Breaking News

Demo GERAM di Semarang Ricuh: 33 Orang Dibawa ke RS, 27 Orang Ditangkap, Massa Dibubarkan Paksa

Demo Semarang Berakhir Ricuh

D'On, Semarang -
Ribuan massa dari Gerakan Rakyat Menggugat (GERAM) kembali turun ke jalan, menggelar demonstrasi besar-besaran di Semarang, Jawa Tengah. Mereka berkumpul untuk mengawal putusan Mahkamah Konstitusi terkait Undang-Undang Pilkada yang menjadi pusat kontroversi di tengah masyarakat. Aksi ini berlangsung di Jalan Pemuda, tepat di depan Balai Kota Semarang, namun berakhir dengan kericuhan yang memicu korban berjatuhan.

Aksi Berujung Kekacauan

Sejak siang hari, massa aksi yang didominasi oleh mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Semarang, sudah mulai memadati kawasan Jalan Pemuda. Mereka membawa berbagai spanduk dan meneriakkan yel-yel menuntut keadilan dan transparansi dalam pengambilan keputusan terkait Undang-Undang Pilkada. Namun, hingga pukul 18.00 WIB, massa aksi masih bertahan di lokasi dengan niat memasuki area dalam Balai Kota, yang juga menjadi kantor Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Semarang.

Ketegangan mulai meningkat ketika massa aksi berusaha menembus barikade aparat keamanan. Meski telah dihalangi, mereka tetap bersikeras untuk memasuki Balai Kota. Situasi semakin memanas, dan pada akhirnya, aparat kepolisian memutuskan untuk membubarkan massa secara paksa.

Gas Air Mata dan Water Cannon Membubarkan Massa

Dengan cepat, polisi mengambil langkah tegas. Tembakan gas air mata mulai diluncurkan ke arah kerumunan massa, disusul dengan semprotan air dari water cannon. Tim pengurai massa yang dikerahkan pun mulai bergerak maju, memaksa demonstran mundur dari lokasi.

Namun, bukannya bubar, massa justru semakin agresif. Mereka mulai melempari aparat dengan berbagai benda yang ada di sekitar, seperti bilah kayu, batu, botol, hingga pot tanaman yang ada di pedestrian. Jalan Pemuda yang biasanya ramai dengan lalu lintas kendaraan, kini berubah menjadi arena bentrokan antara demonstran dan polisi.

Kabut gas air mata yang tebal menyelimuti sepanjang jalan, mulai dari depan Mall Paragon hingga dekat Lawang Sewu. Massa pun terpecah, ada yang berlarian menyelamatkan diri, sementara yang lainnya masih mencoba bertahan dan melakukan perlawanan. Polisi terus maju, memukul mundur massa hingga ke dalam gedung-gedung dan perkampungan warga di sekitar lokasi.

Korban Berjatuhan, Ambulans Hilir Mudik

Aksi pembubaran ini tak terelakkan menimbulkan korban. Ambulans bolak-balik di sekitar lokasi, mengangkut korban yang pingsan dan mengalami luka-luka akibat bentrokan. Sebagian dari korban ini sempat dievakuasi ke gedung terdekat untuk mendapatkan pertolongan pertama sebelum akhirnya dibawa ke rumah sakit.

Tim kuasa hukum GERAM, Tuti Wijaya, melaporkan bahwa hingga pukul 22.00 WIB, pihaknya masih mendata jumlah korban yang dilarikan ke rumah sakit. "Saat ini ada 33 korban yang tersebar di beberapa rumah sakit, seperti RS Roemani, RSUP Dr. Kariadi, dan RS Hermina," jelas Tuti.

Para korban mengalami berbagai macam luka, mulai dari sesak napas akibat terpapar gas air mata, hingga luka serius seperti kepala bocor. "Ada yang sesak napas, ada yang bocor kepalanya. Kami juga mengevakuasi seorang yang memiliki riwayat sakit jantung, dan langsung dilarikan ke rumah sakit," lanjutnya.

