Kapolda Sumatera Barat Siap Bertanggung Jawab Jika Polisi Terbukti Terlibat dalam Kematian Afif Maulana
Kapolda Sumatera Barat, Irjen Suharyono, menunjukkan senjata tajam sebagai barang bukti.
D'On, Padang (Sumbar),- Kapolda Sumatera Barat, Irjen Pol Suharyono, menyatakan kesiapannya untuk bertanggung jawab penuh jika ada anggota kepolisian yang terbukti terlibat dalam kematian Afif Maulana (13). Pernyataan ini disampaikan Suharyono dalam konferensi pers di Mapolresta Padang, menyusul tudingan bahwa Afif meninggal akibat tindakan kekerasan oleh oknum polisi saat pengamanan tawuran.
Afif ditemukan tewas mengambang di sungai di bawah jembatan Kuranji pada 9 Juni 2024, sekitar pukul 11.55 WIB. Kematian siswa sekolah menengah pertama ini memicu spekulasi bahwa ia menjadi korban kekerasan polisi ketika mencoba menghindari penangkapan saat pencegahan tawuran.
"Saya, Kapolda Sumatera Barat, siap bertanggung jawab penuh atas kejadian ini. Namun, saya juga menegaskan bahwa tindakan yang dilakukan oleh polisi saat itu sudah sesuai dengan SOP yang berlaku," ujar Suharyono. Ia menekankan bahwa upaya pencegahan pada dini hari tersebut sebenarnya bertujuan untuk menghindari korban jiwa yang lebih banyak.
Pemeriksaan Internal Terhadap Polisi Terlibat
Suharyono menyatakan bahwa 30 anggota polisi yang terlibat dalam penegakan hukum pada malam kejadian telah diperiksa secara intensif selama dua hari. "Kami tengah mendalami duduk permasalahannya dengan seksama. Kami memerlukan bukti yang akurat untuk memastikan apa yang sebenarnya terjadi sebelum menyimpulkan adanya keterlibatan oknum polisi dalam kejadian ini," tegasnya.
Polisi masih dalam tahap penyelidikan internal untuk mengungkap keterlibatan anggotanya. Dari 30 personel yang bertugas malam itu, 18 orang berhasil diamankan. Namun, Suharyono menegaskan bahwa Afif tidak termasuk di antara mereka. "Afif sempat mengajak temannya untuk melarikan diri dengan menceburkan diri ke sungai, menghindari penangkapan oleh polisi," jelasnya.
Kejadian Malam Minggu: Upaya Pencegahan Tawuran
Setiap malam Minggu, polisi aktif berpatroli untuk mencegah tawuran yang melibatkan pelajar. Pada malam kejadian, jumlah anak-anak yang terlibat lebih banyak dari 18 orang yang berhasil diamankan, tetapi keterbatasan jumlah personel dan kendaraan patroli mempengaruhi proses penangkapan. "Kami mengamankan 18 orang, tetapi hanya satu yang ditahan karena membawa senjata tajam. Selebihnya, kami kembalikan ke orang tua mereka sambil menunggu bukti tambahan," ungkap Suharyono.
Anak-anak yang terlibat dalam upaya tawuran tersebut mayoritas adalah siswa SMP yang masih berkeliaran hingga dini hari. Polisi bergerak cepat dengan mengerahkan 30 personel untuk mencegah bentrokan besar. "Jika polisi tidak hadir di tengah-tengah mereka, alat-alat yang digunakan untuk tawuran bisa mendatangkan korban lebih banyak," kata Suharyono, menjelaskan pentingnya tindakan cepat polisi dalam mencegah kekerasan lebih lanjut.
Tindakan Cepat Polisi dalam Pengamanan
Pada malam kejadian, polisi berhasil melerai dua kelompok massa yang bersiap untuk tawuran. Namun, Afif, yang diduga termasuk dalam kelompok tersebut, tidak ditemukan di antara 18 orang yang diamankan. Suharyono menegaskan bahwa kejadian pagi itu terekam dalam video oleh polisi, memperlihatkan upaya polisi mengajak para pelaku tawuran yang membawa senjata tajam untuk menyerah.
"Kami sudah memiliki rekaman video yang menunjukkan bagaimana upaya polisi mencegah aksi tawuran. Kami sedang memastikan semua bukti untuk mendapatkan gambaran yang akurat mengenai peran Afif dalam kejadian ini," katanya.
Polisi berkomitmen untuk menyelidiki kematian Afif secara mendalam dan mengungkap fakta-fakta yang ada. Irjen Pol Suharyono menegaskan bahwa pihaknya akan tetap transparan dan bertanggung jawab dalam penanganan kasus ini, sekaligus memastikan bahwa tindakan pencegahan ke depan lebih efektif dan aman bagi semua pihak.
(Mond)
#AfifMaulana #Viral #KapoldaSumbar #Polri