Lahan SPMA Kota Padang Dieksekusi: Pensiunan Guru Terlantar, Nasib Tragis Mereka Mengundang Empati
Pensiunan PNS SPMA bertahan hidup diatas puing-puing bangunan yang dieksekusi pada 6 Juni 2024
D'On, Padang (Sumbar),- Pada Kamis, 6 Juni 2024, pelaksanaan eksekusi lahan Sekolah Pertanian Menengah Atas (SPMA) di Kota Padang menguak kisah tragis yang melanda para pensiunan Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang pernah mengabdi sebagai guru di institusi tersebut. Mereka kini terpaksa bertahan di puing-puing bangunan yang runtuh, menghadapi kenyataan pahit bahwa tempat yang selama ini menjadi rumah mereka telah hilang.
Sengketa Lahan yang Berujung Derita
Eksekusi tanah SPMA merupakan puncak dari sengketa lahan bertahun-tahun antara pemerintah daerah dan pihak ketiga yang mengklaim hak atas lahan tersebut. Putusan pengadilan akhirnya memenangkan pihak ketiga, sehingga eksekusi ini menjadi tak terelakkan. Namun, di balik putusan hukum ini, tersembunyi dampak yang menghancurkan bagi para pensiunan guru yang kini kehilangan tempat tinggal mereka.
Lahan yang selama ini menjadi tempat tinggal dan sumber kehidupan mereka kini hanya menyisakan reruntuhan. Para pensiunan PNS, yang telah mendedikasikan hidup mereka untuk mendidik anak-anak dalam bidang pertanian, mendapati diri mereka tak berdaya dan kehilangan segalanya.
Kehidupan di Tengah Puing: Gambaran Kesedihan
Kondisi yang dihadapi para pensiunan guru ini sungguh memprihatinkan. Tanpa tempat tinggal yang layak, mereka harus mendirikan tenda-tenda darurat di sekitar puing-puing bangunan yang dulu mereka kenal sebagai rumah. Kehidupan di antara reruntuhan ini membawa masalah kesehatan, keamanan, dan beban psikologis yang berat, terutama bagi mereka yang telah lanjut usia.
Wiwik, salah satu pensiunan yang menjadi korban eksekusi, mengungkapkan kesulitan yang ia alami. “Kami tidak punya tempat lain untuk pergi. Di sini, di antara reruntuhan ini, adalah satu-satunya tempat yang kami kenal sebagai rumah. Sekarang semuanya hancur, kami harus bertahan hidup di sini,” ujarnya dengan mata berkaca-kaca, menyiratkan kesedihan yang mendalam, saat dijumpai pada Rabu (12/6/2024).
Seruan Solidaritas dan Tindakan Nyata
Situasi ini menarik perhatian Boby, Ketua Pekat Kota Padang, yang menekankan bahwa kondisi para pensiunan guru harus menjadi tanggung jawab utama pemerintah. “Para pensiunan guru ini telah mengabdi seumur hidup mereka untuk pendidikan. Sudah seharusnya kita memberikan perlindungan dan penghormatan yang layak bagi mereka di masa tua,” tegas Boby, yang juga seorang aktivis sosial masyarakat.
Ia mendesak agar pemerintah kota dan provinsi, beserta dinas sosial terkait, segera mengambil langkah konkret untuk memberikan tempat tinggal yang layak bagi para pensiunan ini. “Kondisi mereka sangat memprihatinkan dan membutuhkan perhatian segera. Mereka berhak mendapatkan tempat tinggal yang aman dan layak,” tambahnya.
Nasib tragis yang dialami oleh para pensiunan guru SPMA ini mencerminkan perlunya perhatian dan perlindungan yang lebih besar terhadap mereka yang telah mengabdi untuk negara. Perlindungan hukum dan kebijakan yang adil harus menjadi prioritas, termasuk penyediaan fasilitas yang memadai dan penghargaan atas pengabdian mereka.
Situasi ini juga mengingatkan pentingnya solidaritas masyarakat. Dari pantauan lapangan, nasib para pensiunan PNS guru SPMA yang masih tinggal di puing-puing bangunan adalah panggilan bagi kita semua untuk lebih peduli dan bertindak cepat dalam memberikan bantuan. Mereka yang telah memberikan hidup mereka untuk mendidik generasi penerus bangsa layak mendapatkan perlindungan dan penghormatan yang layak di masa pensiun mereka.
Dengan perhatian dan tindakan nyata dari pemerintah serta solidaritas masyarakat, diharapkan para pensiunan ini dapat segera mendapatkan tempat tinggal yang layak dan menjalani masa tua dengan tenang dan aman.
(Mond)
#Peristiwa #Padang