Breaking News

Pilot Selandia Baru Akan Dibebaskan Setelah Ditahan Lebih dari Setahun oleh KKB Papua

Tangkapan layar klaim foto pilot pesawat Susi Air yang dibakar KKB Papua bergabung dengan KKB

D'On, Papua -
Kelompok separatis Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB) menyatakan kesiapannya untuk membebaskan pilot Susi Air asal Selandia Baru, Philip Mark Mehrtens, yang telah diculik dan ditahan selama lebih dari setahun. Pengumuman ini disampaikan oleh juru bicara TPNPB, Sebby Sambom, melalui pesan audio pada Sabtu, 3 Agustus 2024.

Mehrtens diculik pada 7 Februari 2023, setelah mendaratkan pesawat komersial kecil yang dioperasikan oleh Susi Air di daerah pegunungan terpencil di Nduga. Pemimpin TPNPB, Egianus Kogoya, menyetujui pembebasan Mehrtens dan saat ini sedang mempersiapkan rencana tersebut. Proses pembebasan ini diperkirakan memakan waktu hingga dua bulan.

"Panglima Egianus telah mengatakan dengan rendah hati, demi kemanusiaan, kami akan membebaskan pilot itu," ujar Sebby tanpa menjelaskan alasan di balik jangka waktu yang diperlukan.

Pemerintah Indonesia sebelumnya telah memfokuskan upaya pembebasan melalui dialog dengan para pemimpin agama dan masyarakat, mengingat bahaya yang terkait dengan operasi militer di daerah dataran tinggi yang terjal. Metode ini dipilih untuk meminimalisir risiko terhadap keselamatan pilot dan warga sipil di sekitar lokasi penyanderaan.

Pada Februari lalu, pemerintah Selandia Baru juga mendesak agar Mehrtens segera dibebaskan, setahun setelah ia diculik. Selama masa penahanan, TPNPB beberapa kali merilis video Mehrtens yang meminta Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk memediasi pembicaraan menuju kemerdekaan Papua. Salah satu video memperlihatkan Mehrtens memegang bendera Bintang Kejora, simbol kemerdekaan Papua, dan dikelilingi oleh para kombatan.

Konflik di Papua Barat yang kaya sumber daya ini telah berlangsung lama, dengan baku tembak berskala kecil namun semakin mematikan antara kelompok separatis dan aparat keamanan. Dalam beberapa tahun terakhir, kelompok separatis semakin sering melakukan serangan yang lebih fatal, seiring dengan meningkatnya akses terhadap persenjataan yang lebih canggih.

Kapolda Papua, Irjen Pol. Mathius D. Fakhiri, mengungkapkan adanya pihak ketiga yang diduga memanfaatkan isu penyanderaan untuk kepentingan kelompok dan pribadi, atas nama organisasi perjuangan Papua Merdeka. "Ada pihak lain yang memang sengaja menghambat, menghalang-halangi supaya proses negosiasi yang sudah dilakukan dan mau menuju titik temu ini tidak berhasil," ungkap Fakhiri dalam keterangannya usai menggelar pertemuan tertutup dengan Atase Kepolisian Selandia Baru di Polda Papua lama, Kota Jayapura, Senin, 26 Februari lalu.

Pembebasan Mehrtens akan menjadi titik penting dalam dinamika konflik di Papua Barat. Langkah ini berpotensi membuka jalan bagi dialog yang lebih konstruktif antara pemerintah Indonesia dan kelompok separatis. Namun, tantangan besar masih menanti, terutama terkait dengan keberadaan pihak-pihak yang memiliki agenda tersendiri dan berpotensi mengganggu proses negosiasi.

Kompleksitas situasi di Papua membutuhkan pendekatan yang hati-hati dan komprehensif, mencakup upaya dialog, peningkatan kesejahteraan masyarakat lokal, dan penegakan hukum yang adil. Hanya dengan demikian, harapan akan perdamaian dan stabilitas di wilayah ini dapat terwujud.

(Mond)

#OPM #TPNPB #PilotSusiAir