Breaking News

Dendam dan Kecemburuan Berujung Hilangnya Nyawa Bocah Tak Berdosa

Saenah

D'On, Lebak -
Pada sebuah pagi yang tenang di Pantai Cihara, Kabupaten Lebak, Banten, warga setempat dikejutkan oleh penemuan jasad seorang bocah perempuan berusia 4 tahun yang terlantar di bibir pantai. Wajahnya tertutup rapat dengan lakban, tubuhnya penuh luka lebam, dan giginya sebagian besar telah rontok. Bocah malang ini, Aqilatunnisa, hilang beberapa hari sebelumnya dan kini terbujur kaku dalam tragedi yang melibatkan dendam, cemburu, dan utang. Pelaku utamanya, Saenah (38), akhirnya membeberkan bagaimana semuanya berakhir dengan kebengisan yang sulit diterima akal sehat.

Detik-detik Pembunuhan: Di Tengah Kegilaan dan Kepanikan

Dalam suasana tegang di sebuah konferensi pers di Mapolres Cilegon, Saenah dengan wajah datar mengisahkan kembali bagaimana ia menghabisi nyawa bocah yang tak bersalah itu. Tanpa perasaan, ia mengungkap bahwa aksinya dimulai ketika korban berusaha melawan saat mulut dan hidungnya dibekap oleh Rahmi, pelaku lainnya yang juga kekasih gelap Saenah.

Di sudut gudang kecil yang berada tepat di samping kontrakan orang tua Aqilatunnisa, Saenah memutuskan untuk menghentikan perlawanan bocah tersebut. Gudang itu dulunya adalah tempat Saenah tinggal sebelum ia pindah. Di sana, ia menemukan shockbreaker motor yang sudah lama tertinggal. Tanpa pikir panjang, dalam kepanikan, Saenah memukul bocah kecil itu dengan shockbreaker, yang tergeletak di gudang sebagai benda mati, namun dalam sekejap berubah menjadi senjata kejam.

"Saya panik, Pak, dia melawan saat dibekap. Shockbreaker itu sudah lama di situ, jadi saya ambil dan pukul dia di bagian pundak," ujar Saenah dengan tenang, seolah tragedi itu tak lebih dari sekadar peristiwa sehari-hari.

Namun, kekejaman itu tak berhenti di sana. Setelah memukul, Saenah melakban wajah korban, membuat bocah itu semakin tak berdaya. Dalam keheningan gudang itu, teriakan tak terdengar, hanya derak tulang kecil dan gigi yang rontok saat pembekapan dilanjutkan dengan bantal boneka yang dibawanya dari rumah. "Saya duduki dia pakai bantal boneka sampai akhirnya dia berhenti bernapas," tambahnya dengan suara yang tetap datar.

Bukti Kekerasan: Luka Lebam dan Gigi yang Rontok

Setelah jasad ditemukan, dokter forensik yang melakukan autopsi memberikan penjelasan yang memilukan. Di sekujur tubuh Aqilatunnisa, ditemukan bekas luka memar, terutama di bagian kepala dan pundak—tempat di mana Saenah memukulnya. Namun yang lebih menyayat hati adalah kondisi mulut bocah itu. Hampir seluruh gigi depannya rontok. Pembekapan kuat menggunakan bantal boneka, diikuti oleh tekanan berat tubuh Saenah, diduga kuat menjadi penyebab trauma fatal pada mulut korban.

"Gigi korban rontok hampir semua," ungkap salah seorang petugas medis yang memeriksa jasad bocah itu. "Ini adalah pembunuhan dengan kekerasan ekstrem."

Cinta Terlarang dan Dendam Membara

Motif di balik tindakan sadis ini tidak kalah kelam. Saenah mengungkapkan bahwa semuanya berawal dari kecemburuan. Selama dua tahun terakhir, Saenah menjalani hubungan sesama jenis dengan Rahmi (38), yang juga terlibat dalam pembunuhan ini. Saenah merasa geram dengan kedekatan ibu korban, Amelia, dengan Rahmi. Baginya, Amelia, ibu Aqilatunnisa, dianggap sebagai ancaman dalam hubungan cintanya dengan Rahmi.

"Saya dendam kepada Amelia. Dia selalu bersama Rahmi, ke sana kemari. Saya cemburu, Pak," ungkap Saenah tanpa ragu. Kecemburuan itu, diperparah dengan masalah utang sebesar Rp 75 juta yang terus ditagih oleh Amelia, mendorongnya untuk merencanakan pembunuhan ini dengan empat orang lainnya: Rahmi, Emi (23), Ujang (23), dan Yayan (32).

Tragedi yang Mengguncang: Mayat Terlantar di Pantai Cihara

Pada Kamis (19/9) pagi, warga Pantai Cihara dikejutkan oleh penemuan mayat bocah tak berdosa tersebut. Sebelumnya, Aqilatunnisa dinyatakan hilang sejak Selasa (17/9) setelah ibunya meninggalkan sang anak di kontrakan untuk menjemput suaminya. Saat itu, ibu korban tak pernah menyangka bahwa kepergiannya selama beberapa saat akan merenggut nyawa buah hatinya.

Jasad Aqilatunnisa tergeletak di tepi pantai dengan wajah dilakban ketat. Kondisinya sangat mengenaskan. Kematian bocah kecil ini, yang awalnya hanya dianggap hilang, segera membuka tabir gelap konspirasi sadis yang melibatkan lima orang dewasa dengan dendam, kecemburuan, dan keputusasaan yang melampaui batas kemanusiaan.

Kejahatan yang Tak Termaafkan

Kematian Aqilatunnisa membawa luka mendalam bagi keluarganya dan masyarakat sekitar. Bocah kecil ini menjadi korban dari dendam yang tak terkontrol, cemburu buta, dan keserakahan. Penemuan jasadnya yang terbujur kaku di Pantai Cihara adalah akhir dari satu tragedi, namun juga awal dari keadilan yang akan ditegakkan. Saenah dan empat rekannya kini harus menghadapi hukuman atas perbuatan keji mereka, namun luka yang mereka tinggalkan mungkin tidak akan pernah sembuh.

Kejadian ini bukan hanya tentang pembunuhan brutal, tetapi juga tentang kecemburuan dan dendam dapat membutakan manusia, meruntuhkan batas moral hingga tak ada yang tersisa kecuali kegelapan 

(Mond)

#Peristiwa #Pembunuhan #Kriminal