Sesulit Itukah untuk Ikhlas?
Ilustrasi
Dirgantaraonline - Dari Abu Hurairah Ra, Rasulullah SAW bersabda, ”Sesungguhnya Allah tidak memandang kepada rupa kalian, juga tidak kepada harta kalian, tetapi Dia melihat kepada hati dan amal kalian.”
Ikhlas, dalam pandangan para ulama, memiliki definisi yang berbeda-beda. Beberapa ulama menyatakan bahwa ikhlas adalah memurnikan tujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah. Ada pula yang mengatakan bahwa ikhlas adalah mengesakan Allah dalam beribadah kepada-Nya, serta membersihkan diri dari pamrih kepada makhluk.
Al-‘Izz bin Abdis Salam menyebutkan, “Ikhlas ialah seorang mukallaf melaksanakan ketaatan semata-mata karena Allah SWT, tanpa berharap penghormatan atau manfaat dari manusia.” Al Harawi menambahkan, “Ikhlas ialah membersihkan amal dari setiap noda.”
Beberapa ulama lainnya menggambarkan ikhlas dengan cara yang berbeda. Seorang yang ikhlas tidak mencari perhatian manusia dalam amalnya, hanya memfokuskan hatinya kepada Allah. Abu ‘Utsman mengatakan, “Ikhlas ialah melupakan pandangan makhluk dengan selalu melihat kepada Khaliq (Allah).” Abu Hudzaifah Al Mar’asyi berpendapat, “Ikhlas ialah kesesuaian perbuatan antara lahir dan batin.”
Abu ‘Ali Fudhail bin ‘Iyadh menjelaskan, “Meninggalkan amal karena manusia adalah riya’. Beramal karena manusia adalah syirik. Ikhlas ialah apabila Allah menyelamatkan kamu dari keduanya.”
Ikhlas adalah menghendaki keridhaan Allah dalam amal, dan membersihkannya dari segala tujuan duniawi. Tidak ada yang melatarbelakangi suatu amal kecuali karena Allah SWT dan demi hari akhirat. Segala kecenderungan duniawi, seperti syahwat, kedudukan, harta benda, atau ketenaran, dapat menodai kemurnian ikhlas.
Sulitnya Mewujudkan Ikhlas
Mengikhlaskan niat bukanlah hal yang mudah. Para ulama telah menegaskan betapa sulitnya ikhlas dan beratnya mewujudkan ikhlas di dalam hati, kecuali bagi mereka yang dimudahkan oleh Allah SWT. Imam Sufyan Ats Tsauri berkata, ”Tidaklah aku mengobati sesuatu yang lebih berat daripada mengobati niatku, sebab ia senantiasa berbolak-balik pada diriku.”
Rasulullah SAW berdoa, “Ya Rabb yang membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku pada agama-Mu.” Seorang sahabat bertanya, ”Ya Rasulullah, kami beriman kepadamu dan kepada apa yang engkau bawa kepada kami?” Rasulullah SAW menjawab, ”Ya, karena sesungguhnya seluruh hati manusia di antara dua jari tangan Allah, dan Allah membolak-balikan hati sekehendak-Nya.” (HR Ahmad dan Tirmidzi)
Yusuf bin Husain Ar Razi juga mengatakan, ”Sesuatu yang paling sulit di dunia adalah ikhlas. Aku sudah bersungguh-sungguh untuk menghilangkan riya’ dari hatiku, seolah-olah timbul riya dengan warna lain.”
Masalah ikhlas merupakan masalah yang sulit, sehingga sedikit sekali perbuatan yang murni ikhlas karena Allah SWT. Orang yang tidak memperhatikan ikhlas ini akan melihat nilai kebaikan yang pernah dilakukannya, namun pada hari kiamat, perbuatannya itu justru menjadi keburukan. Firman Allah SWT:
“Dan jelaslah bagi mereka adzab dari Allah yang belum pernah mereka perkirakan. Dan jelaslah bagi mereka akibat buruk dari apa yang telah mereka perbuat…” (Az Zumar: 47-48)
“Katakanlah: ”Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya.” Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedang mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya.” (Al Kahfi: 103-104)
Menghadapi Godaan dan Tantangan dalam Berikhlas
Sulitnya mewujudkan ikhlas karena hati manusia selalu berbolak-balik. Setan selalu menggoda, menghiasi, dan memberikan perasaan was-was ke dalam hati manusia, serta adanya dorongan hawa nafsu yang selalu menyuruh berbuat jelek. Oleh karena itu, kita diperintahkan untuk berlindung dari godaan setan.
Allah SWT berfirman, yang artinya, “Dan jika kamu ditimpa suatu godaan setan, maka berlindunglah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Al A’raf: 200)
Ikhlas ialah dengan mengenyahkan pertimbangan-pertimbangan pribadi, memotong kerakusan terhadap dunia, mengikis dorongan-dorongan nafsu, dan bersungguh-sungguh beramal ikhlas karena Allah SWT. Dengan begitu, seseorang akan terdorong melakukan ibadah karena taat kepada perintah Allah SWT dan Rasul, ingin selamat di dunia-akhirat, dan mengharap ganjaran dari Allah SWT.
Mewujudkan ikhlas adalah perjuangan yang berat, tetapi sangat mungkin untuk dicapai dengan doa, usaha, dan pertolongan Allah. Para ulama dan orang-orang saleh terdahulu telah memberikan banyak contoh dan petunjuk agar kita dapat memahami dan mengamalkan ikhlas dalam setiap aspek kehidupan kita.
(Mond)
#Ikhlas #Religi #Islami