Silat Minangkabau: Dari Kemasyhuran Hingga Kemunduran
Ilustrasi Silek Minang
Dirgantaraonline - Silat Minangkabau, atau sering disebut "Silek" dalam bahasa Minang, merupakan salah satu warisan budaya yang kaya dari Sumatera Barat. Pada masa kecil saya di era 80-90-an, Silat Minangkabau cukup dikenal melalui film legendaris "Sengsara Membawa Nikmat", yang mengangkat kisah Si Midun. Film ini sangat populer di televisi dan menggambarkan kekayaan budaya serta keahlian silat dari ranah Minang.
Namun, dalam beberapa dekade terakhir, Silat Minangkabau tampak mengalami kemunduran baik dari segi prestasi maupun popularitas. Mari kita telaah beberapa indikator yang menunjukkan hal ini.
1. Dominasi Perguruan Silat dari Jawa
Jika kita melihat perguruan silat yang memiliki pengaruh besar dan cabang di berbagai provinsi di Indonesia, kebanyakan berasal dari Pulau Jawa. Beberapa contohnya adalah Tapak Suci Muhammadiyah, PSHT (Setia Hati Terate), Kera Sakti, Merpati Putih, Perisai Diri, dan Cimande. Perguruan-perguruan ini tidak hanya diakui secara resmi oleh Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI), tetapi juga memiliki banyak cabang di luar negeri.
Sebaliknya, perguruan silat asal Sumatera Barat yang diakui secara resmi oleh IPSI dan memiliki cabang di berbagai provinsi tampaknya sangat sedikit atau bahkan tidak ada. Hal ini menjadi salah satu faktor yang membuat Silat Minangkabau kurang dikenal di luar Sumatera Barat.
2. Prestasi dalam Kompetisi
Prestasi silat Minangkabau dalam kompetisi tingkat nasional dan internasional juga kurang menonjol. Misalnya, dalam ajang Pekan Olahraga Nasional (PON), pesilat asal Minang jarang sekali menjadi juara. Jawa Barat, misalnya, berhasil menjadi juara pencak silat dalam tiga PON berturut-turut pada tahun 2012, 2016, dan 2021.
Di tingkat internasional, pesilat Indonesia yang berhasil meraih emas juara 1 pada Sea Games 2023 adalah Iqbal Chandra dari Bontang, Kalimantan Timur. Selain itu, Safira Dwi Muliani, yang pernah meraih emas pada kejuaraan dunia, berasal dari Kudus, Jawa Tengah, bukan dari Minangkabau.
3. Pengakuan sebagai Bapak Pencak Silat Dunia
Hingga saat ini, gelar Bapak Pencak Silat Dunia masih dipegang oleh Bapak H. Edie M. Nalapraya yang berasal dari Sunda-Betawi. Belum ada tokoh dari Minangkabau yang mendapatkan pengakuan serupa di tingkat dunia.
4. Kiprah di Dunia Film
Di dunia perfilman, belum ada artis atau aktor Minang yang dikenal luas karena mengangkat seni bela diri ini ke panggung internasional. Yayan Ruhiyan dan Cecep Arif Rahman, misalnya, adalah dua aktor Indonesia yang berhasil mengharumkan nama pencak silat melalui film-film internasional. Namun, keduanya bukan berasal dari Minang.
Pada level nasional, Iko Uwais, yang terkenal dengan film-film aksi dan silat seperti "Merantau", juga bukanlah orang Minang melainkan Betawi. Meskipun ia memperagakan silat Minang dalam film tersebut, perguruan silatnya adalah Tiga Berantai dari Betawi.
Selain itu, pada tahun 1991, TVRI pernah menayangkan serial "Sengsara Membawa Nikmat" yang menampilkan silat Minang dengan tokoh utama Si Midun, diperankan oleh Sandi Nayoan. Namun, Sandi Nayoan sendiri adalah campuran Manado-Jawa-Belanda, bukan Minang.
5. Daftar Atlet Berprestasi
Hingga kini, tidak ada atlet nasional papan atas pencak silat yang berasal dari Ranah Minang. Hal ini menunjukkan bahwa regenerasi dan pembinaan atlet silat di Sumatera Barat perlu ditingkatkan.
Silat Minangkabau, dengan segala keunikannya, merupakan bagian penting dari warisan budaya Indonesia. Namun, untuk mengembalikan kejayaannya, perlu ada usaha serius dari berbagai pihak, baik pemerintah, komunitas, maupun perguruan silat itu sendiri. Regenerasi, pembinaan, serta promosi yang lebih gencar dapat menjadi langkah awal untuk mengangkat kembali nama besar Silat Minangkabau di tingkat nasional dan internasional.
(Mond)
#SilekMinang #Silat #Olahraga #Budaya