Santriwati Ponpes Lombok Barat Kritis Diduga Jadi Korban Penganiayaan, Ponpes Bantah Tuduhan
Ilustrasi perundungan
D'On, Lombok Timur (NTB),- Seorang santriwati berinisial NI, 16 tahun, kini berada dalam kondisi kritis di sebuah rumah sakit di Lombok Timur, diduga sebagai korban perundungan oleh teman-temannya di pondok pesantren (ponpes) di Lombok Barat. Kasus ini mencuat setelah ayah korban melaporkannya ke kepolisian.
Kronologi Kejadian
Menurut keterangan yang disampaikan oleh Kompol I Made Yogi Purusa Utama, Kepala Satuan Reserse Kriminal Polresta Mataram, ayah NI melaporkan bahwa putrinya mengalami kekerasan di asrama ponpes tersebut. “Berdasarkan pengaduan dari ayah korban, kami sudah membentuk tim investigasi ke salah satu rumah sakit di Lombok Timur,” ujarnya.
Kejadian ini dilaporkan berawal saat teman NI di asrama mengetahui bahwa NI mengalami luka lebam di tubuhnya. Menyadari kondisi NI yang semakin memburuk, teman tersebut segera memberi tahu orang tuanya di Lombok Timur. Mereka pun segera menjemput NI dari ponpes dan membawanya ke poliklinik setempat.
Kondisi yang Memburuk
Namun, perawatan awal di poliklinik tidak mampu mengatasi kondisi NI yang semakin kritis. Ia kemudian dirujuk ke puskesmas terdekat. Seminggu setelah perawatan, ayah NI datang menjenguk dan mendapatkan pengakuan mengejutkan dari putrinya. NI mengaku dipukul oleh teman-temannya dengan balok kayu dan sajadah di bagian kelopak mata.
“Dari pengakuan korban, dipukul menggunakan balok kayu dan sajadah di kelopak matanya,” ungkap Yogi.
NI akhirnya dipindahkan ke rumah sakit di Mataram setelah kondisinya kembali menurun. Di sana, ia dipasangi ventilator untuk membantu pernapasannya yang semakin memburuk.
Bantahan dari Pihak Ponpes
Di sisi lain, pihak pondok pesantren membantah tuduhan penganiayaan tersebut. Hasanudin, salah satu pengasuh di ponpes, menyatakan bahwa NI sebenarnya mengalami komplikasi dari jerawat yang ditusuk dengan jarum berkarat. Ia menegaskan bahwa teman-teman NI telah memperingatkannya untuk tidak memencet jerawat tersebut.
“Anak ini ada riwayat penyakit, semacam jerawat di lubang hidungnya,” jelas Hasanudin. “Diingatkan oleh teman-temannya untuk tidak melakukan itu karena takut akan menjadi parah, sudah ditusuk dipencet lagi itu pada Kamis sore.”
Proses Hukum dan Investigasi
Kepolisian saat ini tengah menyelidiki kasus ini dengan serius. Tim investigasi sedang mengumpulkan bukti-bukti dan keterangan dari berbagai pihak terkait. Hasanudin menyatakan bahwa pihak ponpes tidak akan menghalangi proses hukum dan siap bekerja sama dengan aparat penegak hukum.
“Kami buka pintu lebar-lebar, silakan investigasi dan temukan siapa yang memukul. Kami tidak akan menutup-nutupi oknum demi menjaga nama besar pondok pesantren,” tegasnya.
Hingga berita ini diturunkan, penyelidikan masih berlangsung dan publik menantikan hasil dari investigasi tersebut. Kasus ini menjadi perhatian serius di masyarakat, mengingat dampaknya pada kondisi fisik dan mental korban serta kredibilitas lembaga pendidikan keagamaan di daerah tersebut.
Kasus ini terus menjadi sorotan publik, menambah daftar panjang isu kekerasan di lingkungan pendidikan yang perlu ditangani dengan serius.
(*)
#Peristiwa #Perudungan #Kriminal