Ini Kata Mentan Usai Adiknya Ancam Culik Anak-Istri Ketua Bapilu Gerindra Sulsel
Menteri Pertanian Arman Sulaiman
D'On, Jakarta - Pada Rabu (4/9), peristiwa mengejutkan terjadi di Perumahan Bumi Husada Indah, Kecamatan Manggala, Makassar, Sulawesi Selatan. Empat oknum anggota TNI, termasuk Serma Andi Arifuddin Sulaiman, adik Menteri Pertanian Amran Sulaiman, terlibat dalam insiden di kediaman Harmansyah, Ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bapilu) DPD Partai Gerindra Sulsel. Dalam rekaman CCTV yang beredar, terlihat Andi Arifuddin mengacungkan pistol di depan rumah Harmansyah. Insiden ini tidak hanya menciptakan keresahan, tetapi juga memicu reaksi dari berbagai pihak.
Latar Belakang: Insiden Geng Motor dan Anak Mentan
Klarifikasi dari Amran Sulaiman mengungkap bahwa kehadiran adiknya di rumah Harmansyah dipicu oleh insiden yang melibatkan putra Amran, Andi Amar Ma'ruf Sulaiman. Pada Minggu (1/9), Andi Amar dikabarkan dilempar petasan dan dikepung oleh sekitar 100 anggota geng motor. Harmansyah diduga terlibat dalam kejadian tersebut, meski Amran menekankan bahwa adiknya datang secara baik-baik bersama tiga rekannya yang berseragam TNI untuk menanyakan keterlibatan Harmansyah.
Menteri Pertanian Amran Sulaiman telah berbicara dengan anaknya, meminta agar tidak memperpanjang masalah ini dan memilih untuk memaafkan Harmansyah. "Intinya anak saya, saya dengar laporan itu diserang oleh kumpulan motor. Tapi enggak usah dibesarkan. Saya katakan, maafkan, Nak. Enggak boleh. Kamu belajar sabar," ujar Amran. Ia juga menegaskan pentingnya kesabaran, terutama karena Andi Amar sedang mempersiapkan diri sebagai anggota DPR RI melalui Partai Gerindra, setelah memperoleh suara tertinggi di Sulawesi Selatan.
Klarifikasi Amran Sulaiman dan Bantahan Penyerangan
Amran Sulaiman menegaskan bahwa adiknya, Serma Andi Arifuddin, tidak berniat menyerang Harmansyah. "Oh, enggak lah (penyerangan). Orangnya enggak ketemu, gimana? Katanya, yang saya dengar. Karena saya di Jakarta. Enggak ketemu orangnya," kata Amran. Ia juga menyebutkan bahwa kehadiran Andi Arifuddin di rumah Harmansyah bukanlah untuk melakukan aksi kekerasan, melainkan untuk mencari klarifikasi atas insiden yang menimpa Andi Amar.
Namun, kronologi kejadian yang dipaparkan oleh Reni, istri Harmansyah, berbeda. Menurut Reni, saat kejadian, ia dan suaminya tidak berada di rumah. Hanya ada dua anak mereka yang masih di bawah umur. Reni menjelaskan bahwa empat oknum TNI tersebut memaksa masuk, mencabut gembok, dan membuka paksa pagar rumah. "Mereka masuk ke teras dan teriak-teriak mencari suami saya. Karena tidak ada yang keluar, mereka mematikan sakelar kWh listrik," ungkap Reni. Ia juga menyebutkan adanya ancaman penculikan terhadap dirinya dan anak-anaknya jika Harmansyah tidak segera menemui mereka.
Rekaman CCTV dan Ancaman yang Terjadi
Rekaman CCTV yang beredar menunjukkan prajurit TNI tersebut berbicara dengan warga di sekitar lokasi, mengacungkan pistol, dan mengancam akan menculik istri dan anak Harmansyah jika Harmansyah tidak segera menemuinya. "Dia bawa pistol, dia kasih masuk pelurunya terus dia tunjuk-tunjuki warga pakai senjata. Katanya dia mau kembali lagi malam dan subuh, bahkan mau bermalam di sini kalau dia tidak ketemu dengan Bapak Harmansyah dia mau culik istri dan anaknya," jelas Reni dengan nada trauma.
Reni telah melaporkan insiden ini ke Detasemen Polisi Militer (Denpom) XIV/4 Makassar dan meminta perlindungan dari Presiden, Panglima TNI, KSAD, dan Pangdam atas keselamatan keluarganya. "Kami minta perlindungan Presiden, Panglima TNI, KSAD dan Pangdam atas keselamatan keluarga kami," katanya dengan nada khawatir.
Penyelidikan oleh Denpom XIV/4 Makassar
Kepala Penerangan Kodam XIV Hasanuddin, Kolonel Inf Mangapul Hutajulu, membenarkan kejadian tersebut. Ia mengungkapkan bahwa Denpom XIV/4 Makassar sedang melakukan penyelidikan terhadap empat oknum TNI yang terlibat. "Sementara untuk oknum anggota tersebut saat ini sedang dalam pemanggilan oleh Denpom IV/Makassar untuk dilakukan pemeriksaan dalam proses penyelidikan," ujar Mangapul.
Insiden ini telah menambah daftar panjang kasus oknum militer yang bertindak di luar prosedur. Sementara penyelidikan masih berlangsung, masyarakat menanti kejelasan dan keadilan dalam penanganan kasus yang melibatkan aparat negara. Harmansyah dan keluarganya berharap permasalahan ini dapat segera diselesaikan dengan adil dan tidak menimbulkan trauma lebih lanjut bagi mereka.
(Mond)
#Pengancaman #Gerindra #TNI #Militer #Peristiwa