Breaking News

PMI dari Lombok Timur Tewas Ditembak di Sarawak, Keluarga Berduka

Kedatangan jenazah pekerja migran Indonesia (PMI) Gofur disambut isak tangis keluarga dan kerabat

D'On, Lombok -
Suasana duka yang mendalam menyelimuti Desa Waringin, Kecamatan Suralaga, Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat (NTB), saat Gofur (40), seorang pekerja migran Indonesia (PMI) yang bekerja di Sarawak, Malaysia, tiba di tanah air untuk terakhir kalinya—namun bukan dengan senyuman, melainkan dalam peti jenazah. Gofur, yang selama ini menjadi tulang punggung keluarganya, tewas tragis akibat ditembak, menyisakan luka mendalam bagi keluarganya.

Kedatangan jenazah Gofur di Lombok Timur pada Sabtu (10/8) pagi, disambut dengan isak tangis dan ratapan pilu dari keluarga dan kerabat yang merasa kehilangan. Dengan langkah berat, mereka mengiringi jenazah menuju pemakaman desa, tempat Gofur akan dikebumikan. Raut wajah sedih terlihat di setiap pelayat yang hadir. Prosesi pemakaman berlangsung dengan khidmat, diiringi doa dan air mata, memberikan penghormatan terakhir bagi sosok yang selama ini menjadi pahlawan keluarga.

Kepala Dinas Tenaga Kerja Lombok Timur, M. Khairi, yang turut hadir dalam prosesi pemakaman, menceritakan bahwa proses pemulangan jenazah Gofur tidaklah mudah. “Jenazah tiba di bandara pada pukul 08.55 Wita, meski sempat mengalami sedikit keterlambatan,” jelas Khairi. Namun, proses yang cukup panjang ini, menurutnya, sangat diperlukan untuk memastikan kepastian penyebab kematian almarhum sebelum jenazah dipulangkan ke tanah air.

“Prosedur verifikasi penyebab kematian sangat penting, terutama jika kasus kematian terjadi pada PMI di luar negeri. Proses ini biasanya melibatkan otoritas Malaysia yang melakukan autopsi untuk memastikan penyebab kematian,” tambah Khairi. Dia menjelaskan bahwa langkah ini diambil untuk mencegah kesalahan dalam menentukan penyebab kematian, yang jika tidak dilakukan dengan benar, dapat mengaburkan fakta yang sebenarnya.

Lebih lanjut, Khairi menjelaskan bahwa setelah menerima informasi mengenai kematian Gofur, pihaknya langsung menghubungi BP3MI dan KBRI untuk memastikan penelusuran dan investigasi lebih lanjut di lokasi kejadian. “Kami mengirim surat resmi dan KBRI kemudian melakukan penelusuran di Malaysia,” ungkapnya.

Di tengah duka yang mendalam, Khairi juga memberikan apresiasi kepada majikan Gofur yang bertanggung jawab penuh atas pemulangan jenazah hingga ke rumah duka. “Alhamdulillah, majikan tempat Gofur bekerja memiliki itikad baik dan bertanggung jawab atas pemulangan jenazah almarhum,” ujarnya dengan nada sedikit lega.

Namun, di balik tragedi ini, terungkap bahwa Gofur adalah seorang PMI nonprosedural, yang berarti ia bekerja di Malaysia tanpa melalui jalur resmi yang diakui pemerintah. Hal ini menambah rumit situasi, mengingat risiko yang lebih besar dihadapi oleh PMI nonprosedural, baik dari sisi keselamatan kerja hingga masalah hukum.

Sebelumnya, almarhum Gofur diduga tewas akibat terkena peluru nyasar, yang menyebabkan luka tembak di bagian dadanya. Insiden ini menjadi catatan kelam bagi keluarga yang ditinggalkan, mengingat mereka tidak hanya kehilangan sosok yang menjadi penopang ekonomi keluarga, tetapi juga harus menerima kenyataan bahwa kepergiannya diliputi misteri dan kesedihan yang mendalam.

Tragedi yang menimpa Gofur ini menjadi pengingat bagi kita semua tentang betapa pentingnya perlindungan terhadap pekerja migran Indonesia, terutama bagi mereka yang bekerja di luar negeri tanpa prosedur resmi. Kematian Gofur seharusnya menjadi momentum bagi semua pihak untuk lebih serius dalam menangani isu pekerja migran, agar tragedi serupa tidak terulang kembali.

(B1)

#PekerjaMigranIndonesia #TKI #Peristiwa #Penembakan