Waspada, Bunda! Kenali Bentuk Kekerasan Terhadap Anak
Ilustrasi Kekerasan Terhadap Anak
Dirgantaraonline - Sebuah video yang memperlihatkan tindakan kekerasan terhadap seorang balita di sebuah daycare di Harjamukti, Cimanggis, Kota Depok, telah viral di media sosial. Pelaku yang diidentifikasi sebagai MI, seorang influencer parenting yang cukup terkenal, telah ditetapkan sebagai tersangka oleh Satreskrim Polres Metro Depok pada Rabu malam, pukul 22.00 WIB. Kasus ini telah menyita perhatian publik, terutama di kalangan ibu yang memiliki anak kecil.
Dalam video tersebut, MI terlihat melakukan penganiayaan terhadap balita berusia 2 tahun berinisial M. Tindakan kekerasan yang ditampilkan dalam video tersebut memicu kemarahan netizen, yang kemudian mendesak pihak berwenang untuk segera mengambil tindakan. Tidak butuh waktu lama bagi pihak kepolisian untuk menangkap MI dan menetapkannya sebagai tersangka.
Jenis-Jenis Kekerasan terhadap Anak
Menurut World Health Organization (WHO), kekerasan terhadap anak dapat dibagi menjadi beberapa kategori utama. Mengetahui dan memahami jenis-jenis kekerasan ini sangat penting untuk mencegah serta menangani kasus serupa di masa mendatang.
1. Penganiayaan (termasuk hukuman kekerasan)
Penganiayaan mencakup kekerasan fisik, seksual, psikologis atau emosional, serta penelantaran bayi, anak-anak, dan remaja oleh orang tua, pengasuh, dan figur otoritas lainnya. Kekerasan ini paling sering terjadi di rumah, tetapi juga bisa terjadi di lingkungan seperti sekolah dan panti asuhan.
2. Bullying (termasuk cyber bullying)
Bullying adalah perilaku agresif yang tidak diinginkan oleh anak lain atau sekelompok anak. Ini dapat berupa kekerasan fisik, psikologis, atau sosial yang berulang, dan sering terjadi di sekolah, tempat anak-anak berkumpul, serta secara daring (cyber bullying).
3. Kekerasan pada remaja
Kekerasan ini terjadi di kalangan anak-anak dan dewasa muda berusia 10–29 tahun, paling sering di lingkungan masyarakat antara kenalan dan orang asing. Bentuknya meliputi perundungan dan penyerangan fisik, dengan atau tanpa senjata seperti senjata api dan pisau.
4. Kekerasan pasangan intim (atau kekerasan dalam rumah tangga)
Kekerasan pasangan intim melibatkan kekerasan fisik, seksual, dan emosional oleh pasangan intim atau mantan pasangan. Ini sering terjadi pada perempuan, termasuk anak perempuan dalam pernikahan dini dan pernikahan paksa.
5. Kekerasan emosional atau psikologis
Kekerasan ini mencakup pembatasan gerak anak, penghinaan, ejekan, ancaman, intimidasi, diskriminasi, penolakan, dan bentuk perlakuan bermusuhan nonfisik lainnya.
Dampak Kekerasan terhadap Anak
Kekerasan terhadap anak tidak hanya menimbulkan luka fisik, tetapi juga dampak jangka panjang yang serius pada kesehatan mental dan fisik mereka. Berikut beberapa dampak yang mungkin terjadi:
1. Kematian
Pembunuhan adalah salah satu penyebab kematian utama pada remaja. Anak laki-laki mencakup lebih dari 80% korban dan pelaku.
2. Cedera parah
Untuk setiap pembunuhan, ada ratusan korban kekerasan remaja yang mengalami cedera fisik serius.
3. Gangguan perkembangan otak dan sistem saraf
Paparan kekerasan pada usia dini dapat mengganggu perkembangan otak dan sistem saraf, serta menyebabkan berbagai masalah kesehatan jangka panjang.
4. Perilaku negatif dan risiko kesehatan
Anak-anak yang terpapar kekerasan cenderung lebih sering merokok, menyalahgunakan alkohol dan narkoba, serta terlibat dalam perilaku seksual berisiko tinggi.
5. Kehamilan yang tidak diinginkan
Kekerasan dapat berujung pada kehamilan yang tidak diinginkan, aborsi, dan infeksi menular seksual.
6. Penyakit tidak menular
Anak-anak yang terpapar kekerasan berisiko lebih tinggi terkena penyakit kardiovaskular, kanker, diabetes, dan kondisi kesehatan lainnya di kemudian hari.
7. Peluang pendidikan dan pekerjaan yang terbatas
Anak-anak yang terpapar kekerasan lebih mungkin putus sekolah, mengalami kesulitan mencari dan mempertahankan pekerjaan, serta berisiko lebih tinggi menjadi korban atau pelaku kekerasan di kemudian hari.
Penting bagi semua pihak, termasuk pemerintah, organisasi non-profit, sekolah, dan masyarakat, untuk bekerja sama dalam mencegah kekerasan terhadap anak. Kampanye kesadaran, pelatihan bagi pengasuh dan guru, serta kebijakan yang mendukung kesejahteraan anak perlu terus digalakkan.
Kasus yang melibatkan MI ini menjadi pengingat bagi kita semua akan pentingnya menjaga dan melindungi anak-anak dari segala bentuk kekerasan. Semoga kejadian ini membuka mata kita akan pentingnya pengawasan dan tindakan preventif untuk memastikan anak-anak kita tumbuh dalam lingkungan yang aman dan sehat.
(Rini)
#KekerasanTerhadapAnak #Parenting