Breaking News

Penurunan Drastis Produksi Padi di Padang Pariaman Selama Lima Tahun Terakhir (2019-2023

Ilustrasi Petani 

D'On, Padangpariaman (Sumbar),-
Produksi padi di Kabupaten Padang Pariaman mengalami penurunan signifikan dalam kurun waktu lima tahun terakhir, yakni dari tahun 2019 hingga 2023. Berdasarkan data dari publikasi "Padang Pariaman Dalam Angka 2024," penurunan ini sangat terasa mengingat padi adalah salah satu komoditas utama yang mendukung perekonomian daerah.

Pada tahun 2019, produksi padi mencapai puncaknya dengan total 293.360,31 ton. Ini adalah pencapaian tertinggi yang pernah direkam dalam beberapa tahun terakhir. Namun, optimisme tersebut tidak bertahan lama. Memasuki tahun 2020, meski dunia tengah dilanda pandemi Covid-19, produksi padi hanya turun sedikit menjadi 283.127,72 ton. Penurunan ini dianggap masih wajar mengingat situasi global yang sulit.

Keadaan mulai memburuk secara signifikan pada tahun 2021, dengan produksi padi turun drastis hingga 252.723,26 ton, menunjukkan penurunan lebih dari 30 ribu ton dibanding tahun sebelumnya. Pandemi yang berlarut-larut telah mempengaruhi berbagai sektor, termasuk pertanian, dengan terbatasnya mobilitas dan akses sumber daya yang krusial.

Tahun 2022 tidak membawa banyak perbaikan. Meski banyak sektor mulai pulih dari dampak pandemi, produksi padi di Padang Pariaman justru makin terpuruk ke angka 227.996,24 ton. Ini menandakan adanya tantangan berkelanjutan dalam pemulihan produktivitas pertanian di daerah tersebut.

Memasuki tahun 2023, situasi semakin memprihatinkan. Produksi padi turun lagi menjadi 221.662,66 ton. Penurunan terus-menerus selama lima tahun ini menimbulkan kekhawatiran serius mengenai keberlanjutan sektor pertanian di Padang Pariaman, khususnya untuk komoditas padi.

Pertumbuhan Sektor Hortikultura dan Perkebunan

Sementara produksi padi terus menurun, sektor hortikultura di Padang Pariaman menunjukkan tanda-tanda peningkatan. Pada tahun 2023, produksi cabai keriting meningkat dari 1.115,00 ton pada tahun sebelumnya menjadi 1.455,00 ton. Demikian pula dengan produksi terung yang naik dari 827,80 ton menjadi 911,60 ton, mencerminkan adanya pergeseran fokus dalam pertanian lokal.

Selain itu, tanaman biofarmaka seperti jahe dan kunyit menunjukkan angka produksi yang mengesankan, dengan masing-masing mencatat total produksi 133.351,00 ton untuk jahe dan 81.862,00 ton untuk kunyit pada tahun 2023.

Di sektor perkebunan, komoditas seperti semangka mengalami penurunan produksi sebesar 0,04 persen atau 0,20 ton dibandingkan tahun sebelumnya. Sebaliknya, produksi kelapa menunjukkan sedikit peningkatan sebesar 0,63 persen, dari 38.794,22 ton menjadi 39.039,50 ton pada tahun 2023. Namun, produksi kakao mengalami penurunan terbesar pada tahun tersebut, yakni sebesar 10,20 persen atau 444,62 ton lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya.

Dampak pada Pertumbuhan Ekonomi

Penurunan produksi padi yang terus berlanjut berdampak pada perekonomian daerah, mengingat sektor pertanian adalah salah satu kontributor utama pertumbuhan ekonomi di Padang Pariaman. Kondisi ini mengharuskan adanya intervensi dan strategi baru untuk membalikkan tren negatif dan memastikan keberlanjutan sektor pertanian yang lebih tangguh di masa mendatang. 

Upaya peningkatan produktivitas sektor hortikultura dan diversifikasi komoditas pertanian mungkin menjadi kunci untuk menyeimbangkan dampak penurunan produksi padi. Pemerintah daerah dan para petani perlu bekerja sama untuk mengatasi tantangan ini dan memanfaatkan potensi lain dalam sektor pertanian untuk mengembalikan stabilitas ekonomi dan kesejahteraan masyarakat Padang Pariaman. 

(Mond)

#PadangPariaman #SumateraBarat #Pertanian