Selain itu, terdapat pula laporan mengenai mahasiswa yang terkena tembakan peluru karet di bagian kakinya. Hal ini semakin memicu kemarahan dari pihak demonstran yang merasa bahwa tindakan aparat sudah melampaui batas.

Penangkapan dan Tuduhan Provokasi

Selepas pembubaran, polisi melakukan penyisiran di sekitar lokasi. Mereka menangkap orang-orang yang dianggap provokatif dan melakukan tindakan anarkis. Berdasarkan data sementara yang dihimpun oleh tim kuasa hukum GERAM, sebanyak 27 orang ditangkap dan dibawa ke Mapolrestabes Semarang.

"Informasi sementara yang kami dapatkan, dari 27 orang yang ditangkap, 21 di antaranya adalah pelajar, sementara 6 lainnya mahasiswa," ungkap Tuti. Penangkapan ini menimbulkan pertanyaan, mengapa mayoritas yang ditangkap justru pelajar, yang bahkan tidak ikut berdemo sejak siang hari. Pelajar-pelajar ini diketahui baru datang menjelang petang, bergabung dengan massa mahasiswa.

Kedatangan mereka disambut oleh mahasiswa dengan teriakan "Selamat datang anak STM." Namun, pelajar-pelajar ini bukan sekadar menonton, mereka langsung bergerak maju ke barisan depan, berdiri berhadapan langsung dengan polisi, lengkap dengan helm dan bilah kayu serta bambu di tangan.

Jalan Pemuda Menjadi Arena Pertempuran

Sebelum situasi menjadi terkendali, Jalan Pemuda menjadi saksi bisu bentrokan antara massa aksi dan aparat keamanan. Suasana mencekam, dengan gas air mata yang begitu pekat, menciptakan kabut yang memenuhi jalan. Bukan kabut pagi yang biasa menyelimuti Semarang, melainkan kabut gas air mata yang menyengat pernapasan.

Pot-pot tanaman di sepanjang pedestrian tak luput dari amukan massa, dijadikan senjata untuk melawan aparat. Sementara itu, polisi memperkuat barikade mereka, tak henti-hentinya menyemprotkan air dan menembakkan gas air mata ke arah kerumunan.

Hingga akhirnya, pada pukul 20.00 WIB, Jalan Pemuda baru bisa dinyatakan kondusif dan dibuka kembali untuk umum. Namun, bayang-bayang kericuhan masih terasa, terutama bagi mereka yang mengalami langsung kekerasan tersebut.

Kontroversi Pembubaran Paksa

Pihak kepolisian berdalih bahwa tindakan tegas ini terpaksa dilakukan karena massa aksi terus melakukan tindakan anarkis dan merusak fasilitas umum. "Kami sudah berupaya melakukan pendekatan persuasif dan berharap aksi ini bisa berjalan dengan damai. Namun, upaya tersebut tidak dihiraukan, dan situasi semakin tidak terkendali," ujar Kabidhumas Polda Jateng, Kombes Pol Artanto.

Di sisi lain, GERAM justru menuding aparat sebagai pihak yang memicu kekerasan. Dalam rilis resmi mereka, GERAM menuduh polisi melakukan pemukulan terhadap demonstran yang berada di barisan depan saat mencoba masuk ke Balai Kota. "Sedikitnya ada 8 orang yang mengalami luka di kepala karena terkena pentungan polisi," tegas GERAM dalam rilisnya.

Kericuhan ini menambah panjang daftar bentrokan antara massa aksi dengan aparat di Indonesia. Demonstrasi yang awalnya bertujuan menyampaikan aspirasi, berakhir dengan kekerasan yang tak terelakkan. Kini, nasib puluhan korban dan mereka yang ditangkap menjadi perhatian utama, sementara masyarakat menunggu hasil investigasi dan tindak lanjut dari peristiwa ini.

(Mond/Tirto)

#Demo #UnjukRasa #Bentrok #Peristiwa