Kematian Misterius di Rutan Depok: Dugaan Pengeroyokan dan Tanda-Tanda Kekerasan pada Tubuh Tahanan
Ilustrasi
D'On, Depok - Sebuah tragedi mencengangkan kembali mencoreng institusi pemasyarakatan di Indonesia. Seorang tahanan berinisial RAJS (26), tersangka kasus narkoba, ditemukan tewas di dalam Rutan Kelas I Depok. Kematian RAJS pertama kali terungkap ketika pihak keluarga mendapati kejanggalan saat melihat kondisi jasad korban, yang menunjukkan tanda-tanda kekerasan. Informasi ini diperoleh setelah keluarga dihubungi oleh pihak Rutan Depok yang mengabarkan bahwa korban sedang dalam keadaan sakit.
Tanda-Tanda Mencurigakan dan Pengakuan Keluarga
Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Ade Ary Syam Indradi, membenarkan adanya dugaan pengeroyokan yang menyebabkan kematian RAJS. Menurut Ade Ary, korban dibawa ke rumah sakit di kawasan Cilodong oleh petugas rutan setelah dikabarkan mengalami sakit perut dan penurunan kesadaran. Namun, pihak keluarga tidak sempat menemui korban sebelum nyawanya berakhir.
"Kami diinformasikan bahwa korban sedang sakit, tetapi ketika melihat jasadnya, kami menemukan beberapa luka lebam dan luka tusuk di bagian dada, perut sebelah kanan, dan punggung sebelah kiri," ujar salah satu anggota keluarga yang tidak ingin disebutkan namanya. Temuan ini memicu dugaan kuat bahwa RAJS mengalami penganiayaan berat yang berujung pada kematiannya.
Pelimpahan dan Penahanan di Rutan Cilodong
RAJS sebelumnya dititipkan di Rutan Cilodong setelah proses pelimpahan tahap dua dari Polda Metro Jaya kepada Kejaksaan Negeri Depok. Namun, harapan keluarga untuk mendapatkan keadilan dan proses hukum yang transparan berubah menjadi duka mendalam saat mereka menemukan tubuh RAJS dengan luka-luka yang mencurigakan. Merasa tidak puas dengan penjelasan pihak rutan, keluarga RAJS melaporkan kasus ini ke Polsek Sukmajaya. Saat ini, kasus tersebut tengah ditangani oleh Polres Metro Depok untuk penyelidikan lebih lanjut.
Kematian Mencurigakan di Lapas Bekasi: Dugaan Pengeroyokan Berujung Maut
Tak hanya di Depok, insiden serupa terjadi di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIA Bulak Kapal, Bekasi Timur, Kota Bekasi, Jawa Barat. Seorang tahanan titipan Kejaksaan Negeri berinisial ZAN (26) ditemukan tewas tergantung di selnya pada 19 Mei 2024. Pihak lapas mengklaim ZAN bunuh diri, namun pihak keluarga mencurigai kematiannya disebabkan oleh pengeroyokan.
Dugaan Pemerasan dan Permintaan Uang
Farhat Abbas, pengacara keluarga ZAN, mengungkapkan bahwa sehari sebelum kematiannya, ZAN sempat mengirim pesan singkat kepada keluarganya, meminta uang dengan nada terdesak. "Pada 18 Mei 2024, ZAN mengirim pesan WhatsApp meminta uang dan mengatakan akan dihabisi jika permintaannya tidak dipenuhi. Keesokan harinya, ia ditemukan meninggal," ujar Farhat. Dugaan kuat pun muncul bahwa ZAN menjadi korban pemerasan dan kekerasan di dalam lapas.
Temuan Luka Lebam dan Ekshumasi Jasad
Setelah jasad ZAN diterima oleh keluarga, mereka mendapati tubuh ZAN penuh dengan luka lebam, yang semakin memperkuat dugaan keluarga bahwa ZAN tewas akibat penganiayaan, bukan bunuh diri seperti yang diklaim oleh pihak lapas. Kasus ini telah dilaporkan ke Polres Metro Bekasi Kota dengan nomor LP/B/964/V/2024/SPKT.Satreskrim/Polres Metro Bekasi Kota/Polda Metro Jaya. Sebagai bagian dari proses penyelidikan, pihak kepolisian telah mengeluarkan surat permohonan ekshumasi atas permintaan keluarga. Proses pembongkaran makam ZAN telah dilakukan pada 23 Juni 2024 untuk memastikan penyebab kematiannya.
Kasat Reskrim Polres Metro Bekasi Kota, AKBP Muhammad Firdaus, mengonfirmasi adanya dugaan penganiayaan yang menyebabkan kematian ZAN. "Kami masih menyelidiki kasus ini. Ada indikasi kuat bahwa terjadi kekerasan yang mengakibatkan meninggalnya ZAN," kata Firdaus.
Menguak Kejanggalan di Balik Jeruji Besi
Dua kasus ini menyoroti kondisi buruk di dalam institusi pemasyarakatan yang seharusnya menjadi tempat pembinaan, bukan ajang kekerasan. Dengan adanya dugaan pengeroyokan dan kematian mencurigakan, baik RAJS maupun ZAN menjadi bukti bahwa pengawasan dan perlindungan terhadap hak asasi para tahanan masih sangat lemah. Investigasi menyeluruh dan transparan diperlukan untuk mengungkap kebenaran dan mencegah terulangnya tragedi serupa di masa mendatang.
(Mond/L6)
#Peristiwa #Kekerasan #TahananTewas