Breaking News

Imam Besar Masjid Al-Aqsa Ditangkap Usai Gelar Salat untuk Haniyeh

Imam Besar Masjid Al-Aqsa, Syekh Ekrima Sabri

D'On, Yerusalem Timur -
Dalam sebuah langkah kontroversial, polisi Israel menangkap Imam Besar Masjid Al-Aqsa, Syekh Ekrima Sabri, setelah beliau memimpin salat untuk mendoakan pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh, yang dilaporkan tewas dalam serangan di Teheran, Qatar. Penangkapan ini terjadi di tengah ketegangan yang meningkat di wilayah tersebut, dan menarik perhatian internasional terhadap situasi yang semakin memburuk di Yerusalem Timur.

Kronologi Penangkapan

Penangkapan Sabri terjadi pada Jumat (2/8) di kediamannya di Yerusalem Timur yang diokupansi. Menurut laporan dari Anadolu Agency, tindakan ini diambil setelah Sabri memimpin salat Jumat di Masjid Al-Aqsa, di mana ia mengajak jamaah untuk mendoakan Haniyeh. Dalam khotbahnya, Sabri menyatakan, "Warga Yerusalem dan sekitarnya dari mimbar Masjid Al-Aqsa yang diberkati berduka cita untuk martir Ismail Haniyeh."

Tuduhan Hasutan dan Deportasi

Usai khotbah tersebut, polisi Israel menyatakan bahwa mereka sedang menginvestigasi apakah pernyataan Sabri merupakan "hasutan". Mereka berjanji untuk bertindak sesuai hasil investigasi tersebut. Setelah penahanan selama beberapa jam, Sabri akhirnya dibebaskan dengan syarat yang berat: dia dideportasi dari Masjid Al-Aqsa hingga 8 Agustus, dengan kemungkinan perpanjangan selama enam bulan.

Pengacara Sabri, Khaled Zabarka, mengonfirmasi bahwa otoritas Israel telah membebaskan kliennya namun memberlakukan larangan masuk ke Masjid Al-Aqsa. "Kami akan terus memperjuangkan hak Syekh Sabri dan menentang keputusan yang tidak adil ini," ujar Zabarka.

Syekh Ekrima Sabri bukanlah sosok asing dalam kontroversi. Beliau adalah pengkritik keras pendudukan Israel di wilayah Palestina dan telah beberapa kali ditahan serta dilarang masuk ke Masjid Al-Aqsa. Keputusan terbaru ini hanya menambah panjang daftar tindakan represif yang diterimanya.

Penangkapan dan deportasi Sabri telah memicu reaksi keras dari berbagai pihak. Banyak yang melihat langkah ini sebagai upaya untuk membungkam suara-suara yang kritis terhadap kebijakan Israel di wilayah Palestina. Di sisi lain, pihak berwenang Israel beralasan bahwa tindakan ini diambil demi menjaga keamanan dan ketertiban di wilayah yang sensitif tersebut.

Insiden ini menyoroti ketegangan yang terus meningkat di Yerusalem Timur, khususnya di sekitar Masjid Al-Aqsa yang merupakan salah satu situs paling suci dalam Islam. Dengan latar belakang konflik yang panjang dan kompleks, setiap tindakan yang menyentuh situs ini selalu berpotensi memicu reaksi besar.

Langkah deportasi terhadap Syekh Sabri juga menimbulkan pertanyaan tentang kebebasan beragama dan hak untuk menyampaikan pendapat di wilayah yang diduduki. Banyak pihak internasional yang mendesak Israel untuk menghormati hak-hak dasar ini dan mencari solusi damai bagi konflik yang berkepanjangan.

Dalam beberapa hari mendatang, komunitas internasional akan mengamati dengan seksama perkembangan situasi ini. Dengan semakin memanasnya kondisi di lapangan, diharapkan ada upaya-upaya diplomatik untuk meredakan ketegangan dan menemukan jalan keluar yang adil bagi semua pihak.

(*)

#Internasional #IsmailHaniyeh #SyekhEkrimaSabri #ImamMasjidAlAqsa