Busana
Ilustrasi pelecehan seksual
D'On, Jakarta,- Dunia maya dihebohkan oleh percakapan melalui WhatsApp yang mengungkapkan permintaan yang tidak senonoh dari seorang HRD kepada seorang wanita yang melamar sebagai sekretaris. Beredar melalui akun Instagram @nyinyir_update_official, isi chat tersebut mengungkap bagaimana HRD, yang diketahui bernama Robi, meminta wanita tersebut untuk mengirim foto tanpa busana sebagai bagian dari proses seleksi.
Wanita itu, yang telah mengirim lamaran melalui platform LinkedIn, mendapat pertanyaan yang tidak pantas terkait dengan fisiknya. HRD menyebutkan bahwa mereka kesulitan menemukan kandidat dengan kriteria seksi seperti sekretaris sebelumnya. Wanita itu, terkejut dengan permintaan tersebut, mencoba menolak dengan halus, namun HRD justru semakin menekan dengan pertanyaan yang lebih sensitif.
"Ibu apakah jadi mencoba mengikuti seleksi nya kah? Kalau saya lihat ibu juga cantik. Untuk ukuran dd ibu berapa, ya? Karena yang sebelumnya kcl-kcl," tulis isi chat tersebut.
Melihat permintaan dari HRD, membuat wanita itu terkejut. Pasalnya, selama melakukan lamaran pekerjaan ia tidak pernah mengalami kejadian yang tidak menyenangkan tersebut."
Waduh," balas wanita tersebut.
"Kami cukup kesulitan mencari yang sama seperti ibu, cuma kriteria seksi ini yang agak sulit dicari. Sebelumnya, ada beberapa yang saya ajukan tetapi bapak tidak cocok, saya yang kena marah. Sekretaris yang lama sangat seksi," kata HRD lagi.
Wanita yang melamar pekerjaan tersebut mencoba untuk melakukan penolakan secara halus. Sayangnya, penolakan itu malah semakin membuat HRD lebih berbicara mengarah yang negatif.
"Baik, berarti belum sesuai ya pak," kata wanita tersebut.
"Hampir sesuai, ibu. Mohon maaf, saya menanyakan agak sensitif ya. Untuk dd ibu al gd? Info saja ya, sekretaris yang lama gd, ibu," balas HRD.
"Pak, mohon maaf saya tidak bersedia untuk lanjut. Karena sudah mengarah ke hal yang sensitif. Terima kasih pak, atas informasi lowongannya," balasnya.
"Kenapa ibu? Gaji yang kami berikan cukup menarik antara...Saya pun cukup dipusingkan untuk mencarikan penggantinya," turut HRD lagi.
Sebagai pelamar kerja, apa yang diutarakan oleh HRD sudah tidak memiliki etika yang baik. Terlebih, dirinya sudah menjelaskan bekerja sebagai sekretaris haruslah profesional. Namun, jika sudah berbicara perihal sensitif maka ia menolaknya.
"Bolehkah ibu foto pakai br* saja karena kandidat yang satu lagi saya minta, biar bisa dinilai dan dibandingkan," kata HRD yang diketahui bernama Robi.
"Mohon maaf pak, saya tidak bisa, silahkan saja yang satunya di proses. Terima kasih atas waktunya, Pak Robi," balas wanita itu.
"Malu, ya ibu? Kok bisa begitu? Saya sudah panjang prosesnya, ibu dan saya sudah bilang ada dua kandidat. Kenapa ibu tiba-tiba mundur gitu saja. Coba kita sama-sama diskusi lagi. Kalau enggak minat dari awal, ibu bisa bilang," tukas HRD.
Penolakan wanita tersebut direspons dengan kekecewaan dari HRD yang menekankan pentingnya foto untuk membandingkan dengan kandidat lain. Bahkan, HRD mencoba untuk memaksa wanita itu untuk tetap berpartisipasi dalam proses seleksi dengan menyatakan kekecewaannya dan mempertanyakan alasan penolakannya.
Kontroversi ini menyoroti perlunya etika dalam proses rekrutmen serta perlindungan terhadap hak dan privasi calon karyawan. HRD yang mengabaikan batasan-batasan tersebut tidak hanya merugikan calon karyawan, tetapi juga merusak reputasi perusahaan. Hal ini menimbulkan pertanyaan tentang kebutuhan untuk penegakan standar etika yang lebih ketat dalam dunia kerja.
(*)
#PelecehanSeksual #Asusila #Viral