Breaking News

Megawati Kritik Tajam Kapolri Listyo Sigit: Isu Keadilan di Tubuh Polri

Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri, memberikan pidato saat mengumumkan bakal calon kepala daerah untuk Pilkada 2024 di Kantor DPP PDI Perjuangan, Jakarta, Senin (26/8/2024).

D'On, Jakarta -
Dalam sebuah pernyataan yang menggema, Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri, melontarkan kritik keras terhadap Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia (Kapolri), Jenderal Listyo Sigit Prabowo. Kritik ini mencuat bukan tanpa alasan; Megawati merasa terabaikan dan kesulitan untuk mendapatkan waktu bertemu serta berdiskusi langsung dengan pemimpin tertinggi institusi Korps Bhayangkara tersebut.

Berbicara dalam sebuah acara di kantor pusat PDI Perjuangan pada Senin (26/8/2024), Megawati menyoroti keadilan yang seharusnya menjadi landasan dalam institusi Polri. Ia menggarisbawahi bahwa pengangkatan Sigit sebagai Kapolri, yang dinilainya "meloncati" lima angkatan di atasnya, merupakan sebuah bentuk ketidakadilan yang mencolok.

"Saya ingin kita semua tahu, Pak Sigit ini melompati lima angkatan untuk menjadi Kapolri. Bayangkan, lima angkatan. Apa mereka yang dilompati ini tidak berpikir? Bagaimana dengan keadilan dan kemanusiaan? Orang-orang yang telah lama menunggu kesempatan tiba-tiba saja dilangkahi," tegas Megawati dengan nada yang menunjukkan keprihatinan mendalam.

Lebih lanjut, Megawati menyinggung soal kompleksitas dan tantangan dalam pendidikan kepolisian yang telah dilalui oleh para senior Sigit. Menurutnya, pendidikan di institusi Polri bukanlah hal yang mudah dan membutuhkan pengorbanan yang besar. Ia juga merasa kecewa karena dirinya belum pernah diberi kesempatan untuk berbicara langsung dengan Sigit, meskipun sudah beberapa kali mencoba untuk bertemu.

"Saya sudah berulang kali mencoba berbicara dengan dia, tapi tidak pernah diterima. Saya ingin dia tahu bahwa ini adalah kebenaran. Sebagai pemimpin muda, Sigit seharusnya memikirkan senior-seniornya. Ini kan soal aturan dan tata cara yang harus dihormati," lanjut Megawati, menyoroti pentingnya menghormati aturan dalam lembaga sekelas Polri.

Tidak hanya itu, Megawati juga mengungkapkan kekesalannya karena merasa tidak dihargai sebagai warga negara yang sah dan sebagai pemimpin partai politik yang diakui oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU). Ia menanyakan alasan di balik tekanan-tekanan yang dirasakan oleh partainya, yang menurutnya seharusnya bisa dijelaskan oleh Kapolri.

"Saya ini warga negara, punya rakyat yang sah dan partai yang diakui KPU. Saya berhak menanyakan kenapa partai saya mendapatkan banyak tekanan. Mungkin Kapolri agak gugup, ya? Tapi kenapa harus gugup hanya untuk menerima saya? Saya ini tidak menggigit, loh," tutup Megawati dengan nada yang bercampur antara canda dan sindiran.

Pernyataan Megawati ini tentunya menambah dinamika hubungan antara elite politik dan pimpinan institusi keamanan di Indonesia. Kritik yang disampaikannya tidak hanya menjadi sorotan media, tetapi juga memicu diskusi tentang bagaimana seharusnya proses penunjukan pemimpin di lembaga negara dilakukan dengan mengedepankan keadilan dan meritokrasi. Ke depan, akan menarik untuk melihat bagaimana Kapolri Listyo Sigit merespons kritik ini dan langkah apa yang akan diambilnya untuk menjaga kredibilitas institusi Polri di mata publik.

(Mond/Tirto)

#MegawatiSoekarnoputri #ListyoSigitPrabowo #Kapolri #nasional