Breaking News

Markas Besar UNRWA di Gaza Rata dengan Tanah: Pelanggaran Hukum Kemanusiaan Internasional oleh Israel

Warga Palestina berjalan di samping reruntuhan markas UNRWA PBB di Kota Gaza. (Twitter.com/@UNRWA)

D'On, Rafah–
  Kepala Badan Bantuan dan Ketenagakerjaan Pengungsi Palestina (UNRWA) PBB, Philippe Lazzarini, mengutuk keras tindakan Israel yang telah meratakan markas besar UNRWA di Jalur Gaza. Lazzarini menyatakan bahwa tindakan ini merupakan pelanggaran terang-terangan terhadap hukum kemanusiaan internasional. 

"Ini adalah satu lagi tindakan yang secara terang-terangan mengabaikan hukum kemanusiaan internasional," tegas Lazzarini pada Senin (15/7/2024). "Markas UNRWA di Jalur Gaza telah diubah menjadi medan perang dan kini telah rata dengan tanah," lanjutnya, mengecam aksi militer Israel yang menghancurkan fasilitas vital tersebut.

Lazzarini membagikan gambar yang memperlihatkan markas UNRWA di Gaza utara yang berubah menjadi puing-puing. Ia menekankan pentingnya perlindungan terhadap semua fasilitas PBB dan menegaskan bahwa fasilitas-fasilitas ini tidak boleh digunakan untuk tujuan militer atau pertempuran. "Setiap perang mempunyai peraturan dan Jalur Gaza tidak terkecuali," tulis Lazzarini.

Serangan Paling Berdarah di Jalur Gaza

Juru Bicara UNRWA, Tamara al-Rifai, pada Selasa (16/7/2024) menyatakan bahwa Pasukan Pertahanan Israel (IDF) melancarkan serangan paling berdarah pekan lalu di Jalur Gaza, yang mengakibatkan kehancuran markas besar UNRWA di wilayah tersebut. Al-Rifai mengutuk keras semua serangan yang menargetkan fasilitas PBB, menggambarkan kondisi markas UNRWA sebagai "benar-benar mengerikan". 

"Ini jelas menunjukkan ketidakpedulian terhadap hukum kemanusiaan internasional. Hingga saat ini, 190 fasilitas UNRWA yang berada di Jalur Gaza, yang sebagian besar merupakan tempat pengungsian, telah dirusak," lanjut Tamara.

Menurut data UNRWA, lebih dari 500 orang tewas di fasilitas yang dikelola badan ini selama 10 bulan konflik di Jalur Gaza. Lebih dari 1.600 orang terluka dalam serangan yang menargetkan bangunan yang dilindungi hukum internasional.

Operasi Militer Israel dan Dampaknya

Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) melaporkan bahwa IDF melancarkan serangan besar-besaran di Kota Gaza dan Jalur Gaza utara selama seminggu terakhir, memaksa puluhan ribu orang mengungsi. Pejabat kesehatan Palestina menghitung lebih dari 60 warga sipil tewas dalam pertempuran ini.

Pada 15 Juli, IDF mengumumkan selesainya operasi dan penarikan pasukan dari Kota Gaza. Mereka menyatakan bahwa operasi tersebut menemukan gudang senjata dan drone yang disembunyikan di markas UNRWA, serta sebuah terowongan dan fasilitas produksi senjata Hamas di bawah gedung universitas di daerah tersebut.

"Tentara Israel menghadapi dan menyerang kelompok perlawanan di dalam gedung UNRWA," demikian pernyataan resmi IDF.

Kondisi Markas Besar UNRWA di Rimal

Markas UNRWA terletak di lingkungan Rimal, yang telah menjadi sasaran banyak operasi IDF. Staf UNRWA telah dievakuasi dari fasilitas tersebut sejak pecahnya pertempuran pada Oktober 2023. Militer Israel mengatakan bahwa orang-orang bersenjata Hamas menguasai seluruh kompleks setelah staf PBB dievakuasi.

Kejadian ini menambah daftar panjang insiden yang memperlihatkan ketegangan dan kekerasan yang terus berlangsung di Jalur Gaza. Tindakan Israel terhadap fasilitas UNRWA tidak hanya mengundang kecaman internasional tetapi juga menyoroti perlunya perlindungan lebih kuat terhadap fasilitas dan personel PBB di zona konflik.

(*)

#MarkasPBBDiserangIsrael #Peristiwa #PBB #Internasional #AgresiIsrael