Breaking News

Rocky Gerung Sebut Jokowi Pengkhianat, Tolak Dengarkan Pidato Kenegaraan

Rocky Gerung 

D'On, Banten -
Rocky Gerung, seorang akademisi yang dikenal dengan pandangannya yang kritis, membuat pernyataan mengejutkan saat menolak untuk mendengarkan pidato kenegaraan terakhir Presiden Joko Widodo. Pidato tersebut disampaikan pada Sidang Tahunan MPR RI, Jumat (16/8) kemarin. Dalam pandangannya, mantan Wali Kota Solo yang kini memimpin Indonesia itu telah berkhianat terhadap negara yang ia pimpin.

Rocky mengungkapkan pendapatnya tersebut dalam acara bedah buku Merahnya Ajaran Bung Karno yang digelar di Museum Multatuli, Rangkasbitung, Banten, pada hari yang sama. Di hadapan para peserta, Rocky dengan tegas menyatakan ketidakmauannya mendengar pidato kenegaraan Jokowi. 

"Apa komentar Pak Rocky tentang pidato kenegaraan Jokowi? Saya bilang, saya tidak ingin mendengar pidato kenegaraan dari seseorang yang mengkhianati negara. Itu dasar kita di situ," ujar Rocky dengan nada serius.

Tak berhenti di situ, Rocky juga melontarkan kritik tajam terhadap Jokowi yang menurutnya telah melanggar seluruh etika dan moral politik yang seharusnya dijunjung tinggi oleh seorang pemimpin negara. Pernyataan ini mengindikasikan ketidakpuasan Rocky terhadap cara Jokowi menjalankan pemerintahan selama dua periode terakhir.

Menurut Rocky, pidato kenegaraan Jokowi, yang disebut sebagai yang terakhir dalam masa jabatannya, tidak layak untuk didengarkan. Ia melihat bahwa banyak kebijakan dan langkah politik Jokowi yang tidak sejalan dengan prinsip-prinsip dasar kenegaraan, yang menurutnya merupakan pengkhianatan terhadap cita-cita bangsa.

Dalam pidatonya, Jokowi memamerkan sejumlah pencapaian yang telah diraih selama masa jabatannya, seperti perumusan Undang-undang Ibu Kota Negara (IKN), Cipta Kerja, Tindak Pidana Kekerasan Seksual (TPKS), hingga Kitab Undang-undang Hukum Pidana Baru. Presiden juga menyoroti keberhasilan pemerintahannya dalam mengurangi ketergantungan pembangunan yang berpusat di Pulau Jawa, sebuah langkah yang menurutnya penting untuk pemerataan pembangunan nasional.

Namun, bagi Rocky, capaian-capaian tersebut tampaknya tidak cukup untuk menutupi apa yang ia sebut sebagai pelanggaran terhadap moral dan etika politik. Pidato yang bagi sebagian orang adalah sebuah refleksi atas keberhasilan, bagi Rocky justru menjadi simbol dari kegagalan seorang pemimpin dalam menjaga integritas dan janji-janji politik yang pernah diucapkan.

Pandangan kontroversial Rocky ini tentu menambah dinamika perbincangan publik menjelang akhir masa jabatan Jokowi, sekaligus mencerminkan adanya perbedaan pandangan yang tajam mengenai arah dan masa depan bangsa di bawah kepemimpinannya.

(Mond/CNN)

#RockyGerung #Jokowi #nasional