Breaking News

Bangladesh Bergolak: Mahasiswa Bakar Stasiun TV, Internet Diputus Total

Bentrokan antara pendukung anti-kuota, polisi, dan pendukung Liga Awami di Rampura, Bangladesh, Kamis (18/7/2024). (REUTERS/Mohammad Ponir Hossain)

D'On, Bangladesh -
Bangladesh kini tengah dilanda gejolak yang kian memanas. Pada Kamis waktu setempat, kemarahan mahasiswa terhadap kuota pegawai negeri (PNS) mencapai puncaknya dengan pembakaran stasiun penyiaran pemerintah. Insiden ini menewaskan 39 orang dan mendorong pihak berwenang untuk memutus total akses internet di negara mayoritas Muslim tersebut.

Awal Mula Kerusuhan

Demonstrasi yang terjadi berawal dari protes mahasiswa terhadap sistem kuota yang kontroversial. Kebijakan ini mencadangkan lebih dari separuh jabatan PNS untuk kelompok-kelompok tertentu, termasuk anak-anak veteran perang kemerdekaan Bangladesh dari Pakistan pada tahun 1971. Para kritikus menilai bahwa skema ini hanya menguntungkan anak-anak dari kelompok pro-pemerintah yang mendukung Perdana Menteri Sheikh Hasina, yang telah memerintah sejak 2009.

Pada hari Kamis, polisi semakin agresif dalam menghadapi para demonstran, menembakkan peluru karet untuk membubarkan massa. Namun, tindakan ini justru memperburuk situasi. Mahasiswa yang marah melawan dan mengejar polisi hingga ke markas besar Bangladesh Television (BTV) di ibu kota Dhaka. Para pengunjuk rasa membakar gedung penerimaan penyiaran serta puluhan kendaraan yang diparkir di luar.

Evakuasi dan Tuntutan Pengunjuk Rasa

Seorang eksekutif BTV mengungkapkan kepada AFP bahwa seluruh staf berhasil mengevakuasi gedung dengan aman sebelum api melahap bangunan tersebut. Sebelumnya, stasiun ini digunakan oleh Perdana Menteri Sheikh Hasina untuk berpidato meminta ketenangan dari massa.

"Permintaan pertama kami adalah Perdana Menteri harus meminta maaf kepada kami," kata seorang pengunjuk rasa bernama Bidisha Rimjhim, 18 tahun, kepada AFP pada Jumat (19/7/2024). "Keadilan harus ditegakkan bagi saudara-saudara kita yang terbunuh," tambahnya dengan tegas.

Pemadaman Internet dan Pembatasan Komunikasi

Setelah insiden pembakaran, Bangladesh mengalami pemadaman internet hampir total. Menurut data dari NetBlocks, langkah ini merupakan upaya pemerintah untuk membatasi penyebaran informasi melalui media sosial dan layanan data seluler, yang menjadi alat komunikasi utama bagi penyelenggara demonstrasi.

Aksi unjuk rasa berlangsung hampir setiap hari sepanjang bulan ini, menuntut diakhirinya sistem kuota yang dianggap tidak adil. Pemerintahan Hasina dituduh oleh kelompok hak asasi manusia menyalahgunakan lembaga-lembaga negara untuk memperkuat kekuasaannya dan menekan perbedaan pendapat, termasuk pembunuhan di luar proses hukum terhadap aktivis oposisi.

Reaksi Internasional dan Pandangan Ahli

Mubashar Hasan, pakar Bangladesh di Universitas Oslo, menyatakan bahwa protes ini telah berkembang menjadi ekspresi ketidakpuasan yang lebih luas terhadap pemerintahan otokratis Hasina. "Mereka memprotes sifat represif negara. Mahasiswa sebenarnya menyebut dia diktator," ujarnya.

Penutupan Sekolah dan Universitas

Dalam upaya mengendalikan situasi yang semakin memburuk, pemerintah memerintahkan penutupan sekolah-sekolah dan universitas-universitas tanpa batas waktu. Langkah ini diambil setelah polisi meningkatkan upaya untuk menjaga hukum dan ketertiban.

Peristiwa ini mencerminkan ketegangan yang mendalam di Bangladesh, di mana ketidakpuasan terhadap pemerintahan Sheikh Hasina semakin meluas. Dengan pemadaman internet dan tindakan represif dari pemerintah, situasi di Bangladesh kini berada di titik krisis, menarik perhatian dunia internasional terhadap nasib negara tersebut.

(AFP)

#Internasional #Bangladesh