Alasan Mengapa Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) Papua Sulit Diberantas: Sebuah Analisis Mendalam
KKB Papua adalah kelompok yang melakukan kekerasan dan kriminalitas di Papua, Indonesia. (Foto: Reuters)
D'On, Papua,- Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) Papua, yang oleh pemerintah Indonesia disebut sebagai kelompok separatis, terus menimbulkan tantangan besar dalam menjaga stabilitas keamanan di wilayah Papua. Dengan latar belakang sebagai sayap militer dari Organisasi Papua Merdeka (OPM), KKB yang kini dikenal juga dengan nama KKSB (Kelompok Kriminal Separatis Bersenjata) dan KSTP (Kelompok Separatis Teroris Papua), telah diresmikan sebagai organisasi teroris sejak tahun 2021. Mereka kerap menggunakan kekerasan, senjata, dan teror dalam aksi-aksinya yang menghantui warga sipil serta aparat keamanan. Lantas, apa saja yang membuat KKB Papua sulit diberantas? Berikut tiga faktor utama yang menjelaskan situasi tersebut.
1. Penyamaran sebagai Penduduk Lokal
Menurut Brigjen Rusdi Hartono, Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri (saat ini Kapolda Jambi), salah satu strategi utama KKB untuk menghindari penangkapan adalah dengan menyamar sebagai penduduk lokal. Anggota KKB berbaur dengan masyarakat setempat, menjadikan diri mereka sulit dikenali oleh aparat keamanan. Dengan menyatu dalam kehidupan sehari-hari warga Papua, mereka mendapatkan keuntungan strategis dalam bersembunyi dan merencanakan serangan. Rusdi menyatakan bahwa para anggota KKB sering kali "menyamar dengan penduduk, nyamar dia," yang mempersulit proses identifikasi dan penangkapan.
2. Dukungan dari Oknum Tokoh Lokal
Kapolda Papua, Irjen Pol Mathius D. Fakhiri, mengungkapkan bahwa KKB sering kali mendapatkan perlindungan dan dukungan logistik dari tokoh-tokoh lokal serta masyarakat setempat. Mereka tidak hanya diberi tempat berlindung tetapi juga disokong oleh pejabat daerah yang memiliki simpati terhadap perjuangan mereka. Hal ini membuat KKB memiliki basis dukungan yang solid di wilayah adat, menjadikan penegakan hukum terhadap mereka semakin kompleks. Mathius menegaskan bahwa tindakan tegas akan diambil terhadap siapa saja yang membantu atau mendukung KKB, baik itu warga sipil maupun pejabat.
3. Mobilitas Tinggi dan Berpindah-pindah
KKB dikenal sangat mobile, sering berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain, terutama di wilayah hutan pegunungan Papua. Mereka memanfaatkan geografi Papua yang sulit dijangkau untuk membangun markas dan tempat persembunyian yang aman. Kapolda Mathius D. Fakhiri menyebutkan bahwa teror dan kekerasan KKB tersebar di hampir seluruh wilayah pegunungan Papua, termasuk di kabupaten Yahukimo, Intan Jaya, Puncak, Paniai, Puncak Jaya, Nduga, Pegunungan Bintang, Yalimo, Jayawijaya, dan Deiyai. Dengan terus bergerak, mereka dapat menghindari operasi militer dan keamanan yang dilancarkan TNI-Polri, menjadikan pemberantasan kelompok ini menjadi tugas yang sangat sulit.
Pemberantasan KKB Papua memerlukan pendekatan yang lebih kompleks dari sekadar tindakan militer. Tantangan-tantangan seperti penyamaran di kalangan penduduk, dukungan dari tokoh lokal, dan mobilitas tinggi di wilayah pegunungan memerlukan strategi yang melibatkan kerja sama multi-sektoral, pendekatan kesejahteraan, serta pemahaman mendalam tentang dinamika lokal di Papua. Upaya berkelanjutan dari pemerintah, aparat keamanan, dan masyarakat diperlukan untuk mencapai stabilitas dan kedamaian di wilayah ini.
(Mond)
#KKB #OPM #Teroris