Breaking News

Hati-Hati, Ini 7 Perkara Penghapus Amal Kebaikan: Renungan Mendalam untuk Menjaga Amalan

Ilustrasi 

Dirgantaraonline -
Melakukan amal kebaikan adalah salah satu cara bagi manusia untuk mendekatkan diri kepada Tuhan dan mencari ridha-Nya. Namun, tidak semua amal baik yang kita lakukan akan otomatis diterima atau mendatangkan pahala. Ada beberapa perkara yang dapat menghapus atau mengurangi nilai amal kebaikan kita, bahkan membuatnya sia-sia. Berikut adalah tujuh perkara yang dapat menghapus amal kebaikan, yang perlu kita waspadai agar ibadah dan amal kita tetap murni dan bernilai di sisi-Nya.

1. Riya' (Pamer Amal Kebaikan)

Riya' adalah melakukan amal kebaikan dengan niat untuk diperlihatkan kepada orang lain agar mendapatkan pujian atau pengakuan dari mereka. Dalam Islam, riya' dianggap sebagai syirik kecil karena mengarahkan niat ibadah, yang seharusnya hanya untuk Allah, kepada selain-Nya. Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya yang paling aku khawatirkan atas kamu adalah syirik kecil." Para sahabat bertanya, "Apakah syirik kecil itu, ya Rasulullah?" Beliau menjawab, "Riya'." (HR Ahmad).

Amal yang dilakukan dengan riya' akan tertolak karena Allah hanya menerima amal yang dilakukan dengan ikhlas. Untuk menjaga amal dari riya', penting bagi kita untuk selalu mengoreksi niat sebelum, selama, dan setelah beramal, serta berusaha menyembunyikan amal kebaikan kita sejauh mungkin.

2. Sum'ah (Menyebarkan Kebaikan Diri Sendiri)

Sum'ah adalah ketika seseorang menceritakan amal baik yang telah dilakukannya dengan tujuan agar orang lain mendengar dan menilai dirinya sebagai orang yang baik. Perbuatan ini juga dapat menghapus amal karena mengandung unsur kesombongan dan keinginan untuk dikenal serta dipuji. Rasulullah SAW memperingatkan dalam haditsnya bahwa Allah tidak akan memperhatikan amal orang yang suka menonjolkan dirinya sendiri.

Untuk menghindari sum'ah, kita perlu berusaha untuk menjaga lidah kita dari menyebutkan amal kebaikan kita kecuali dalam konteks yang benar-benar diperlukan, seperti memberikan motivasi kepada orang lain tanpa menumbuhkan rasa sombong dalam hati.

3. Ujub (Bangga pada Diri Sendiri)

Ujub adalah merasa bangga atau kagum dengan amal kebaikan yang dilakukan, seakan-akan amal tersebut terjadi karena kehebatan diri sendiri. Ujub adalah musuh tersembunyi yang sangat berbahaya karena dapat merusak ketulusan dalam beramal. Dalam Al-Qur'an, Allah SWT berfirman, "Maka janganlah kamu menganggap dirimu suci. Dia mengetahui tentang orang yang bertakwa." (QS. An-Najm: 32).

Cara menghindari ujub adalah dengan selalu menyadari bahwa semua kebaikan yang kita lakukan adalah karena izin dan pertolongan Allah, bukan semata-mata karena kemampuan kita sendiri.

4. Mengungkit-Ungkit Kebaikan (Mann)

Mann adalah mengungkit-ungkit amal kebaikan yang telah dilakukan kepada seseorang, dengan tujuan untuk menagih balas budi atau mendapatkan pengakuan. Perbuatan ini akan membatalkan pahala amal kebaikan tersebut. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur'an, "Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu merusak (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima)." (QS. Al-Baqarah: 264).

Untuk menjaga amal dari mann, penting bagi kita untuk memberikan kebaikan dengan ikhlas tanpa berharap imbalan atau pengakuan dari manusia.

5. Hasad (Iri dan Dengki)

Hasad adalah perasaan tidak suka terhadap kebaikan yang dimiliki orang lain, dan menginginkan agar kebaikan itu hilang dari mereka. Hasad dapat menghapus amal kebaikan karena ia memakan hati dan merusak ketulusan serta niat baik seseorang. Rasulullah SAW bersabda, "Hindarilah hasad, karena hasad itu memakan kebaikan sebagaimana api memakan kayu bakar." (HR Abu Dawud).

Untuk menghindari hasad, kita harus selalu berusaha untuk bersyukur atas nikmat yang diberikan Allah kepada kita, serta berdoa agar hati kita selalu bersih dan tidak mudah terpengaruh oleh perasaan iri.

6. Ghibah (Menggunjing)

Ghibah adalah membicarakan keburukan seseorang di belakangnya, meskipun apa yang dibicarakan itu benar adanya. Ghibah dapat menghapus amal kebaikan kita karena ia melibatkan perbuatan zalim terhadap hak-hak sesama. Rasulullah SAW bersabda, "Tahukah kalian apa itu ghibah?" Mereka menjawab, "Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui." Beliau bersabda, "Engkau menyebutkan tentang saudaramu sesuatu yang tidak disukainya." (HR Muslim).

Untuk menjauhi ghibah, kita harus selalu menjaga lisan dan berusaha membicarakan hal-hal yang positif dan bermanfaat. Jika kita mendengar ghibah, sebaiknya kita diam atau mengalihkan pembicaraan ke topik lain.

7. Tidak Istiqamah (Konsisten) dalam Beramal

Istiqamah adalah keteguhan dalam melaksanakan amal ibadah dan kebaikan. Ketika seseorang tidak konsisten atau mudah putus asa dalam melakukan amal kebaikan, maka amal tersebut bisa menjadi sia-sia. Allah SWT berfirman, "Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, 'Rabb kami ialah Allah' kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan, 'Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu.'" (QS. Fussilat: 30).

Untuk menjaga istiqamah, penting bagi kita untuk berdoa memohon keteguhan hati, senantiasa berusaha mengingat tujuan kita beramal, dan menghindari hal-hal yang dapat melemahkan semangat kita dalam beribadah.

Amal kebaikan adalah investasi abadi bagi kehidupan akhirat kita. Namun, untuk menjaga nilai dan pahalanya, kita harus berhati-hati terhadap perkara-perkara yang bisa menghapus atau mengurangi nilainya. Riya', sum'ah, ujub, mengungkit-ungkit kebaikan, hasad, ghibah, dan kurangnya istiqamah adalah beberapa hal yang harus kita hindari dengan sungguh-sungguh. Dengan menjaga niat ikhlas, bersikap rendah hati, dan selalu memohon perlindungan Allah, insyaAllah amal kita akan diterima dan diberkahi. 

Semoga artikel ini menjadi pengingat bagi kita semua untuk terus memperbaiki diri dan meningkatkan kualitas amal kebaikan kita.

(Rini)

#Religi #Islami