Luhut Tegas Menyalahkan Sri Mulyani, Ada Apa?
Sri Mulyani dan Luhut Binsar Pandjaitan makan siang bersama. (Instagram @smindrawati)
D'On, Jakarta - Dalam pertemuan penting yang berlangsung pada Supply Chain & National Capacity Summit 2024 di Jakarta, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan mengungkapkan masalah serius yang selama ini menggerogoti sektor hulu minyak dan gas bumi (migas) di Indonesia. Selama tiga dekade terakhir, investasi di sektor ini nyaris tidak berkembang, bahkan Luhut mencatat hampir tidak ada investasi baru yang signifikan.
Luhut menegaskan bahwa hasil identifikasi dari gugus tugas yang dibentuknya menunjukkan ada sejumlah faktor yang menghambat masuknya investasi di sektor hulu migas. Temuan ini, menurutnya, telah ia sampaikan langsung kepada Presiden Joko Widodo dan Presiden RI terpilih Prabowo Subianto, dengan harapan bisa segera diambil langkah-langkah konkret untuk memperbaiki situasi ini.
"Saya meminta mereka untuk mengidentifikasi mengapa selama 30 tahun terakhir kita memiliki sangat sedikit, mungkin nol investasi baru di bidang migas," ungkap Luhut dengan nada serius. "Jawabannya adalah ada 11 hal yang harus kita perbaiki," lanjutnya.
Dalam pidatonya, Luhut juga mengkritik kebijakan yang diambil oleh Kementerian Keuangan selama ini. Menurutnya, kebijakan yang tidak tepat dari kementerian tersebut menjadi salah satu alasan utama mengapa iklim investasi di sektor hulu migas begitu lesu.
"Saya juga bilang ke kolega kita dari Menteri Keuangan, ada yang salah dengan kalian," tegas Luhut. "30 tahun tidak ada investasi, pasti ada yang salah dengan regulasinya. Kita harus mengubah atau memperbaiki regulasi ini.
Pernyataan Luhut ini menggugah banyak pihak, mengingat sektor migas merupakan salah satu tulang punggung perekonomian Indonesia. Dengan situasi seperti ini, pemerintah di bawah kepemimpinan Presiden Jokowi dan presiden terpilih Prabowo Subianto diharapkan dapat segera mengambil tindakan untuk membenahi regulasi yang menghambat investasi, serta membuka kembali peluang bagi para investor untuk berkontribusi dalam mengembangkan industri migas nasional.
Kondisi ini sejalan dengan laporan yang dirilis oleh Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) yang menunjukkan bahwa pada semester pertama tahun 2024, realisasi investasi di sektor hulu migas hanya mencapai US$ 5,6 miliar, atau sekitar Rp 90,7 triliun dengan asumsi kurs Rp 16.200 per US$. Angka ini jauh dari harapan dan menandakan urgensi untuk segera memperbaiki kebijakan terkait.
Luhut berharap bahwa dengan pembenahan kebijakan dan regulasi yang lebih ramah investasi, sektor hulu migas Indonesia dapat kembali bangkit dan menjadi magnet bagi para investor global, yang pada akhirnya akan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional dan kesejahteraan rakyat.
(Mond/CNBC)
#LuhutBinsarPandjaitan #SriMulyani #Nasional